Mungkin Ini Alasan Prabowo Pilih Kunjungan Perdana ke Tiongkok, bukan Amerika

Minggu, 03 November 2024 – 10:41 WIB
Presiden Prabowo Subianto menyapa warga dari mobil Pindad Maung Garuda saat tiba di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (20/10). Foto: Hafidz Mubarak A/foc/Antara

jpnn.com - Presiden Prabowo Subianto dinilai memang beda, termasuk dalam hal memilih negara mana yang pertama dikunjungi dalam kunjungan perdana sebagai pemimpin Indonesia.

Penilaian itu disampaikan kolumnis kondang Dahlan Iskan dalam esainya berjudul Prabowo Sebenarnya, Disway edisi Minggu (3/11/2024).

BACA JUGA: Prabowo Mewanti-wanti Menteri: Jangan Sering ke Luar Negeri Kalau Pakai Anggaran Negara!

Diketahui, Presiden Prabowo akan melakukan lawatan kenegaraan perdana ke Tiongkok, bukan Singapura yang merupakan tetangga paling dekat RI.

Prabowo juga bukan ke Malaysia yang sering disebut sebagai bangsa serumpun. Atau sesama negara Asean lainnya.

BACA JUGA: Kasus Guru Honorer Supriyani, Susno Duadji dan Reza Indragiri Bakal Jadi Saksi Ahli

"Pun bukan Jepang yang dulu dianggap saudara tua. Atau Amerika Serikat yang jadi godfather banyak negara. Presiden Prabowo pilih Tiongkok. Beberapa hari lagi berangkat," ujar Dahlan dalam esainya.

Memang kunjungan Prabowo ke Tiongkok itu dalam rangkaian perjalanan panjang ke Amerika Serikat, Peru, Brasil, dan Inggris. Ada APEC di Peru. Ada G-20 di Brasil.

BACA JUGA: Belasan Pegawai di Kementerian Komdigi Tersangka Judi Online, Asetnya Diusut Polisi

Berarti dalam satu bulan ini Presiden Prabowo akan bertemu Presiden Xi Jinping tiga kali.

"Anda bisa menduga mengapa Tiongkok jadi pilihan pertama. Indonesia perlu uang untuk pembangunan. Prabowo punya banyak rencana tetapi sulit berharap dari mana dananya," tutur Dahlan.

Menurut Dahlan, mungkin juga Prabowo perlu memberi tahu Tiongkok: punya prioritas yang berbeda dari Presiden Jokowi. Dia ingin all out dalam mengatasi masalah pangan. Bukan lagi infrastruktur atau IKN.

"Harus lebih dulu swasembada pangan, terutama beras. Juga harus swasembada energi," ucapnya.

Dahlan berpendapat bahwa Prabowo tidak bisa berharap soal itu dari sesama negara ASEAN, apalagi Singapura. Pun dalam hal pendanaan.

"Maka dia abaikan sopan santun lama di depan umum: bertandang ke tetangga sebelah dulu. Berharap dari Amerika juga sulit. Di sana lagi mengalami proses pergantian presiden," tulisan Dahlan.

Dia mengatakan saat Prabowo terjadwal bertemu Presiden Joe Biden, Amerika sudah punya presiden baru. Tidak banyak yang bisa diharap dari pembicaraan dengan presiden yang tinggal menjabat dua bulan lagi.

Sementara, ke Peru dan Brasil adalah kewajiban formal. Sulit. Jauh. Makan waktu, tetapi harus dilakukan. KTT APEC dan G-20 pernah diselenggarakan di Indonesia.

"Kelak pada gilirannya akan di Indonesia lagi. Presiden kita harus hadir kalau ingin presiden mereka juga hadir di Indonesia," ucapnya.

Menurut Dahlan, seharusnya sebagai presiden baru Prabowo tidak pergi jauh secepat ini. Rakyat ingin segera tahu Presiden kedelapan RI itu sebenarnya siapa. Maunya bagaimana. Dalam perbuatan. Bukan omongan.

"Sampai hari ini orang masih terus wait and see. Probowo itu siapa? Kok, agak berbeda antara yang diucapkan di pidato-pidatonya dengan keputusan yang pernah dia buat," kata Dahlan.

Dia mengatakan memang belum banyak keputusan dari kabinetnya Prabowo. Publik perlu melihat lagi lebih banyak keputusan dari istananya.

"Kita belum bisa menjatuhkan vonis: Prabowo itu sama dengan Pak Jokowi. Atau Prabowo itu tidak sama, bahkan berseberangan dengan Pak Jokowi," tutur Dahlan.

Sampai sekarang pidato Prabowo yang menggelegar terus diviralkan. Juga pidato pertamanya di DPR saat dirinya dilantik.

Semua itu menggambarkan bahwa Prabowo serbategas: berantas korupsi. Tegas: akan tegakkan hukum. Tegas: akan berpihak ke rakyat. Tegas: hanya akan mikir kesejahteraan rakyat.

Prabowo juga sudah tiga kali bertemu para menterinya. Pertama saat mereka dipanggil ke kediamannya di Jalan Kartanegara. Kedua saat dikumpulkan di villa besarnya di Hambalang. Ketiga Anda sudah tahu: di Akademi Militer di lembah Tidar, Magelang.

Di tiga kesempatan itu Prabowo dinilai konsisten. Serbategas seperti tegas di atas. Bahkan, seperti dikatakan Wamen Tenaga Kerja, para menteri itu diminta mundur: kalau tidak bisa melaksanakan misi ketegasannya.

Ketegasan apa yang sudah dibuktikan di lapangan? Menurut Dahlan Iskan belum ada.

"Belum. Bukan tidak ada. Masih terlalu dini untuk melihat bukti. Kita baru diperlihatkan satu keputusannya: siapa jadi menteri apa. Dari situ kita masih ragu bahwa Prabowo akan setegas yang diomongkan," kata Dahlan.

Akan tetapi itu baru dilihat dari satu keputusan. Perlu dilihat dari banyak putusan berikutnya. "Sayangnya dia sudah keburu harus ke begitu banyak negara," demikian tulisan Dahlan.(disway/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler