Sekitar 150 orang 'backpackers' kemungkinan akan diizinkan ke Australa dengan pengaturan khusus untuk mengisi kekosongan pekerjaan di pertanian di tengah masa pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Kelompok petani sedang mempersiapkan usulan bagi masuknya backpacker ke Australia lagi Turis internasional dilarang masuk ke Australia karena adanya COVID-19 Industri pertanian menggantungkan diri pada pekerja migran dengan kekurangan saat ini sekitar 80 ribu orang

 

BACA JUGA: Kondisi Pekerja Indonesia di Pabrik Daging yang Pernah Jadi Klaster COVID Australia

Ini adalah salah satu usulan yang sedang digodok oleh Federasi Petani Nasional Australia (NFF) dan Panel Penasehat Bagi Turisme Muda dan Backpacker yang akan diajukan ke pemerintah Australia.

Bila disetujui, para pekerja muda akan bisa tiba di Australia di bulan Oktober mendatang dan mereka yang mendapat izin adalah pemegang WHV dari negara-negara yang saat ini memiliki kasus COVID-19 yang rendah.

BACA JUGA: Insyallah, Bank Syariah Pertama di Australia Beroperasi Tahun Depan

Yang saat ini masih belum jelas adalah siapa yang akan menanggung biaya karantina untuk para 'backpacker' tersebut ketika mereka tiba di Australia.

Backpackers adalah sebutan bagi anak-anak muda yang berusia antara 18-30 tahun dari berbagai negara yang memegang Working Holiday Visa (WHV) dan memperbolehkan mereka berlibur sambil bekerja di Australia selama sekurangnya satu tahun.

BACA JUGA: Veronica Koman: Membela HAM Warga Papua Adalah Bentuk Pengabdian, Bukan Perlawanan

Menurut laporan yang diterima ABC, proyek ini akan memberikan kesempatan kepada para 'backpacker' bekerja di pertanian atau bekerja sebagai 'au pair' (menjaga anak-anak), setelah posisi tersebut tidak bisa diisi oleh pekerja lokal. Baca juga: Serikat buruh Australia minta penghapusan program Working Holiday Visa

Pemerintah Federal Australia baru-baru ini sudah memberikan izin bagi proyek serupa di Northern Territory, atau Kawasan Australia Utara.

Para pekerja asal Vanuatu telah diperbolehkan masuk sebagai pemetik buah musiman, walau Australia saat ini masih menutup diri bagi kedatangan turis internasional.

Dalam program di Kawasan Australia Utara tersebut, majikan atau pemilik lahan pertanian yang akan menanggung biaya karantina selama dua minggu, dengan biaya masing-masing sekitar Rp 25 juta.

Sekitar 170 pekerja dari Vanuatu akan tiba di Kawasan Australia Utara akhir Agustus. Photo: Para backpacker menjadi andalan utama bagi pekerjaan di bidang pertanian ketika musim panen di Australia. (Charlie McKillop)

 

Australia selama ini memang sangat tergantung pada pekerja asing terutama di bidang pertanian.

Dengan musim panen hampir tiba, banyak petani khawatir mereka baru bisa panen di musim semi dan musim panas, karena para 'backpacker' belum diizinkan masuk lagi ke Australia.

Juru bicara Federasi Petani Australia (NFF) Ben Rogers mengatakan jumlah pemegang WHV yang ada di Australia adalah sekitar 80 ribu orang di bulan Juni, turun dari angka 140 ribu orang di bulan Maret.

"Kami memerlukan sekitar 40 ribu orang di sektor ini per tahun, jadi jumlah itu bisa berpindah-pindah dalam mencari pekerjaan yang ada," kata Rogers dalam sidang dengar pendapat dengan parlemen Australia baru-baru ini.

Dia mengatakan NFF akan bekerja sama dengan pihak lain untuk memastikan "proposal jalan pintas bebas COVID" akan memungkinkan para 'backpacker' masuk ke Australia dalam situasi yang aman.

"Program ini akan dilakukan dengan hati-hati."

"Namun dengan pengamanan yang memadai, rasanya sulit membayangkan akan adanya penentangan," kata Rogers.

Data yang juga dikirimkan ke Parlemen Australia menyebutkan saat ini ada kekurangan antara 51 ribu sampai 71 ribu tenaga kerja jangka pendek di bidang pertanian sepanjang tahun.

Aliansi Produsen Produk Segar Australia (AFPA) mengatakan para pemegang WHV menyumbangkan sekitar Rp13 triliun ke dalam perekonomian Australia setiap tahun dan mengisi sekitar 127 ribu lapangan kerja di sektor produk segar, termasuk di bidang ritel dan manufaktur. Photo: Para petani Australia mengkhawatirkan panen tidak bisa dilakukan karena berkurangnya pekerja WHV karena adanya pandemi COVID-19. (Supplied: Milan Scheunemann)

 

Australia masih menutup perbatasan bagi perjalanan internasional kemungkinan sampai tahun 2021, namun di bulan April pemerintah Federal mengumumkan mereka yang sudah berada di Australia boleh memperpanjang visa.

Menurut Departemen Dalam Negeri Australia 401 orang pemegang WHV sudah mendapat perpanjangan, demikian juga dengan 3.550 pekerja pemetik buah musiman.

Lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Uni Emirat Arab Kembali Buka Pintu untuk Warga Asing

Berita Terkait