Mustahil, Pilpres Berlangsung 1 Putaran

Kamis, 02 Juli 2009 – 13:33 WIB

JAKARTA - Upaya kubu pasangan capres SBY-Boediono menggiring opini publik melalui wacana Pilpres Satu Putaran terus mengundang cibiranDalam sebuah diskusi yang digelar The Indonesia Leader Institute, di Jakarta, Kamis (2/7), Pilpres 1 putaran dianggap tidak masuk akal.

Mantan aktifis mahasiswa, M Fadjroel Rahman yang menjadi pembicara diskusi mengkritik keras wacana Pilpres 1 putaran yang digelindingkan Direktur Eksekutif Lembaga Studi Demokrasi (LSD) Denny JA

BACA JUGA: Susul Bonek, Jak Mania Dukung JK-Wiranto

"Satu putaran merupakan pembusukan ilmiah dan pembusukan politik
Seharusnya yang didorong perdebatan program

BACA JUGA: PBNU Serukan Pilih JK

Denny (Denny JA) sebaiknya menonjolkan program SBY-Boediono
Satu putaran bukan karena iklan, tapi karena pilihan publik," sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan, Gerakan pilpres 1 Putaran disuarakan karena lontaran isu dari kubu SBY-Boediono mulai tumpul

BACA JUGA: 49 Juta Pemilih tak Masuk DPT Pilpres

Sementara jika berkutat di citra, ulas Fadjroel, SBY juga mulai terpojok dengan isu neo-liberal karena memilih Boediono yang dikenal sebagai menteri yang pro penjualan BUMN"Apalagi Jusuf Kalla mulai membuka siapa sosok Boediono yang menolak memberi garansi pemerintah untuk proyek listrik 10 ribu megawatt," lanjutnya.

Fadjroel yang juga pendiri Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia) itu tidak yakin salah satu pasangan capres dan cawapres yang menang pada Pilpres putaran pertama dengan meraih suara 50 persen plus satu suara yang menyebar di dua pertiga provinsi"Mustahil meraih suara sebanyak itu dengan penyebaran di dua pertiga provinsi yang adaJadi tidak mungkin Pilpres itu hanya akan berlangsung satu putaran dengan kemenangan salah satu pasangan capres dan cawapres,” kata Fadjroel yang juga
           
Pernyataan senada juga dilontarkan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens“Pilpres satu putaran tidak masuk akalPilpres satu putaran adalah suatu kemustahilanKalau itu terjadi pasti ada yang bermasalah dalam proses pelaksanaan  atau dalam hitungan yang dilakukan lembaga penyelenggara Pilpres," tegas Boni.

Direktur Lembaga Pemilihan Indonesia ini menambahkan, berdasarkan hitung-hitungan hasil pemilu legislatif lalu maka pasangan pasangan Mega-Prabowo akan meraih 27%Ini didasarkan pada suara massa fanatiknya PDIP sekitar 18% dan ditambah suara Gerindra 4%Jumlah itu masih ditambah perpindahan pemilih yang tertarik dengan figur Prabowo, yang diprediksi Boni mampu menambah suara 5%,

Selanjutnya JK-Wiranto diprediksi akan meraih suara 22% yang berasal dari 18% suara Partai Golkar dan 4 % dari Hanura"Kemudian dari gebrakan JK-Wiranto yang cerdas, maka pasangan ini akan mendapat tambahan suara paling buruk lima persenJadi perolehan suara JK-Wiranto 27 persen," ulasnya.

Karenanya, lanjut Boni, dari akumulasi perolehan suara JK-Wiranto dan Mega-Prabowo saja sudah mencapai 54%"Artinya masih ada sisa suara 46 persen yang diharapkan SBY-BoedionoItu masih dikurangi lagi dengan golputDari hitungan sederhana ini saja kita bisa menarik kesimpulan bahwa Pilpres satu putaran adalah suatu kemustahilan,” ujar Boni.

Menyinggung soal hasil jajak pendapat oleh sejumlah lembaga survei belakangan ini, Boni menegaskan bahwa hasil survei itu tidak bisa dijadikan acuan obyektif dalam menilai elektabilitas para pasangan capres dan cawapresBoni malah mencibir survei-survei itu

"Apalagi modus operandinya, survei bisa digiring dan ditentukan hasilnya dengan membuat cluster responden berdasarkan potensi dukungan pemilih terhadap kandidat atau partai tertentu,” jelas Boni.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Akan Siapkan Pidato Kekalahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler