Mutiara Hotel Manokwari, Tempat Presiden Menginap Itu Tinggal Kenangan

Dua Guncangan Sirnakan Bisnis Keluarga 20 Tahun

Rabu, 07 Januari 2009 – 00:52 WIB
Foto : Laode Mursidin/Radar Sorong/JPNN

Gempa dahsyat yang mengguncang Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat, tidak hanya membawa korban jiwa, tapi juga meluluhlantakkan ratusan bangunanSalah satu di antaranya, Mutiara Hotel, hotel kebanggaan warga yang kini nyaris rata dengan tanah.

Laporan EDWAN, Monokwari
  
BANGUNAN Mutiara Hotel sudah tak berbentuk lagi

BACA JUGA: Joserizal Jurnalis, Dokter Spesialis Perang Emban Misi di Gaza

Kolom-kolom beton penyangganya putus dihantam gempa berkekuatan 7,6 skala Richter pada Minggu lalu (4/1)
Akibatnya, hotel bertingkat tiga itu pun ambruk

BACA JUGA: Warga Pulau Sebatik, Hidup di Bawah Iming-Iming Kemakmuran Malaysia

Setelah dua hari dijaga aparat TNI dan dipasang garis polisi, kemarin reruntuhan hotel itu ditutup dengan lembaran seng.

Bagi masyarakat Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat, Mutiara Hotel adalah bagian dari sejarah kota
Maklum, pada era 1990-an hingga awal 2000-an, Mutiara adalah hotel berbintang termegah di kota berpenduduk  sekitar 150 ribu jiwa itu

BACA JUGA: Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja Warga Inggris (3-Habis)

Di tempat itulah, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri pernah merasakan nyamannya istirahat di kamar hotel yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso, Manokwari, itu.

Sebelum hotel-hotel baru bermunculan, seperti Swiss-Belhotel dan Mansinam Beach Resort, Mutiara Hotel merupakan pilihan utama para pengusaha serta pejabat pusat dan daerah’’Kami membangunnya sejak pertengahan 1985 dan beroperasi sejak 1988,’’ kata Erwin Chahyadi, pemilik Mutiara Hotel, kepada Radar Sorong (Jawa Pos Group).

Menurut Erwin, saat dirinya membangun hotel tersebut, di Manokwari hanya terdapat beberapa hotelMisalnya, Hotel Arfak, Mokwam, Mulia, sedan penginapan-penginapan kecil yang lainKarena berada di daerah cukup strategis di tengah kota, hotel itu tak pernah sepi pengunjungBahkan, sebelum kehadiran Swiss-Belhotel dan hotel baru lainnya, Mutiara Hotel sebagai tempat penginapan terbaik.

Saat gempa dahsyat terjadi pada Minggu pukul 04.43 WIT itu, para tamu hotel umumnya sedang tidurYang jelas, gempa pertama berkekuatan 7,2 skala Richter, yang  berlangsung sekitar 30 detik itu, membuat warga Manokwari berhamburanTak terkecuali para penghuni Mutiara Hotel. 

Selain merusak bangunan Mutiara Hotel, guncangan pertama mengakibatkan banyak bangunan rumah, kantor, gedung sekolah, dan fasilitas di Kota Manokwari rusak beratBeberapa orang dilarikan ke rumah sakitHanya berselang kurang dari tiga jam kemudian, sekitar pukul 07.33 WIT, tiba-tiba terjadi guncangan lebih besar, 7,6 skala RichterGuncangan kedua itu menyebabkan bangunan Mutiara Hotel ambruk.

Rona kesedihan masih tampak di wajah Erwin ChahyadiDia tak menyangka dua guncangan hebat itu mengakibatkan bisnis keluarga yang sudah dibangun 20 tahun lebih itu menjadi puing-puing.

Erwin dan keluargannya belum memikirkan langkah-langkah yang akan dilakukan setelah iniTermasuk apakah membangun hotel baru atau tidak’’Mohon maaf, Pak, dalam situasi begini saya belum bisa memberikan keterangan panjangLihat sendiri situasinyaBagaimana kondisi hotel saya,’’ ujarnya dengan mimik sedih.

Erwin yang juga pemimpin perusahaan travel kenamaan di Manokwari itu mengaku belum bisa menghitung besarnya kerugian akibat bencana iniDia hanya menyebut angka miliaran rupiahNamun, yang justru menjadi pemikirannya sekarang adalah nasib 30 karyawannyaApalagi, sebagian besar sudah berkeluarga.’’Saya tidak bisa begitu saja melupakan para karyawanSaya ikut memikirkan nasib mereka,” katanya.

Meski hotelnya ambruk, Erwin bersyukur karena tak ada satu pun tamu atau karyawannya yang meninggalTapi, tiga tamu terluka akibat tertimbun reruntuhan hotelMereka adalah Demianus Risamasu, Rafa Risamasu, dan Yan

Sebelum diselamatkan, ketiga orang itu sempat diberitakan tewasNamun, sebuah keajaiban terjadiSetelah impitan beton disingkirkan, ketiga tamu itu berhasil dievakuasi’’Saya sempat putus asa dan saya serahkan nyawa saya kepada Tuhan,’’ ujar Demianus Risamasu kepada Radar SorongDia hanya mengalami luka-luka ringan.

Dua jam tertimbun reruntuhan hotel bersama anaknya (Rafa), Demi mengaku tak akan bisa melupakan kejadian itu sepanjang hidupnyaMenurut dia, sekitar dua jam setelah gempa pertama, dia dan anaknya berusaha naik ke kamar di lantai tiga yang masih utuh

Namun, belum sampai di kamar yang dituju, gempa berkuatan 7,6 skala Richter kembali mengguncangBangunan hotel itu pun ambrukDemi dan Rafa serta seorang tamu lain (Yan) ikut tertimbun’’Kalau memang Tuhan menghendaki nyawa saya, maka sudah siap,” kata pria berkumis tebal itu

Yang dirasakan Demianus saat itu, dia berada di reruntuhan yang sangat gelapBeruntung, ada tiang yang masih menyangga hingga tubuh ketiganya tak terimpit puing-puingDalam situasi kalut seperti itu, Demianus berusaha tenangLalu, dia melihat setitik cahaya dari celah kecil”Saya berteriak sebisanya untuk minta tolong,” katanya.

Teriakan itu didengar anggota SAR, PMI, aparat TNI-Polri, serta masyarakat yang berada di sekitarUpaya evakuasi pun dilakukanAparat TNI-Polri, SAR, dan PMI dibantu warga menyingkirkan puing-puing penghalangYan adalah orang pertama yang berhasil dikeluarkanBeberapa saat kemudian, Demi dan Rafa menyusul dievakuasi.

Dalam kondisi lemas serta badan penuh debu, ketiganya dilarikan ke RS TNI-AL yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari tempat kejadianDemi dan Rafa tak terluka apa punKeduanya hanya shockedSedangkan Yan menderita luka ringan di kaki kanan

Hanya pakaian di badan yang tersisaBarang-barang berharga serta uang ikut tertimbun reruntuhan hotel”Yang penting saya dan anak saya selamat,” kata Demianus(el)


 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja Warga Inggris (2)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler