jpnn.com - PUTUSSIBAU- Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi peluang, tantangan dan risiko untuk Indonesia. Salah satunya adalah masuknya barang dari Malaysia lebih bebas ke Indonesia.
Meski demikian, masyarakat yang berdomisili di kawasan perbatasan sejatinya sudah tak asing bersentuhan dengan produk dari negeri jiran.
BACA JUGA: 3 WNA Tiongkok Diusir Habis dari Kendari
Seperti yang dialami warga Kecamatan Puring Kencana, Empanang dan Badau Kabupaten Kapuas Hulu. Termasuk beberapa daerah lainnya di Kalbar yang berada di lini satu perbatasan.
Sebagian besar barang seperti sembako, minyak dan gas elpiji merupakan produk Malaysia, karena terjadinya disparitas harga. Mahalnya produk dalam negeri di wilayah perbatasan cukup beralasan, karena faktor jarak dari ibu kota provinsi yang cukup jauh dan sulitnya proses distribusi.
BACA JUGA: Danlantamal XII Pontianak sudah Sertijab
Warga Puring Kencana, F. Andam ketika diubungi Kamis (7/1) mengaku harga elpiji 3 Kg dibandrol dengan harga Rp50 ribu per tabung. Selain mahal, elpiji 3 Kg di kawasan perbatasan seperti di Kecamatan Empanang dan Kecamatan Puring Kencana juga langka. Gas dan BBM sebagian besar di suplay dari Kecamatan Badau.
"Beberapa hari lalu saya beli elpiji 3 Kg harganya Rp50 ribu per tabung," ungkap Andam kepada Rakyat Kalbar (grup JPNN).
BACA JUGA: Mencekam! Poltekes Diserang Pemuda Tinggi, Mahasiswa Melawan
Produk made in Malaysia lanjut Andam, selain murah, juga pemakaiannya tahan lama. Seperti elpiji 12 Kg produk Malaysia yang bisa didapat dengan harga Rp120-140 ribu per tabung.
"Demikian juga premium, dengan kualitas pertamax atau pertalite hanya Rp10-12 ribu per liter di eceran," sambungnya.
Sehingga lanjut Andam, masyarakat Puring Kencana lebih suka menggunakan elpiji 12 Kg, 14 Kg dan 16 Kg produk Malaysia. Karena elpiji produk dalam negeri lebih mahal dan tidak tahan pemakaiannya serta langka. "Elpiji Malaysia yang 14 Kg hanya Rp150 ribu per tabung. Pakainya juga lama," ujar dia. (rakyatkalbar/dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Longsor, Lima Nagari Terisolir
Redaktur : Tim Redaksi