JAKARTA - Ketua Tim Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, Marzuki Alie mengatakan, sekitar pukul 01.45 waktu Mina, lebih dari seratus jamaah Haji Indonesia asal Surabaya di Maktab 71 terserang diarePenyebabnya, karena jamaah diberi nasi berlendir.
"Sekitar pukul 01.45 waktu Mina, telah terjadi diare yang menyerang ratusan jamaah haji Indonesia asal Surabaya di Maktab 71," kata Marzuki Alie, dalam rillisnya dari Mina, Rabu (9/11).
Penyebab diare tersebut, menurut penelitian tim kesehatan, lanjut Marzuki karena jamaah Haji memakan nasi yang telah berbau dan berlendir
BACA JUGA: Kesimpulan Polri, Angpau Freeport Tak Langgar Kepres
Nasinya memang hangat tetapi itu nasi lama yang dimasak kembali oleh pemasok katering.Selain mengungkap jamaah Haji Surabaya terserang diare, Ketua DPR itu juga menampung berbagai keluhan para jamaah
BACA JUGA: Kasasi atas Vonis Bebas Dinilai Langgar HAM
Dalam sidak yang dilakukannya pada tanggal 7 November lalu, Marzuki kaget mendapatkan keluhan-keluhan dari jamaah yang beragam.”Saya temukan dalam sidak di Maktab 26 Kloter 62 (Madiun), para jamaah mengeluhkan pelayanan Haji tahun ini tidak baik
BACA JUGA: Nafsu Untung Besar, Jatah Makan Jamaah Haji Disunat
"Ini memberi kesan penelantaran,” ujar Marzuki.Masalah kebersihan pun banyak dikeluhkan jamaahTidak ada petugas kebersihan dan sampah makanan sampai dengan 2 hari sehingga menimbulkan bau yang sangat tidak sedap dan mengundang lalat pada siang hari dan nyamuk untuk datang ke tenda jamaah.
“Kurangnya Fasilitas WC , hingga menimbulkan antri dihampir setiap dimaktabBahkan diantara antrian panjang itu juga ada jamaah Haji asal Afrika , India dan lain-lainMaktab pun tidak ada yang menjagaJamaah juga seperti dipaksa untuk mengambil nafar awal, sehingga maktab tidak perlu memberi makan 1 hari agar untung besar,” tambahnya.
Sementara di Maktab 27 Kloter 18 Ujung Pandang, Tim Pengawas mendapati standar katering jauh lebih rendah dari 2007Tidak ada makanan tambahan seperti beberapa tahun lalu, ada mie instant yang tinggal diseduh dengan air dan langsung bisa dimakan“Buah-buahan, gula dan teh saja habis di tengah jalan,” tegasnya.
Di Maktab 27 kloter 49 asal Kabupaten Bogor, juga ditemui tenda yang sangat berdebuSeharusnya tenda disemprot dulu“Di Arafah, Jamaah yang mendapatkan tenda di ujung harus berhadapan dengan nyamuk yang ganasDi Muzdalifah, jamaah dibangunkan jam 12 berangkat jam 3Sementara peristirahatan di Biban dianggap ring 1 jaraknya 3 kilometer tanpa angkutan,” tegasnya(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Otonomi Aceh dan Papua Hanya di Tingkat Provinsi
Redaktur : Tim Redaksi