Nasib Petani Salak Pondoh di Bukittinggi

Selasa, 05 November 2013 – 10:25 WIB

jpnn.com - Upaya untuk merubah nasib dengan membudidayakan salak Pondoh harus bersahabar selama 4 tahun. Ini dikarenakan serangan hama musang yang merajalela menjarah kebun salak petani di Bukittinggi.

Yuharnel-Bukittinggi

BACA JUGA: Data Honorer Mendadak Bertambah

Masih di Panorama Baru Kelurahan Puhun Pintu Kabun Kota Bukittinggi, kurang lebih 50 meter dari objek wisata Panorama Baru, sebelah kanan jika kita menuju objek wisata tersebut, terdapat 450 batang salak Pondoh milik Cai Sutan Pangulu yang sudah lebih 4 tahun tidak panen.

Cai yang memulai menam salak Pondoh pada tahun 2005 lalu, dan bibit tanaman salak tersebut dibantu oleh Dinas Peranian Kota Bukittinggi. Sebelum menanam salak Pondoh itu Cai diberi pelatihan dan belajar sekolah lapangan ke Yogyakarta dan setelah baru dia menanam Salak tersebut dilahannya.

BACA JUGA: Pipa Pertamina Meledak, Warga Dievakuasi

Dengan modal tenaga kerja perawatan, kerena bibit sudah dibantu oleh dinas terkait, tanaman salakanya tumbuh dengan subur selama tiga setengah tahun tanaman salak tersebut mulai panen awal dan sampai salaknya berumur empat tahun salak itu panen raya kurang lebih empat tahun lamanya.

Ris,36, adik kandung Cai sekarang memelihara tanaman tersebut. Kemarin, Ris menceritakan di kebunnya sekarang tidak lagi penen seperti biasanya kerena tiap tiga bulan akan panen, buah salaknya habis dimakan hama musang, tupai, dan tikus.
Pihaknya sudah kewalahan untuk mengatasi hama salak pondoh miliknya namum usahanya itu belum membuahkan hasil dan salak milik keluarganya tetap tidak mengahasikan sampai saat ini.

BACA JUGA: Heran, Honorer K2 yang Ikut Tes CPNS Bandung Mendadak Bertambah

"Kalau buah salak sudah muncul di pelapahnya kami mencoba untuk membungkus  dengan kawat tetapi usaha itu masih belum berhasi kerena hama dengan mudah merompak bukusan kawat tersebut. Dalam satu ekor musang itu menghabis empat kilo salak dalam satu malam," jelas Ris.

Selain itu, setelah dilaporkan ke dinas terkait untuk mengatasi hama tersebut kami diberi bantuan racun dan kami lakukan mengatasi hama dengan meracun pakai media buah pisang dan ayam. Namun hama musang itu cukup cerdik setelah ada temannya mati kena racun, temannya yang masih hidup tidak mau mengulangi untuk memakan media yang berisi racun tersebut.

"Cara lain yang kami lakukan dengan memburu pakai anjing peliharaan, kerena jumlah hama musang lebih banya dari jumlah anjing peliharaan kami, makan hama tetap tidak bisa kami basmi," katanya.

Hasil panen salak cukup menjanjikan sebab tiap kami panen menghasilkan buah salak  700 kilogram tiap  enam bulan sekali dengan harga jual satu kilo Rp 10 ribu,"itu pun hasil panen salak kami tidak dijual ke pasar, kerena pembeli yang datang ke sini," jelasnya.

Namun, kendalanya disitu hama yang memakan buah salak kami sangat mengancam hasil panen. Sekarang kami memsiasati hama dengan menanam makanan yang disuka oleh hama musang dan tupai, seperti buah pepaya dan tanaman kopi di lokasi kebun ini. Gunanya supaya hama musang bisa beralih memakanan.

"Upaya itu pun belum membuahkan hasil untuk membasmi hama musang, sebab di sekitar lahan kami ini masih banyak terdapat lahan tidur dan hama musang dan tupai sangat mudah bekembang di dalam belukar pada lahan tidur tersebut. Hama ini tidak saja menyerang tanaman salak kami dia juga menyerang tanaman pisang masyarakat disini.

"Kerang kami berasih pada tanaman coklat disela tanaman salak, apabila coklat itu sudah berbuah maka salak akan kami habiskan," katanya.

Sekarang untuk tambahan penghasilan, kami mengumpulkan kotoran hama musang yang memakan biah kopi, sebab buah kopi yang jadi kotoran tersebut bisa diambil dan dijemur dan dijual ke pasar harganya satu kilo hanya Rp 24 ribu," itu pun paling banya dalam satu bulan hanya bisa kami kumpulkan tiga kilogram," katanya.(***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pejabat ke Bali, Dewan Bolos Berjamaah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler