jpnn.com - KUPANG – Umat Kristen tengah bersukacita merayakan kelahiran Yesus Kristus. Suasana Natal di berbagai pelosok di NTT bahkan sudah terasa sejak awal Desember.
Perayaan natal tahun ini begitu semarak. Namun, terkadang makna Natal mulai bergeser. Banyak yang merayakan Natal dengan hal-hal serba mewah dan hura-hura. Umat mulai melupakan solidaritas antar sesama.
BACA JUGA: Waduh.. Kualitas Guru di Samarinda Memprihatinkan
Ketua Sinode GMIT, Pdt. Dr. Merry Kolimon kepada Timor Express (Grup JPNN.com) mengatakan Natal setiap tahun dirayakan. Sudah berabad-abad umat Kristen di NTT merayakan Natal. Oleh karena itu, Natal tidak lagi sekadar perayaan, tapi harus diimplementasikan makna Natal tersebut dalam kehidupan.
Natal tahun ini dirayakan di bawah tema “Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah". Pesan dari tema ini adalah semua umat harus membangun solidaritas, saling membantu dan saling peduli. Sebagaimana maksud dan tujuan Allah mengutus anak-Nya Yesus Kristus ke dunia sebagai bentuk solidaritas Allah kepada manusia.
BACA JUGA: Waaaah...Harga Buah Mendadak Naik Jelang Tahun Baru
“Persoalan-persoalan yang dihadapi di NTT saat ini cukup pelik, sehingga butuh solidaritas kita,” tandas Pdt. Merry.
Pada Natal kali ini, ia pun mengajak semua umat berefleksi sudah sejauh mana umat membangun solidaritas untuk mengatasi persoalan masyarakat, yang juga persoalan umat. Masih banyak kasus kekerasan, ketertinggalan dan diskriminasi.
BACA JUGA: Muhammadiyah Sumbar Perlu Atasi Kerakusan Sosial dan Ekonomi, Begini Caranya
Oleh karena itu, sebagai umat Kristen harus solider. Oleh karena itu, dalam momentum perayaan Natal tahun ini diharapkan ada solidaritas antarsesama sebagai keluarga Allah agar permasalahan sosial yang terjadi selama ini bisa diminimalisir. Semua umat harus menjaga kebersamaan, kenyamanan dan keamanan agar dapat tercipta suasana yang damai di NTT.
Sementara Ketua Klasis Kota Kupang, Pdt. Ellyanor Manu-Nalle dari GMIT mengajak semua umat Kristen agar merayakan Natal sebagai orang yang mengasihi Tuhan dan sesama. Bukan sebaliknya merayakan Natal dengan hura-hura dan kemewahan. Ia juga meminta agar jemaat dapat menciptakan suasana yang aman dan nyaman agar perayaan natal berlangsung dengan baik.
Ia menambahkan, Tuhan hadir di tengah-tengah persekutuan keluarga, sehingga setiap keluarga Kristen harus merayakan Natal dalam nuansa kekeluargaan dan penuh damai. "Sekalipun kita berbeda, kita adalah satu keluarga Allah. Kita ditempatkan di dunia sebagai rumah kita bersama,” tandas Pdt. Ellyanor.(sam/onq/joo/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Natal di Daerah Ini Terancama Pemadaman Listrik
Redaktur : Tim Redaksi