jpnn.com - JAKARTA - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin mengaku sangat dekat dengan terdakwa perkara dugaan penerimaan hadiah atau janji dalam proses perencanaan Hambalang atau proyek-proyek lainnya dan pencucian uang, Anas Urbaningrum.
Pengakuan itu disampaikan Nazaruddin ketika menjadi saksi terhadap terdakwa Anas di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (21/8). Kedekatan itu terjalin karena sebagai pengurus inti DPP Demokrat dan sama-sama masuk ke partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono itu.
BACA JUGA: PDIP: Dalil Prabowo-Hatta Didasari Asumsi
"Saya dekat dengan Mas Anas. Kami satu partai, Partai Demokrat. Saya masuk Demokrat bareng Mas Anas," kata Nazaruddin.
Dalam kesaksiannya Nazaruddin juga menjelaskan, dirinya bersama Anas membuka perusaahaan. Tujuannya guna mengumpulkan dana demi menyiapkan Anas menjadi calon presiden.
BACA JUGA: KTP Lama Tak Berlaku 4 Bulan Lagi, Tunggu Kemendagri
"Mas Anas sama saya, waktu itu buka perusahaan sama-sama. Memang buka perusahaan ini untuk mengumpulkan dana-dana fee untuk niatan Mas Anas jadi capres. Cuma untuk jadi capres harus jadi ketua umum dulu," tandas Nazaruddin.
Seperti diberitakan, dalam dakwaan, Anas disebut sengaja menghimpun dana oleh jaksa. Tujuannya untuk keperluan menjadi Presiden Republik Indonesia.
BACA JUGA: Jaksa Tegur Anas Karena Berupaya Mengulur Waktu
Jaksa Yudi Kristiana menyatakan, sekitar tahun 2005, Anas keluar dari Komisi Pemilihan Umum dan berkeinginan untuk tampil jadi pemimpin nasional yaitu Presiden RI sehingga butuh kendaraan politik. Untuk memenuhi keinginan tersebut, Anas bergabung dengan Partai Demokrat dan duduk sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Politik.
Jaksa Yudi menambahkan, pengaruh Anas semakin besar setelah terpilih menjadi anggota DPR periode 2009-2014 dan ditunjuk menjadi Ketua Fraksi Demokrat di DPR. Ia bisa mengatur proyek-proyek negara yang dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan mulai mengumpulkan dana buat menjadi presiden.
Jaksa Yudi menjelaskan, untuk menghimpun dana, Anas dan Nazaruddin bergabung dalam Grup Anugerah yang kantornya berlokasi di Jalan K.H. Abdullah Syafi'i, Tebet, Jakarta Selatan. Kemudian berubah nama menjadi Grup Permai yang berkantor di Menara Permai, di Warung Buncit, Jakarta Selatan. Jaksa Yudi menambahkan, istri Anas, Athiyyah Laila bergabung sebagai Komisaris PT Dutasari Citralaras bersama Machfud Suroso. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yusril Anggap Prabowo-Hatta Tak Punya Waktu Panjang Berjuang di MK
Redaktur : Tim Redaksi