Belum banyak orang Indonesia yang tergerak untuk mendonorkan organ atau sel jaringan tubuhnyaPadahal, kesadaran itu akan banyak menyelamatkan masa depan orang lain
BACA JUGA: Minim Pendonor, Tulang Sapi Bisa Gantikan Tulang Manusia
Dan, Nazly Hilmy PhD mencurahkan sebagian besar hidupnya untuk hal satu iniTITIK ANDRIYANI, Jakarta
Di Indonesia, bank jaringan kali pertama didirikan oleh Pusat Aplikasi Teknologi Isotop Badan Tenaga Nuklir (Batan) Indonesia pada 1989 silam
BACA JUGA: Bom Model Teroris, Siapa pun Bisa Bikin
Pendirinya seorang perempuan, Nazly HilmyPada akhir 1980-an, Nazly tergerak hatinya melihat makin banyaknya kebutuhan akan berbagai sel jaringan manusia
BACA JUGA: Nongol di TV, Anak Bertanya, Mama Sakit Lagi?
Misalnya, membran amnion atau selaput plasenta bayi yang sangat membantu merangsang pertumbuhan kulit saat lukaAtau sel jaringan tulang yang bisa mempercepat proses penyambungan tulang patah akibat kecelakaanNamun, saat itu belum ada satu pun lembaga yang memproduksi sel jaringan di Indonesia, apalagi dengan sterilisasi radiasi"Fungsinya, bagaimana lembaga kami memproduksi sel secara masal," ujar Nazly di rumahnya kawasan Kebayoran Baru, Jakarta SelatanSelain Batan, saat ini RSUD dr Soetomo Surabaya dan RS Dr MDjamil Padang sudah memiliki bank jaringan
Sebelum mendirikan bank jaringan, perempuan 71 tahun itu sering mengikuti forum internasionalPada 1976, dia bergabung dengan IAEA (International Atomic Energy Agency)Di situ dia mengikuti banyak proyek IAEASalah satunya proses sterilisasi radiasi atau menyeterilkan alat kesehatan dengan radiasiAlat sterilisasi itu disebut iridiatorSelain itu, sel-sel yang tersimpan di bank jaringan perlu disterilkan dengan alat khusus.
Ketika itu, kata dia, Batan hanya memiliki empat iridiatorKarena itu, untuk mengembangkan alat ini agar bisa diproduksi dalam jumlah banyak, Batan mengalihkan teknologi ke swastaSebuah perusahaan swasta di Cibitung, Bekasi, dipercaya memproduksi iridiatorSetelah itu, ilmu tersebut terus berkembangPada 1983, sterilisasi radiasi produk bank jaringan mulai dilakukanEmpat tahun kemudian, bank jaringan mulai memproduksi berbagai sel jaringan seperti membran amnion maupun sel jaringan tulangSetelah itu, produknya mulai dipasarkanUntuk memasarkannya, Bank Jaringan Batan bekerja sama dengan beberapa rumah sakitMisalnya, RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan RS Dr MDjamil Padang
Dia menjelaskan, bank jaringan adalah organisasi kesehatan nirlabaTujuan didirikannya instansi itu untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mensterilkan sel jaringan tubuh manusiaSel-sel ini akan sangat berguna bila terjadi tragedi kebakaran, kecelakaan, atau bencana alam yang mengakibatkan banyak korban luka
Selain itu, keberadaannya akan membantu proses operasiTentu saja sesuai jenis operasi dan jenis sel yang tersimpan di bank jaringanLantaran instansi itu bersifat nirlaba, produk sel jaringan yang dihasilkan tidak diperjualbelikanPenerima hanya mengganti biaya screening"Tidak boleh ambil keuntungan," tegasnya
Nazly menceritakan, sebelum bank jaringan didirikan, Indonesia kerap mengimpor sel jaringan dari luar negeriPadahal, harganya jauh lebih mahalDi antara sel jaringan yang tersimpan saat ini, yang paling banyak adalah membran amnion dan sel tulangMembran amnion yang merupakan selaput pembungkus plasenta bayi mengandung hormon yang berguna untuk pertumbuhan jaringan kulit yang rusakMembran amnion biasanya dipakai untuk pasien luka bakarSementara sel tulang berguna untuk pasien patah tulang.
Dalam perkembangannya, bank jaringan bukan hanya menerima donor sel jaringan, tapi juga donor organMenurut Nazly, pendonor sel jaringan harus dipastikan tidak mengidap penyakit berbahayaMisalnya hepatitis, TBC, atau kankerTujuannya, agar tidak terjadi penularan penyakit dari pendonor kepada penerima donor"Karena itu, kami selalu menyeleksi ketat pasien yang hendak mendonorkan organnya," jelas Nazly yang saat ini sudah pensiun dari manajemen bank jaringan
Saat ini bank jaringan kerap kekurangan pendonorBukan hanya pendonor sel jaringan, tapi juga pendonor organPadahal, di negara-negara maju, seperti Amerika, warga tak segan memutuskan menjadi pendonor"Identitas pendonor wajib dirahasiakanMereka juga tak boleh menerima uang dari penerima donorSebab, ini sifatnya sukarela," terangnya
Lantaran pendonor amat minim, bank jaringan RSUD dr Soetomo Surabaya dan Batan sejak 2000 lalu mendirikan Asosiasi Bank Jaringan IndonesiaPusatnya di SurabayaNazly ketika itu didapuk sebagai wakil ketua
Dia bersama rekan seprofesinya getol menyosialisasikan dan menjaring para pendonor"Donor organ sifatnya sukarela, tak pernah ada paksaanKami hanya menyosialisasikan," ujar alumnus sekolah farmasi ITB itu
Asosiasi itu menampung orang-orang yang bersedia mendonorkan organnya ketika meninggal dunia nantiPendonor diberi kartu keanggotaanMereka juga mengisi surat pernyataan siap mendermakan organnya ketika meninggal duniaSelain itu, untuk mengantisipasi kekurangan donor organ tubuh, sejak beberapa tahun lalu bank jaringan mengadakan penelitian dengan memproses tulang sapi sebagai pengganti tulang manusiaPenelitian itu cukup berhasilKe depan, pengembangan tulang sapi akan semakin sering dilakukan
Tergerak dengan apa yang digeluti selama ini, Nazly berkeinginan agar kelak juga bisa mendonorkan organ tubuhnya ketika meninggal dunia"Saya siap jadi pendonorDaripada tubuh saya tidak terpakai, lebih baik saya sumbangkan untuk menyelamatkan banyak orang," ungkapnyaNazly merelakan beberapa bagian tubuhnya diambil untuk donor
Agar instansi yang dipimpinnya terus bergerak maju, Nazly rajin bergabung dengan forum internasionalSejak 1984, dia bergabung dengan Pacific Association of Tissue BankTiap tahun Nazly mengikuti kongresBahkan, dia pernah menjabat sekretaris jenderal asosiasi tersebut selama tujuh tahunSelama itu pula dia berkiprah mengembangkan instansinya
Ketika bidang penelitian itu belum banyak diminati, Nazly mencoba merangkul generasi di bawahnyaSetiap tahun dia mengirimkan anak buahnya ke luar negeri untuk memperdalam bidang kesehatan tersebutKini, ketika Nazly pensiun, sudah banyak kader yang mampu menggantikan posisinyaMeski pensiun, bukan berarti aktivitasnya berhentiDia tetap menjadi konsultan di lembaga tersebut.
Lantaran keberhasilannya memimpin instansi itu, perempuan kelahiran Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam itu pernah mendapat penghargaan Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Soeharto pada 1990Penghargaan itu juga sebagai pengakuan atas keberhasilannya mentransformasi alih teknologi iridiator bank jaringan dari pemerintah ke swastaSetelah rehat dari bank jaringan, saat ini Nazly banyak memberi pelatihan, seminar, dan perkuliahan di berbagai negara Asia
"Saya tidak ingin ilmu yang saya kembangkan bertahun-tahun mandek sampai di sini," ujar perempuan kelahiran 1938 ituNenek empat cucu itu juga sudah menelurkan berbagai karya dan buku tentang bank jaringanBukunya menjadi salah satu referensi di beberapa perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Enggan Bersosialisasi, Dikenal sebagai Orang Rumahan
Redaktur : Tim Redaksi