jpnn.com - SLAWI - Hingga Januari 2014, prospek cuaca di daerah pantai utara (pantura) Kabupaten Tegal diperkirakan terus berawan disertai hujan dengan intensitas ringan. Meski demikian, ketinggian gelombang di Laut Jawa berkisar antara satu hingga 2,5 meter. Karena itu, nelayan diminta untuk terus waspada. Hal ini dilontarkan Kepala Stasiun Meteorologi Tegal (SMT), Hendy Andriyanto, saat dihubungi, kemarin.
Dia menjelaskan, data prakiraan cuaca yang dilansir SMT, berlaku sampai 28 Desember kemarin menyebutkan, angin bertiup dari arah barat daya-barat laut dengan kecepatan lima sampai 30 kilometer per jam. "Itu terjadi pada saat sore hingga malam hari," ujarnya.
BACA JUGA: Ratusan Usulan Pensiun PNS Ditolak
Menurut dia, tingginya gelombang di Laut Jawa karena pengaruh dari awan gelap (Cumulonimbus). Keberadaan awan tersebut dapat menimbulkan angin kencang serta menambah tingginya gelombang. "Para nelayan harus berhati-hati," pesannya.
Disisi lain, menurut kesaksian sejumlah nelayan di pelabuhan ikan Desa Munjungagung Kecamatan Kramat, ketinggian ombak mencapai sekitar lima meter. “Data prakiraan cuaca terkadang kurang tepat dengan kondisi di lapangan,” kata Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Kabupaten Tegal, Casmudi.
BACA JUGA: Pengusaha Karaoke Sebut Rakyat Butuh Hiburan
Dengan adanya gelombang tinggi itu, Ia mengaku telah mengimbau kepada nelayan yang sudah terlanjur melaut untuk terus melaporkan perkembangan cuaca melalui jaringan radio komunikasi. "Kami tetap memantau mereka (para nelayan)," ucapnya.
Sementara di wilayah atas Kabupaten Tegal seperti di Kecamatan Bojong, hujan terus mengguyur yang menyebabkan munculnya rekahan-rekahan tanah di perbukitan wilayah tersebut. “Ada 17 desa di Bojong. Semua rawan longsor,” kata Camat Bojong, Muhtadi.
Muhtadi mengatakan, rekahan-rekahan tanah yang berpotensi longsor terpantau di wilayah Desa Rembul, Tuwel, Batunyana, dan di sekitar obyek wisata Guci. Di Desa Tuwel, rekahan tanah juga mengancam akses jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Bojong dan Bumijawa. Jalan yang cukup ramai dilalui kendaraan itu berada di bawah perbukitan yang rawan longsor jika terus diguyur hujan intensitas tinggi.
BACA JUGA: Setelah Ditabrak Mobil, Ambulans Masuk Jurang, Bocah 6 Tahun Tewas
Menurut Muhtadi, kesadaran warga Kecamatan Bojong akan bahaya longsor sudah tinggi. Sebab, tidak ada permukiman atau rumah warga yang berada dalam zona merah rawan bencana.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal, Tedjo Kisworo, mengimbau para penambang pasir karst di perbukitan wilayah Bojong dan Bumijawa agar segera menghentikan aktivitasnya selama musim hujan. “Jangan sampai peristiwa di Karangmulya terulang,” ujarnya.
Juni lalu, tujuh penambang pasir karst tertimbun longsor di Desa Karangmulya, Kecamatan Bojong. Dua di antaranya berhasil diselamatkan. Sedangkan lima lainnya tewas tertimbun tanah. Bencana longsor itu terjadi karena mereka menambang dari bawah bukit hingga meninggalkan bekas seperti gua. (yer)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 24 Anak Hidup di Lapas
Redaktur : Tim Redaksi