SABANG–BMKG tak henti-hentinya mengeluarkan peringatan kepada nelayan agar menghentikan aktivitas melaut sementara waktuNamun hal itu tak jua diindahkan oleh sejumlah pencari nafkah ikan ini
BACA JUGA: Pesawat Aerosport Malaysia Jatuh di Padang
Terbukti, akibat cuaca buruk seorang nelayan bernama Marhaban (30) warga Tanoh Buju, Gampong Cot Bau, kemarin malam, dilaporkan hilang dan belum kembali ke pangkalan nelayan.Tak ayal, pihak keluarga pun dibuat sibuk untuk mencari keberadaan korban, Selanjutnya, abang kandung korban Jailani melaporkan hal tersebut ke Administrator Pelabuhan Kota Sabang.
Pengakuan Jailani, sebelumnya korban bersama tiga nelayan lainnya terlihat pada Rabu (22/6) pagi pergi melaut menggunakan boat masing-masing
BACA JUGA: Bukan Bom, Hanya Laptop
Berdasarkan keterangan yang berhasil dihimpun dari para teman-teman nelayan, Marhaban hilang berada pada posisi titik kompas 130 derajat arah Pulau Rondo persisnya di lokasi rumpon nelayan atau persisnya dua jam pelayaran dari arah Sabang.
Menyikapi laporan dari abang korban, pihak Adpel yang diwakili oleh Jumsari langsung mengelar rapat darurat dengan pihak-pihak terkait, yang dihadiri oleh Wakil Walikota Sabang, Islamuddin, perwakilan TNI AL, Kepolisian, Perwakilan SAR Sabang, relawan Rapi dan para nelayan
BACA JUGA: Terjun dari Kapal, Mahasiswa Tewas
Mengingat kondisi cuaca sedang buruk dengan perkiraan gelombang setinggi 2-3 meter."Perkiraan BMKG, ketinggian 2-3 meter dan faktor malam mempengaruhi jarak pandang pencaharianJadi kita malam ini sudah melakukan aksi dan kita menanggapi laporan dari abang korban," kata Jumsari.
Badai yang tak mau bersahabat membuat ratusan nelayan Pidie Jaya (Pijay) mendaratkan jaringnya. "Empat hari terakhir ini, kami tidak bisa melaut karena gelombang tinggi dan badai masih melanda wilayah laut PidieKami takut berangkat ke laut nanti disapu gelombang besar,” kata Sulaiman (42), nelayan Jangka Buya.
Meski ada beberapa nelayan yang nekat berangkat ke laut paling tinggi mencari ikan sekitar 3 mil dari pantaiSebab, pada jarak ini gelombang tidak terlalu tinggiDengan demikian, para nelayan masih bisa menebar alat tangkap di lautNamun, hasil tangkap sedikit karena ikan yang banyak berada di laut lepas.
”Bagi kami tidak masalah yang penting setiap hari ada pendapatan, sehingga kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi dan dapur tetap berasap,” ujarnya.
Hal senada diakui dahlan, nelayan panteraja Ia mengatakan, sudah hampir dua minggu dia tidak berangkat ke laut karena gelombang tinggi. “Sejak gelombang tinggi disertai badai melanda, saya dan teman-teman tidak berangkat ke lautKita baru berangkat ke laut kalau gelombang benar-benar aman,” ujarnya(han/mag-33)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tunggu Persetujuan Mendagri Mekarkan Sukabumi
Redaktur : Tim Redaksi