jpnn.com, KATHMANDU - Nepal menerapkan sejumlah peraturan baru terkait pendakian di Pegunungan Himalaya. Termasuk di antaranya melarang pendakian solo dan larangan bagi penyandang disabilitas.
"Peraturan ini diterapkan untuk membuat pendakian lebih aman dan mengurangi angka kecelakaan," ujar Menteri Kebudayaan Pariwisata dan Penerbangan Sipil Maheshwor Neupane kepada AFP.
BACA JUGA: Nepal Perketat Aturan Anti-Kebebasan Beragama
Setiap tahun ratusan pendaki memulai ekspedisi Himalaya mereka dari Nepal, dengan Gunung Everest sebagai destinasi favorit. Sayangnya, di Everst saja, enam sampai delapan pendaki kehilangan nyawa setiap tahunnya.
Pendaki kawakan asal Swiss Ueli Steck adalah salah satu korban Himalaya tahun ini. Dia terpeleset ketika berusaha menaklukan puncak Nuptse.
BACA JUGA: Ratusan Lebah Beracun Serang Pendaki Gunung
Peraturan baru ini diprediksi akan memicu kemarahan para pendaki elite yang menganggap menaklukkan puncak tertinggi dunia sebagai sebuah tantangan.
Mereka berpendapat bahwa makin banyaknya ekspedisi komersial di Everest sebagai penyebab tingginya angka kecelakaan dan kematian.
BACA JUGA: Tak Ada Lagi Perempuan Yang Diasingkan Saat Menstruasi!
Penyandang disabilitas juga terdampak kebijakan baru pemerintah Nepal. Pendaki buta dan yang kedua kakinya cacat kini dilarang mendaki Himalaya.
Kebijakan ini dengan cepat dicap sebagai bentuk diskriminasi. "Ini adalah diskriminasi terhadap kalangan disabilitas, melanggar HAM," tulis Hari Budha Magar, seorang tuna daksa yang bercita-cita mendaki Everest, di Facebook. (AFP/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Khansa Syahla, Si Cilik yang Taklukan Gunung Carstensz
Redaktur & Reporter : Adil