Netanyahu Undang Mahmud Abbas

Rabu, 06 April 2016 – 10:56 WIB
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. FOTO: AFP

jpnn.com - JERUSALEM – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menjawab ’tantangan’ Presiden Palestina Mahmud Abbas untuk bertemu dan mendiskusikan masalah konflik antara dua negara yang mereka pimpin. Pada Kamis (31/3), dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Channel 2, Abbas menyatakan siap bertemu dengan Netanyahu kapan saja.

“Beberapa hari lalu di televisi Israel saya dengar Presiden Abbas mengatakan, jika saya mengundangnya untuk bertemu, dia akan datang. Saya mengundangnya lagi, saya telah mengosongkan jadwal saya minggu ini. Dia bisa datang kapan pun dan akan saya temui,” ujar Netanyahu di hadapan para jurnalis saat menemuni Menteri Luar Negeri Ceko Lubomir Zaoralek pada Senin (4/4).

BACA JUGA: Perdana Menteri Mundur Gara-gara Panama Papers

Politikus yang akrab disapa Bibi tersebut mengungkapkan bahwa pintunya selalu terbuka untuk siapa saja yang menawarkan perdamaian dengan Israel. 

Dia juga menegaskan bahwa mereka memang perlu bertemu karena banyak hal yang perlu dibicarakan. Salah satunya, intifadah yang kembali terjadi baru-baru ini. 

BACA JUGA: Gagal Bayar Pinjaman Bangun Rumah, Presiden Diminta Mundur

Akibat intifadah tersebut, sekitar 200 penduduk Palestina tewas ditembak warga Israel. Di pihak Israel pun 28 orang tewas karena ditusuk, ditembak, atau ditabrak warga Palestina maupun Arab Israel. 

’’Kita punya banyak hal untuk didiskusikan, tapi yang harus dibahas pertama adalah mengakhiri kampanye Palestina untuk membunuh warga Israel,’’ terang Bibi.

BACA JUGA: Korea Utara Serang Istana Presiden Korsel

Israel pun belakangan dikecam karena menggunakan kekerasan berlebihan pada beberapa kasus penanganan intifadah tersebut. Namun, Israel menampik hal itu. 

Para analis maupun penduduk Palestina menyatakan bahwa intifadah tersebut muncul akibat rasa frustasi mereka atas pendudukan Israel, pembangunan di tanah Palestina, dan tidak adanya kemajuan dalam usaha perdamaian dua negara.

’’Kurangnya harapan, kurangnya rasa percaya,’’ terang Abbas dalam wawancara akhir Maret lalu terkait dengan alasan serangan pisau yang terus dilakukan penduduk Palestina. Dia menjelaskan, jika Netanyahu benar-benar serius melakukan pembicaraan damai, serangan dari penduduk Palestina tersebut akan mereda.

Terpisah, pernyataan Netanyahu itu langsung ditanggapi Nabil Abu Rudeina, juru bicara Kepresidenan Palestina. Dia menyatakan bahwa yang diinginkan Abbas hanyalah perdamaian yang didasarkan legitimasi internasional dan perjanjian yang telah ditandatangani sebelumnya. 

’’Kami menginginkan Israel mengakui solusi dua negaradanberhentimelakukanpembangunan (di wilayah Palestina Red),’ ungkapnya.

Israel selama ini memang tidak pernah mengakui Palestina sebagai negara, termasuk dalam setiap usaha perdamaian yang dilakukan. 

Pembicaraan damai yang didukung Amerika Serikat sempat berlangsung selama sembilan bulan, tetapi akhirnya gagal pada 9 April 2014. Abbas pun sempat bertemu dan berjabat tangan dengan Netanyahu pada November dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Paris.

Namun, saat itu keduanya tidak pernah benar-benar melakukan pembicaraan penting yang membahas masalah konflik dua negara. 

Keduanya dilaporkan beberapa kali melakukan pertemuan secara rahasia. Tetapi, tidak pernah ada konfirmasi mengenai hal tersebut. Hingga kemarinpun, tidak ada kepastian Abbas akan menemui Netanyahu atau tidak. (AFP/YNet News/sha/c20/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... MNLF Desak Filipina Terima Bantuan Pasukan Elite Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler