Artikel ini diproduksi oleh ABC Indonesia.
Kondisi 'new normal' sedang banyak dibicarakan di hampir semua negara, termasuk di Australia dan Indonesia. ABC Indonesia membahasnya dalam diskusi online yang menampilkan para produser dan jurnalisnya.
BACA JUGA: Menpora Siapkan Draf Protokol Kesehatan Bidang Olahraga di Era New Normal
'New Normal' adalah sebuah keadaan dimana tiap-tiap individu beradaptasi dengan kondisi sosial di saat aturan pembatasan sosial diberlakukan.
Di Australia, aktivitas warga tidak langsung menjadi normal seperti sebelum pandemi virus corona, meski pembatasan aktivitas warganya sudah dilonggarkan.
BACA JUGA: Indonesia Tetap Jadi Prioritas Australia di Masa Pandemi Virus Corona
Pelonggaran dilakukan dengan cara bertahap dan masing-masing negara bagian memiliki kebijakannya sendiri dalam menerapkannya. Tiga tahapan pelonggaran di Australia
Pelonggaran aturan pembatasan pergerakan aktivitas di Australia akan dilakukan secara bertahap.
BACA JUGA: Pemerintah Mau New Normal, Komjen Agus Bicara soal Adaptasi dan Disiplin
Tetap mengacu pada 'social distancing'Dalam acara 'Ngobrol Bareng Soal Virus Corona Dari Australia' yang disiarkan di Facebook ABC Indonesia, Sastra Wijaya mengatakan sebenarnya tidak banyak perbedaan dari tiap-tiap negara bagian dalam melonggarkan aktivitas warga.
Ia mengatakan Pemerintah Pusat Australia yang bermarkas di ibukota Canberra telah menyerahkan ke tiap-tiap negara bagian untuk melonggarkan aturan yang selama ini membatasi aktivitas warga, dengan tujuan perekonomian bisa bangkit kembali.
"Namun semuanya masih berdasarkan pada social distancing [menjaga jarak antara individu," ujar Sastra.
Sastra memberikan contoh rumah tangga yang sudah bisa menerima tamu atau restoran yang sudah boleh buka tetap harus membatasi jumlah orang.
Hari Jumat (2/05), Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan pemerintahannya baru akan membuka sepenuhnya pusat-pusat kegiatan, jika penularan virus corona di Australia sudah benar-benar nol.
Saat ini ada kurang dari 500 kasus corona positif di Australia dan dua orang yang berada di rumah sakit dengan bantuan pernafasan atau ventilator.
Anda bisa menonton rekaman video 'Ngobrol Bareng Soal Virus Corona Dari Australia' di Facebook ABC Indonesia. External Link: Facebook Live Facebook
'Jangan disalahpahami'
Pusat-pusat perbelanjaan di Australia tidak sepenuhnya tutup beroperasi sejak awal pandemi, karena ada beberapa toko yang tetap memberikan pelayanan yang termasuk dalam kategori "esensial".
Namun setelah pembatasan aktivitas warga dilonggarkan, diprediksi akan semakin banyak warga Australia yang mengunjunginya untuk berbelanja.
Lantas amankah pergi ke pusat perbelanjaan di Australia di saat aturan jarak minimal 1,5 hingga 2 meter tetap diberlakukan? Photo: Mall dan pusat-pusat perbelanjaan di Australia sudah kembali ramai setelah adanya pelonggaran pembatasan sosial terkait COVID-19. (Twitter: @maree_jun)
"Pelonggaran pusat-pusat perbelanjaan ini jangan disalahpahami," ujar Farid Ibrahim.
"Karena Australia sebenarnya sudah melalui sejumlah tahapan … sebelum diputuskan untuk dibuka kembali secara luas," tambah Farid.
Farid menjelaskan tetap ada imbauan agar warga yang datang ke pusat perbelanjaan tetap menjaga jarak aman yang dianjurkan, selain dianjurkan "berbelanja dengan cepat" demi mencegah penularan baru. Aturan baru di sekolah Photo: Alat tulis Nararya, anak asal Indonesia di Melbourne sekarang dinamai dan tidak boleh dipinjamkan dengan teman sekelasnya. (Supplied: Jamil Bahruddin)
Salah satu laporan Hellena Souisa pekan ini adalah soal dibukanya sekolah-sekolah di Australia yang sudah menjadi perdebatan di kalangan warga, sejak awal pandemi.
"Ada kekhawatiran kalau sekolah ditutup maka para pekerja medis akan sulit untuk mengatur waktunya, sementara ada prioritas bagi mereka untuk tetap bekerja," kata Hellena dalam acara diskusi tersebut.
Alasan lainnya adalah Australia sangat konsisten dengan hasil temuan bahwa anak-anak tidak termasuk pada kelompok yang rentan tertular virus corona.
"Tapi ini harus dites lagi di Indonesia," jelas Hellena, karena kondisi anak-anak di tiap negara berbeda.
Sementara bagi orangtua di Australia yang tidak merasa aman mengirimkan anaknya ke sekolah, tetap bisa memilih agar bersekolah di rumah.
Aturan baru di sekolah diantaranya adalah lokasi menurunkan dan menjemput anak yang berbeda dan tidak diperbolehkannya meminjam alat tulis, jelas Hellena. Restoran Indonesia tetap berikan layanan 'delivery' Photo: Sartono (kedua dari kanan) mengaku restorannya tak akan bertahan tanpa bantuan dari Pemerintah Australia Selatan. (Facebook, Pondok Daun Restaurant)
Sejumlah pemilik restoran Indonesia di Australia menyambut baik boleh dibukanya kembali restoran, meski jumlah pelanggan yang bisa makan di tempat dibatasi.
Tidak seperti di Indonesia yang memiliki layanan antar makanan atau layanan lainnya dengan cakupan wilayah tujuan pengantaran yang lebih besar, layanan antar ke rumah di Australia lebih terbatas.
Namun para pemilik restoran Indonesia di Australia yang berbicara kepada ABC Indonesia mengatakan masih akan ada yang tetap memberikan layanan antar ke rumah.
"Setelah mereka membuka kembali layanan makan di tempat, layanan delivery akan tetap dilakukan juga," ujar Natasya Salim. Kami menjawab pertanyaan seputar virus corona: Apakah Australia siap dengan gelombang kedua virus corona? Apa penjelasan di balik angka kematian di Indonesia? Siapa pasien pertama COVID-19 yang mengubah kehidupan dunia?
"Sebeneranya perbandingan biaya operasional antara menyediakan layanan takeaway dan delivery dengan layanan dine-in maka lebih besar kalau memberikan layanan dine-in," katanya.
Hellena Souisa menambahkan yang unik dari restoran Indonesia di Australia adalah hampir semuanya kini memiliki 'Whatsapp group'.
"Membuat kita yang … tidak tahu ada segitu banyak restoran Indonesia di Melbourne … jadi tahu oh ternyata banyak," ujarnya yang mengaku sering memesan makanan. Alasan Australia bisa menekan penularan
Australia temasuk salah satu negara yang tegas soal aturan pembatasan sosial, karena menerapkan sejumlah denda yang besar.
"[Kita] mendengarkan imbauan-imbauan atau aturan dari pemerintah yang sedang berlaku dan berusaha menaatinya," kata Natasya soal apa yang bisa ditiru dari Australia. Butuh 'keterbukaan dan ketegasan' pemerintah
Yanuar Nugroho, seorang akademisi Indonesia mengatakan ada kesan pemerintah tidak serius sejak awal mewabahnya virus corona.
Sementara bagi Hellena, pemerintah Australia memberikan pesan terkait virus corona dengan jelas dan bisa ditemukan dengan mudah.
"Pesannya jelas bahwa ini penting, ini serius, ini yang harus kamu lakukan, ini yang tidak bisa dilakukan," kata Hellena.
Hellena mencontohkan betapa jelasnya empat alasan yang membuat warga Australia boleh keluar rumah dan pesan ini bisa ditemukan di hampir semua media. Pandemi virus corona
Ikuti laporan terkini terkait virus corona dari Australia dalam Bahasa Indonesia.
Tapi menurut Farid, yang membedakan penegakan aturan terkait pembatasan aktivitas sosial di Australia dengan negara lainnya, seperti Indonesia, salah satunya adalah faktor ekonomi.
"Melihat perdebatan yang terjadi di tanah air adalah apakah kita akan mematuhi anjuran kesehatan tapi kemudian perekonomian kita menjadi berantakan," jelas Farid.
Di Australia kondisi ini bisa terkendalikan, dari pengamatan Farid, karena perekonomian yang sangat kuat, dengan kucuran bantuan dan skema yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, di luar tunjangan yang sudah ada sebelumnya.
Sementara bagi Sastra, satu hal yang membuat Australia berhasil menekan jumlah penularan adalah jumlah pengetesan virus corona.
"Semakin banyak orang dites semakin jelas bagi pemerintah untuk melihat petanya, jika ada kasus-kasus tersembunyi," jelasnya. 'Membutuhkan kerjasama'
Berikut adalah sejumlah pernyataan dari jurnalis ABC Indonesia soal arti pelonggaran pembatasan sosial dan bagaimana menyambut 'new normal'.
"Jangan disalahpahami, 'oh Australia saja sudah dibuka', jangan sampai ada negara lain, katakanlah Indonesia, kemudian menjadikan Australia sebagai rujukan, ujar Farid Ibrahim.
"Tidak kemudian keadaan membaik boleh keluar, boleh bekerja kembali ke kantor lagi, karena butuh persiapan … seperti bagaimana transportasi publiknya dipersiapkan," kata Sastra Wijaya.
"Aturan boleh ada 50 orang di satu ruangan, tapi … harus memenuhi syarat empat meter persegi per orang, jadi kalau ruangannya hanya 50 meter persegi ya enggak boleh ada 50 orang," ungkap Hellena Souisa.
"Kita harus merasa diri kita yang punya virus. Dengan memiliki pikiran seperti itu, kita jadi lebih berhati-hati saat berinteraksi dengan orang lain, karena kita tak mau menularkannya ke orang lain, meski kita terlihat sehat," kata Erwin Renaldi.
"Dalam menghadapi pandemi ini, kita membutuhkan kerjasama satu sama lain dan kesadaran yang tinggi akan orang-orang di sekitar kita juga," jelas Natasya.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesan Wapres Maruf Amin dalam Menghadapi New Normal