Ngasiman Djoyonegoro Ajak Kader PMII Ciputat Lawan Hoaks

Senin, 05 Maret 2018 – 19:15 WIB
Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro bersama peserta Pelatihan Kader Lanjutan (PKL) II Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat. Foto: PMII

jpnn.com, TANGERANG SELATAN - Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro mengatakan, setiap orang, terutama mahasiswa, harus mempelajari ilmu intelijen.

Menurut pria yang karib disapa Simon itu, secara luas, ilmu intelijen bisa dipahami sebagai ilmu yang mencari kebenaran data.

BACA JUGA: Hoaks Ancam Demokrasi, Aksi Polri Gulung MCA Diapresiasi

Dalam konteks ini, ilmu intelijen bisa digunakan untuk melawan hoaks yang kini merajalela.

“Selain sebagai seni, intelijen itu sebagai ilmu. Maka, intelijen itu harus dapat dipelajari, termasuk dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah,” kata Simon saat menjadi pembicara dalam Pelatihan Kader Lanjutan (PKL) II Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat di Balai Pelatihan Kementerian Desa, Ciracas, Jakarta Timur, 1-4 Maret 2018.

BACA JUGA: Ada 45 Isu Penyerangan Ulama, Faktanya Cuma 3 Peristiwa

Kegiatan yang mengangkat tema Becoming Online and Offline Influencer itu diikuti lebih dari 50 lebih peserta dari berbagai universitas di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Simon menambahkan, peserta PKL harus memahami informasi dengan valid karena mereka calon pemimpin.

BACA JUGA: MUI Haramkan Hoaks di Media Sosial!

“Mahasiswa tidak boleh menjadi objek (sasaran) hoaks. Jika informasi yang diperoleh saja hoaks, maka dalam mengambil keputusan pasti keliru,” terang Simon.

Kandidat doktor dari Universitas Brawijaya Malang itu juga memaparkan perkembangan dunia keamanan nasional pada era siber.

Menurut Simon, ancaman keamanan nasional kini tidak hanya dalam bentuk fisik, tapi juga dalam dunia siber.

“Eskalasi sifat, sumber, dimensi serta spektrum ancaman keamanan nasional tentu terus berubah. Ancaman itu bukan hanya berbentuk fisik, namun juga nonfisik, seperti maraknya hoaks yang diproduksi oleh pihak-pihak tertentu,” tambah Simon.

Simon menambahkan, pada 2017 ada sekitar  205.502.159 serangan siber di Indonesia.

Dari jumlah itu, hoaks masuk di dalamnya. Kondisi itu merupakan alarm serius karena dua tahun ini merupakan tahun politik.

Sebagaimana diketahui, sebanyak 171 daerah akan menggelar Pilkada Serentak 2018.

Sementara itu, pada 2019 akan digelar pemilu legislatif dan pemilihan presiden.

“Pada tahun politik ini ancaman hoaks dipastikan marak. Mahasiswa sebagai agen perubahan sosial perlu menjadi motor penggerak melakukan perlawanan terhadap hoaks,” ujar Simon.

Sementara itu, Ketua Umum PMII Cabang Ciputat Abdurrahman Wahid mengatakan, PKL II dimaksudkan sebagai upaya penggemblengan kader dalam rangka memahami tantangan-tantang baru dunia digital.

“Dalam dunia maya, kita dituntut untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Sementara dalam dunia nyata, peserta PKL ini dituntut juga memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar,” jelas Abdurrahman.

Dia juga mendorong kader-kadernya untuk menuntaskan kaderisasi formal dalam organisasi. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gatot Ungkap Motif Politik di Balik Muslim Cyber Army


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler