Ngeri! Ekonom Ingatkan Pemerintah Pada Syok Taper Tantrum 2013: Harus Jadi Pelajaran Penting

Jumat, 13 Agustus 2021 – 16:05 WIB
Pemerintah diminta waspadai taper tantrum. Ilustrasi: Pialang sedang bekerja di lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat (Reuters)

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyarankan pemerintah segera mengambil langkah untuk meminimalisir risiko akibat tapering off atau pengetatan kebijakan The Fed.

"Shock taper tantrum pada 2013 menjadi pelajaran penting agar memperkuat fundamental ekonomi," beber Bhima kepada JPNN.com, di Jakarta, Jumat (13/8).

BACA JUGA: Data Ekonomi AS Positif, Isu Tapering Off The Fed Menguat, Waspada Kurs Rupiah Jeblok!

Peraih gelar Master in Finance dari University of Bradford, UK itu mengungkapkan pemerintah bisa mengambil langkah dengan memperkuat devisa dengan optimalkan Devisa Hasil Ekspor yang dikonversi ke rupiah.

"BI dalam keadaan emergency bisa berlakukan capital control seperti Thailand di mana DHE minimum disimpan di bank dalam negeri selama 6-9 bulan," kata Bhima.

BACA JUGA: Isu Tapering Off The Fed Tak Bisa Dianggap Remeh, Coba Lihat Kurs Rupiah Senin

Kemudian, lanjut dia, ancaman keluarnya dana asing harus di antisipasi dengan lakukan pengendalian terhadap risiko utang pemerintah dan swasta.

"Dorong swasta agar lakukan hedging untuk lindungi dari kerugian selisih kurs rupiah. Bagi pemerintah sebaiknya kelola utang dengan lebih hati-hati, khususnya utang luar negeri," kata dia.

BACA JUGA: Ekonom Cium Gelagat Kuat Tapering Off The Fed Terjadi 2022, Bisa Gawat!

Bhima juga menilai pemerintah harus mendorong investasi yang berkualitas bukan sekedar portfolio.

"Sehingga struktur investasi bisa lebih panjang tidak mudah terguncang faktor eksternal," ungkapnya.

Terakhir, pemerintah harus mendorong permintaan dan pertumbuhan kredit usaha sebelum tapering off terjadi untuk percepat pemulihan ekonomi.

Pasalnya, volatilitas kurs membuat impor naik signifikan dan memukul industri manufaktur yang bahan bakunya impor.

Pasalnya, Rupiah diperkirakan melemah Rp 16 ribu hingga Rp 17 ribu per USD jika tapering off The Fed mulai awal 2022.

"Karena, ketika tapering off terjadi maka bank sentral cenderung naikan suku bunga yang berakibat pada mahalnya biaya pinjaman," tegas Bhima.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (12/8) bahwa klaim pengangguran sedikit menurun menjadi sebanyak 250 ribu klaim pada pekan lalu, lebih rendah dari konsensus 387 ribu.

Sementara kenaikan inflasi harga konsumen AS berhenti pada Juli di level 5,4 persen (yoy) atau sesuai dengan ekspektasi pasar.

Sebelumnya, Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida sebelumnya mengatakan bank sentral berada di jalur untuk memulai kenaikan suku bunga pada 2023 dengan kemungkinan pengumuman bertahap akhir tahun ini.

Richard bahkan memberikan sinyal pengurangan pembelian obligasi pada akhir tahun ini atau awal tahun depan. Semua tergantung bagaimana data tenaga kerja Negeri Paman Sam dalam beberapa bulan ke depan. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler