jpnn.com, JAKARTA - Hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve bakal dibeberkan hari ini, Rabu (3/11).
Sejumlah ekonom dunia pun ikut meramalkan sikap The Fed di tengah kekhawatiran besar terkait inflasi di negeri Paman Sam.
BACA JUGA: Tips dari Ekonom Agar Kuat Menghadapi Tapering The Fed
Kepala ekonom di firma akuntansi besar Grant Thornton Diane Swonk meramalkan The Fed mantap mengetatkan kebijakan atau melakukan tapering hari ini.
Hal itu, berdasarkan statmen yang terlontar dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pembuat kebijakan The Fed yang menyatakan akan memberikan suara bulat selama pertemuan kebijakan dua hari yang dimulai Selasa (2/11).
BACA JUGA: Tapering The Fed di Depan Mata, Bagaimana Persiapan Indonesia?
FOMC, kata Swonk sepakat agar The Fed mengurangi pembelian aset bulanan bank sentral sebesar USD 120 miliar. FOMC menilai, lanjut Swonk, mereka harus mengatasi masalah inflasi yang pelik.
"Komite berharap untuk mengakhiri pengurangan pembelian asetnya pada pertengahan 2022. Mungkin harus mempercepat garis waktu itu jika inflasi tidak cukup cepat moderat," kata Swonk.
BACA JUGA: Badai Tapering The Fed Mendekat, Harga Emas Mulai Morat-marit
Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS dalam 12 bulan hingga September, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti dan ukuran inflasi pilihan Fed, naik 3,6 persen.
Kenaikan bahkan terjadi dalam kurun waktu empat bulan berturut-turut, angka itu tetapi di level tertinggi sejak Mei 1991.
Swonk memperkirakan indeks harga PCE inti mencapai puncaknya di atas 4,0 persen pada akhir 2021.
Dia juga menyebut indeks harga PCE bakal melambat menjadi 3,5 persen pada pertengahan 2022, masih di atas target inflasi bank sentral sebesar 2,0 persen.
Di sisi lain, menurut Swonk, tingkat pengangguran AS diperkirakan turun di bawah 4,0 persen pada paruh pertama 2022 dari 4,8 persen pada September.
"Pergeseran itu akan mendorong tapering off yang lebih cepat dan kenaikan suku bunga yang lebih cepat daripada yang ditetapkan Federal Reserve dalam perkiraan September," katanya.
Namun, kepala ekonom di perusahaan akuntansi dan konsultan RSM US LLP Joseph Brusuelas yakin tapering tak kan terjadi.
"Jauh dari diskusi tapering, The Fed akan mempertahankan kebijakan suku bunganya dalam kisaran antara nol dan 25 basis poin dan tidak membuat perubahan apa pun pada suku bunga yang dibayarkan atas kelebihan cadangan," kata Brusuelas.
Sementara pasar telah agresif memperkirakan dua kenaikan suku bunga penuh pada akhir tahun depan.
"Perkiraan kami adalah bahwa kenaikan suku bunga pertama tidak akan terjadi sampai Maret 2023," katanya.
Brusuelas menuturkan The Fed telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada level rekor terendah mendekati nol sejak pandemi Covid-19 terjadi.
Berbeda dengan kedua ekonom lain, kepala ekonom dari Wells Fargo Securities Jay H. Bryson percaya bahwa Powell kemungkinan akan pengumumkan tapering dengan pengingat tegas lainnya.
Menurut dia, Powell akan menebalkan batasan untuk meningkatkan suku bunga jangka pendek jauh lebih tinggi.
"Pada tingkat pertumbuhan pekerjaan Agustus, dibutuhkan kurang lebih dua tahun untuk memulihkan 100 persen lapangan pekerjaan yang hilang selama pandemi. Bahkan ekonomi masih akan kekurangan beberapa juta pekerjaan dari tren prapandemi," kata Bryson.
"Dalam pandangan kami, kesenjangan ketenagakerjaan ini, dipasangkan dengan proyeksi perlambatan inflasi kami, akan membuat The Fed tidak menaikkan suku bunga hingga 2023," tambah Bryson. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia