Ngopi Bareng Milenial, Semakin Pahit Kian Nikmat

Sabtu, 23 Februari 2019 – 07:05 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat mengunjungi sebuah warung kopi, Sinopis Creative Space di bilangan Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/2) malam. Foto: Ist

jpnn.com - Mengisi malam yang dingin di Kota Bandung, Jawa Barat, bisa dilakukan dengan ngopi bareng teman-teman sejawat. Selain bersantai, ngopi bareng juga bisa memunculkan kreativitas, inspirasi, dan ajang mengeluarkan serta menyalurkan ide dan gagasan.

M. KUSDHARMADI - Bandung

BACA JUGA: PDIP dan Gerindra Kompak Kecam Aksi Kekerasan Terhadap Wartawan

SEBUAH Sebuah warung kopi, Sinopis Creative Space di bilangan Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/2) malam, itu terlihat ramai. Halaman sebuah bangunan berisi meja dan kursi. Lantainya pun diisi bebatuan.

Dari balik pagar besi, terlihat dari kejauhan sejumlah anak muda yang belakangan beken dengan sebutan kaum milenial terlihat asyik duduk bercengkrama. Ya duduk sambil minum kopi.

BACA JUGA: Perut Rakyat Indonesia Tak Boleh Terjajah Makanan Impor

Ngopi bareng tepatnya. Sembari menikmati malam di kota kembang. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan rombongan dari Jakarta juga tidak mau ketinggalan. Mereka bergabung bersama dengan para anak muda yang merupakan para sinopsis tersebut. Diskusi sambil ngopi.

Sejumlah tokoh juga tampak hadir. Antara lain Ketua DPD PDIP TB Hasanuddin, Tim Kampanye Kiai Ma'ruf Amin, Habib Soleh Almuhdar, politikus muda PDIP Ramond Dony Adam, serta para pecinta kopi. Asyik membaur. Menikmati kopi sambil berdiskusi yang dipandu seorang sinopsis yang juga pelukis Edrike Joosencia atau Keke.

BACA JUGA: Survei: PDIP Merosot, PSI Tembus PT

Salah satu narasumber yang juga pecinta kopi, Ketut mengatakan, di Bandung sekarang ini hampir setiap tikungan ada kedai kopi. "Kedai tentang kopi juga banyak di Bandung. Kami ingin kopi menjadi perhatian, mulai petani, roaster, pekerja maupun penikmatnya," ujar Ketut.

Salah satu pecinta kopi Fery atau karib disapa Kang Fey, lebih detail menjelaskan soal kopi. Menurut dia, memang kedai kopi sudah sangat menjamur di Kota Bandung, ini. "Kalau secara angka memang agak sulit dihitung, tapi kata teman-teman sinopis ada sekitar 500 kedai kopi di Bandung," ujar Kang Fey.

Dari warung kopi, Kang Fey berujar beragam kreasi, kreativitas, ide bisa dikelola menjadi pergerakan positif. Berangkat dari pergerakan kopi, kata Kang Fey, ada suatu yang menarik yang dimulai dari budidaya sampai bagaimana bisa diminum. Kang Fey juga mengungkap bahwa siklus kopi ini sangat memberikan kontribusi positif bagi manusia.

"Circle-nya manusia selamatkan kopi, kopi selamatkan hutan, dan hutan kembali menyelamatkan manusia. Satu pohon menyuplai oksigen untuk 10 orang," ungkap Kang Fey.

Dia menjelaskan kopi tidak produktif kalau kebun atau hutan tempatnya tumbuh menyerap lebih dari 40 persen matahari. Jadi, butuh pohon pelindung. "Kalau kami menyebutnya hutan kopi. Dan yang perlu diketahui akar pohon kopi bisa menahan longsor selama 20 tahun," ungkapnya.

Kang Fey berujar, berdasar sebuat riset ada 1,6 juta hektar kebun kopi di Indonesia yang bisa menghasilkan 1000 ton per hari. Dari sisi konsumsi, Kang Fey mengatakan Indonesia masih kekurangan sekitar 200 hingga 500 ton per hari. "Dari perbandingan orang merokok dan minum kopi, masih banyak yang minum kopi. Ada sekitar 60 juta penduduk Indonesia ngopi," katanya.

Dia menjelaskan satu orang Indonesia mengonsumsi kopi lebih dari 20 gram setiap hari. Jika dikalikan dengan jumlah orang yang ngopi, berarti sehari bisa menghabiskan 1200 ton.

"Kalau dikonsumsi sama orang Indonesia masih kurang 200 ton. Ini belum lagi spesial kopi yang diekspor ke luar sekitar 300 ton. Artinya bisa kekurangan 500 ton per hari," jelasnya.

Nah, Kang Fey juga menyatakan bahwa pada akhirnya banyak pula kopi-kopi yang beredar karena dicampur jagung dan beras. "Secara produktivitas pembudayaan kopi masih kurang namun dengan adanya pegiat kopi, kedai kopi, itu sangat membantu (meningkatkan produktivitas)," kata Kang Fe.

Salah satu petani kopi, Tio, mengatakan sebenarnya konsumsi kopi di Indonesia memang tinggi. Namun, ujar Tio, ada pula yang mengonsumi yang bukan kopi sebenarnya. "Konsumsi di Jawa masih 1,5 kilogram per orang per tahun. Kopi produksi petani adalah dorongan besar peningkatan konsumsi," kata Tio yang sudah menanam kopi sejak 2009, ini.

Dia menegaskan konsumsi lokal harus didorong. Kampanye ngopi beneran sangat penting bagi petani sehingga konsumsi bisa naik. Tio menyebut, di Korea saja setiap orang rata-rata mengonsumsi kopi 12 kilogram per tahun.

"Kami harapkan seperti Pak Jokowi-lah, beliau minum kopi yang sebenarnya," ujarnya. Tio mengaku terus mengampanyekan minum kopi yang sebenarnya. Bukan kopi campuran. "Di rumah kerja relawan memang ada kedai kopi, yang kami bagikan kepada siapa pun, dengan maksud kampanye minum kopi yang sebenarnya," ujar Tio.

Sekjen Hasto menimpali bahwa Jokowi memang pecinta kopi yang sebenarnya. "Pak Jokowi jadi presiden karena minum kopi," kata Hasto sembari tersenyum. "Ya memang tren minum kopi naik. Karena itu Pak Jokowi memahami apa yang disenangi anak muda atau para milenial," lanjut dia.

Hasto juga mengaku sebagai seorang pecinta kopi. Dulu dia minum kopi pakai gula. Sekarang sudah tidak lagi. "Karena jadi politikus itu kadang-kadang hidupnya pahit," ungkap Hasto bercanda lagi.

Menurut Hasto, minum kopi dan merasakan pahitnya itu sangat nikmati. Semakin pahit akan menimbulkan rasa asam. "Pusing pun jadi hilang. Idel langsung terang. Dalam seluruh prikehidupan kopi itu sangat baik," katanya.

Hasto mengatakan Bandung sebagai pusat kreativitas apa pun terlihat baik. Sense of creativity, inovasi yang ada dan oleh milenial, dan seniman membuat segala sesuatu yang ada di Bandung menjadi indah.

"Bandung jadi pusat kreativitas anak muda, jadi simbol kebudayaan. Karena itu kami datang untuk lebih mengapresiasi Bandung. Bukan saja soal kopi, tapi semuanya, baik itu kreativitas, seni, kebudayaan, alamnya, dan lainnya," kata Hasto.

Dia mengatakan, Bandung khususnya dan Jawa Barat umumnya, telah banyak melahirkan kreativitas, pejuang, maupun para tokoh. Bahkan, ujar Hasto, Bung Karno juga dulu belajar soal nasionalisme, patriotisme, mencintai alam, bertemu Marhaen di Bandung, hingga akhirnya dirumuskan dalam Pancasila. "Bandung adalah kreativitas untuk Indonesia raya," kata Hasto.

Nah, sudahkah Anda ngopi hari ini?(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Safari Politik Kebangsaan PDIP Sambangi Kaum Milenial Bandung


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler