jpnn.com - SEKUPANG - Hasyim, 47, menangis histeris ketika menyaksikan putra kesayangannya Taslim, 15, terbujur kaku di kamar jenazah Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB), Sekupang, Sabtu (29/10).
Ia tak percaya anak sulungnya telah pergi selamanya. Sambil memeluk jenazah anaknya, Hasyim menyingkap kain biru yang menutup wajah anaknya, sembari memanggil-manggil.
BACA JUGA: Menhub Dapat Laporan ada Monopoli di Tol Laut
"Taslim, bangun nak. Ini bapak, nak," ucapnya sambil mencium jenazah anaknya dengan wajah tak percaya dan berlinangan air mata.
Saat keluarga korban berusaha menenangkannya. Suara teriakan histeris terdengar dari luar.
BACA JUGA: Dua Jam, 1.000 Tanda Tangan untuk Dahlan Iskan
"Abang bangun nak, nenek ini nak," ujar nenek korban sambil menangis.
Nenek korban yang menggunakan jilbab hijau ini semakin histeris, setelah dia menyingkap kain penutup wajah korban.
BACA JUGA: Menhub Lirik Potensi Alam di NTB
Berkali-kali dia terjatuh dan tidak sadar saat melihat cucu kesayangannya sudah tidak bernyawa.
"Aku tidak bisa terima ini, kenapa ya Tuhan," ucapnya sambil memeluk dan mencium kaki cucunya.
Taslim merupakan siswa kelas VIII, SMP Al-Azhar 2 Batam. Dia meregang nyawa setelah berusaha menolong temannya Nadia, 15, yang tenggelam saat berenang di Pantai Tanjungpinggir, Sekupang.
Menurut Nadia, dia bersama Taslim, Krisna, dan delapan orang lainnya, berangkat dari rumah mereka di Sagulung ke Tanjungpinggir hendak berenang.
Mereka mengendarai enam sepeda motor, dan tiba di pantai pukul 10.00 WIB.
Walaupun sedang hujan, dan ombak kuat, tidak mengurungkan niat mereka berenang. Setelah tiga puluh menit berenang. Nadia yang tengah berenang terbawa ombak.
"Ombak kuat, jadi saya terbawa arus, Taslim dan Krisna tanpa pikir panjang berteriak minta tolong, dan berusaha menolong saya," ucapnya seperti diberitakan batampos (Jawa Pos Group) hari ini.
Pengunjung yang mendengar teriakan itu berusaha membantu. Dan berhasil. Namun nahas, Taslim yang awalnya ingin menolong malah terbawa ombak.
Taslim tak kuasa melawan ombak kuat tersebut, dan akhirnya meninggal di tempat. Sementara Krisna kritis.
Seorang saksi mata, Deni, menduga korban tidak bisa berenang sehingga dengan mudah terbawa ombak yang kebetulan lumayan kuat.
Dirinya yang mendengar teriakan korban langsung berusaha menolong Nadia dan berhasil menyelamatkan.
"Nadia berhasil selamat, sementara rekannya terbawa ombak, kami bersama kepolisian yang bersiaga langsung mencari dan melakukan pertolongan pertama. Namun Taslim tidak selamat, sedangkan Krisna dibawa ke rumah sakit," jelas pria 40 tahun ini.
Di tempat terpisah, korban lainnya, Krisna Anggi Putera terbaring di ruangan gawat darurat, sedang berjuang untuk hidup.
Alat bantu masih terpasang di hidung dan tubuhnya. Matanya sesekali mengeluarkan tetesan air mata. Sesekali tubuhnya kejang.
Pemandangan yang membuat hati terenyuh, ketika perempuan berjilbab hitam ini terlihat dengan sabar mendampingi anaknya, dan membisikkan doa-doa di telinga putranya.
"Nak, kenapa begini nak," ucapnya sambil mengelus-elus rambut Krisna.
Krisna yang sempat mendapatkan perawatan intensif dari petugas medis ternyata tidak bertahan. Petugas medis telah berusaha menyelamatkan nyawa, namun takdir berkata lain. Krisna akhirnya menyusul temannya Taslim ke alam baka. (cr17/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendagri Diminta Tak Sahkan Nurhajizah Jadi Wagubsu
Redaktur : Tim Redaksi