BACA JUGA: Bulan Depan Harga Solar Turun
Dibandingkan Oktober 2007, hanya tumbuh 4,92 persenKinerja ekspor nonmigas juga lesu
BACA JUGA: PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Terpukul Krisis
Oktober lalu nilai ekspor nonmigas mencapai USD 9 miliar atau turun 8,10 persen ketimbang September laluBACA JUGA: Rasio Kredit Macet PKBL untuk UMKM Susut
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan menyatakan penurunan ekspor itu tidak mengejutkan karena sudah diperkirakan sejumlah ekonom dan bahkan pemerintah''Kalau September lalu kinerja ekspor melambat, Oktober lalu bisa dikatakan turun tajam,'' kata Rusman, Senin (1/12).
Menurut Rusman, penurunan ekspor tidak hanya terjadi pada nilai atau terkait harga, tapi juga volumePenurunan nilai ekspor ditunjukkan pada sejumlah komoditas pentingVolume ekspor kakao menurun 13,1 persen, sedangkan nilainya anjlok 11 persenSedangkan volume ekspor CPO naik 5 persenTapi, karena harga CPO jatuh, nilainya turun 5,6 persen.
Kemudian volume ekspor karet turun 15 persen dan nilainya ambles 22,4 persenVolume ekspor tembaga turun 9 persen dan nilainya anjlok 12 persenVolume ekspor besi baja turun 39 persen dan nilainya turun 42 persen
Jepang masih menjadi tujuan utama ekspor dengan nilai USD 1,38 miliarDisusul AS USD 992,7 juta dan Singapura USD 797,8 jutaSementara ekspor ke Uni Eropa mencapai 1,34 miliar''Ekspor ke Jepang masih stabilTapi November-Desember nanti akan terlihat menurunYang paling terasa adalah (ekspor ke) AS dan Tiongkok,'' tutur Rusman.
Total ekspor Januari-Oktober senilai USD 118,43 miliar atau naik 26,92 persen dibandingkan periode sama tahun laluNilai impor selama Januari hingga Oktober mencapai USD 112,17 miliar''Jadi, hanya ada surplus USD 6,26 miliar,'' ujar Rusman.
Nilai impor pada Oktober mencapai USD 10,61 miliar atau turun 5,30 persen ketimbang SeptemberJika dikurangkan dengan nilai ekspor Oktober, hanya ada surplus USD 200 juta''Jika kecenderungan ini terjadi terus, bisa defisit,'' ujarnya
Berdasar golongan penggunaan barang, peranan impor barang konsumsi dan bahan baku penolong selama Oktober turun dibandingkan SeptemberYaitu, masing-masing turun dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persenSedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12 persen(sof/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tarif Fiskal Udara Diusulkan Jadi Rp 3 Juta, Bawa NPWP Bebas
Redaktur : Tim Redaksi