PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Terpukul Krisis

Selasa, 02 Desember 2008 – 05:42 WIB
SURABAYA - Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) kini tak hanya membayangi perusahaan tekstil swasta, tapi juga BUMNPara pekerja PT Industri Sandang Nusantara (Persero) terancam PHK setelah krisis global mengakibatkan ekspor tekstil merosot tajam.

Menurut Deputi Menteri BUMN Bidang Jasa Mukhayat, kondisi PT Industri Sandang Nusantara berdarah akibat penurunan ekspor

BACA JUGA: Rasio Kredit Macet PKBL untuk UMKM Susut

BUMN sandang itu sudah tidak berproduksi dan hanya menghabiskan stok
Padahal, biaya operasional yang dikeluarkan mencapai Rp 13 miliar per bulan

BACA JUGA: Tarif Fiskal Udara Diusulkan Jadi Rp 3 Juta, Bawa NPWP Bebas

''Saat ini memang belum terjadi PHK
Tapi, dalam proses pengajuan (rencana PHK itu),'' katanya saat acara penanaman sejuta pohon oleh BUMN, Senin (1/12).

Dia mengakui, kondisi Industri Sandang Nusantara tidak efisien

BACA JUGA: Investor Profit Taking Saat Pembukaan IHSG

Perusahaan itu mempekerjakan 4.400 karyawan, padahal idealnya hanya 3 ribu karyawanIndustri Sandang Nusantara juga bergantung impor kapas dari Tiongkok dan Mesir''BUMN memang punya visis menyerap tenaga kerjaTetapi, suatu saat BUMN harus melakukan aksi korporasi, termasuk memangkas jumlah karyawannya,'' tuturnya

Dia menuturkan, saat ini perusahaan tekstil swasta merumahkan sekitar 10 ribu karyawanItu terjadi akibat dampak krisisHal itu juga diperparah dengan turunnya daya beli dan ketatnya likuiditas perbankan di dalam negeri.

Selain itu, lanjut dia, BUMN farmasi juga terpukul penguatan nilai tukar dolar AS atas rupiahPasalnya, hampir 100 persen bahan baku masih diimporDia menyebut sebenarnya bahan baku tersedia di dalam negeri, tapi belum ada penelitian dan pengembangan yang kuat''Saat nilai tukar dolar melonjak, produsen tidak bisa menaikkan harga jual karena harga obat ditentukan pemerintah." (ina/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penawaran Tender BII Oleh Maybank Tuntas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler