jpnn.com - BATAM - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri menyatakan tak ada lonjakan arus permintaan atau penjualan valuta asing (valas) seperti Dolar Amerika dalam jumlah besar meskipun nilai tukarnya terus menanjak terhadap mata uang Rupiah.
Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan BI Kepri, Victor A.B. Herbowo mengatakan hingga kini pihaknya belum mendapati laporan yang menyebutkan adanya kenaikan permintaan maupun penjualan valas. Baik itu dari institusi seperti perbankan, maupun penukaran uang (money changer) yang ada di Batam dan Kepri.
BACA JUGA: Pengusaha Tetap Beli Dolar untuk Bayar Hutang Luar Negeri
"Belum ada signifikansi pertukaran uang rupiah ke dolar meskipun dalam beberapa hari nilai tukar rupiah melemah," ujar Victor kepada Batam Pos, Jumat (14/8).
Ia menyebut, jika ada kenaikan permintaan penukaran valas, itupun masih dalam jumlah yang wajar. Terlebih, jika permintaan valas hanya dilakukan oleh beberapa kalangan yang sifatnya perorangan.
BACA JUGA: Selamatkan Teluk Manado, Hari Ini, Marinir akan Menyelam Tanam Bibit Terumbu Karang
"Kalau perorangan, itu dampaknya juga tidak signifikan," kata dia.
Berbeda jika aksi penukaran dilakukan oleh korporasi dengan jumlah besar. Terlebih, bila penukaran uang bertujuan untuk mengambil untung (profit taking) yang biasanya dilakukan oleh spekulan.
BACA JUGA: Warga Rame-Rame Jual Dolar di Batam
"Kalau kasusnya seperti itu, baru kita terpukul," kata dia.
Disinggung laporan dari money changer terkait jumlah permintaan rupiah maupun arus penukaran valas ke Bank Sentral, Victor mengungkap tak ada laporan reguler yang masuk ke pihaknya. Pasalnya, kata dia, hingga saat ini belum ada keharusan bagi money changer untuk menyerahkan laporan bulanan ke BI terkait transaksi keuangan mereka.
"Money Changer itu membuat laporan secara tahunan," ujarnya.
Padahal, jumlah Money Changer di Batam menduduki ranking ketiga terbanyak di seluruh Indonesia setelah Jakarta dan Denpasar. Sesuai data dari Bank Sentral, total seluruh PVA di Indonesia ada 908, dimana jumlah terbanyak yakni 350 berada di Ibukota, kemudian 137 di Denpasar Bali dan 118 berada di Batam, Kepri.
"Batam tergolong daerah dengan permintaan valas cukup tinggi dan itu berbeda dengan daerah lain," kata Kepala BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra, beberapa waktu lalu.
Letak Batam yang berada di daerah perbatasan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia jadi salah satu faktor tingginya permintaan valuta asing (valas) di kota ini. Tahun 2013 lalu, BI Kepri mencatat rata-rata transaksi bulanan money changer mencapai Rp 771 milyar dan jumlah itu terus melonjak jadi Rp 884 milyar di tahun 2014. (rna)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sedihnya Honorer Ini, Kelakuan Suami Mirip Bang Toyib, Rupanya...
Redaktur : Tim Redaksi