Nilai Tukar Petani Berjatuhan

Harga Gabah Ikut Turun

Kamis, 01 April 2010 – 16:45 WIB
JAKARTA- Panen raya ternyata disambut penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasionalHal ini di sebabkan terjadi kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.
 
"Memang ada sisi dilematis, di saat panen raya terjadi untuk komoditi utama, petani yang harusnya diuntungkan mengalami dilema pada kemampuan membeli daya barang dan jasa

BACA JUGA: Elektronik Dominasi Angka Ekspor China

Selama Februari 2010, NTP turun secara nasional di semua sektor NTP," kata Kepala BPS, Rusman Heriawan, Kamis (1/4) di Jakarta.
 
Dijelaskan Rusman, NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase)
Nantinya akan menjadi indikator untuk melihat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan

BACA JUGA: Melanggar, China Dikenakan BMAD

NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi
Semakin tinggi NTP, secara relatif maka semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.
 
"Tapi hasil survey BPS dari pemantauan harga-harga pedesaan di 32 Provinsi tanpa DKI, secara nasional mengalami penurunan

BACA JUGA: SP Habiskan Rp3,3 Triliun

NTP 17 Provinsi mengalami kenaikan sedangkan 15 provinsi mengalami penurunanPada Februari 2010, tercatat terjadi inflasi di daerah pedesaan sebesar 0,60 persen," kata Rusman.
 
Berikut NTP yang rontok saat panen raya di akhir kuartal pertama 2010, yakni NTP tanaman pangan turun 0,07 persenNTP Hortikultura turun 0,06 persenNTP Tanaman perkebunan rakyat turun 0,28 persenNTP peternakan turun 0,29 persen.
 
"Penurunan NTP disebabkan masih tingginya inflasi pedesaan sehingga indeks harga yang dibayar petani lebih tinggi dari indeks harga yang diterima petani," kata Rusman.
 
Bukan hanya NTP, panen raya juga berdampak pada menurunnya harga gabahSelama Maret 2010, dari komposisi jumlah observasi 1.091 transaksi harga gabah di 19 provinsi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 67,28 persen, Gabah Kualitas Rendah (GKR) sebesar 29,79 persen dan Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 2,93 persen.
 
"Rata-rata GKG ditingkat petani turun 9,78 persen menjadi Rp 3.343 per KgGKP turun 9,74 persen menjadi Rp 2.857 per Kg dibandingkan Januari 2010Sedangkan ditingkat penggilingan masing-masing turun 9,45 persen menjadi Rp 3.419 per Kg dan 9,96 persen menjadi Rp 2.922 per KgUntuk GKR juga turun 7,78 persen menjadi Rp 2.490 persen per Kg," jelas Rusman.(afz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekspor RI Capai USD11,2 Milliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler