NU-SBY Saling Puji

Presiden: Manfaatkan Program Pro Rakyat buat Warga Nahdliyin

Senin, 18 Juli 2011 – 05:36 WIB

JAKARTA – Kiprah Nahdlatul Ulama (NU) dalam perjalanan bangsa Indonesia mendapat penilaian positif dari Presiden Susilo Bambang YudhoyonoPresiden pun meminta hubungan harmonis warga nahdliyin dengan pemerintah bisa terus terjaga.

”Marilah kita jaga kebersamaan antara pemerintah dan NU di seluruh Indonesia,” seru SBY dalam sambutannya di puncak peringatan Harlah NU ke-85 di Gelora Bung Karno, Minggu (17/7)

BACA JUGA: SBY Datang, Stadion Melompong

Tidak hanya itu, SBY mengajak untuk menyukseskan program-program prorakyat  dari pemerintah.

”Silakan mengkritisi dan mengoreksi pemerintah di seluruh Indonesia agar semua program itu berhasil,” katanya
Program prorakyat itu juga bisa didapat warga nahdliyin.

SBY meminta pengurus NU bersama pemerintah, baik gubernur, bupati, dan walikota untuk memastikan warga nahdliyin yang memenuhi syarat dan berhak mendapatkan bantuan usaha

BACA JUGA: Ajang Unjuk Gigi Densus 99

Misal di bidang pendidikan, kesehatan, dan bantuan lain seperti raskin
”Daerah juga punya program, perjuangkanlah agar warga nahdliyin mendapatkan hak-haknya sesuai program itu,” katanya yang disambut riuh tepuk tepuk tangan sekitar 5 ribu nahdliyin yang masih tersisa di dalam GBK.

Tidak banyak hal baru yang disampaikan SBY dalam sambutannya selama sekitar 20 menit itu

BACA JUGA: Wartawan Diteror Lewat SMS

Dia hanya mereview pidato yang disampaikan ketua panitia peringatan harlah NU As’ad Said Ali dan Ketua Umum PBNU Said Aqil SiradjMenurutnya, isi pidato itu menunjukkan sikap, pandangan, dan tekad NU dalam kehidupan bernegara dan pembangunan bangsa.

”Saya dukung penuh karena semuanya sangat tepat dan baik untuk memajukan dan menyelamatkan kehidupan bangsa kita,” tutur SBY yang mengenakan baju koko warna putihDia mencatat lima hal penting dari dua pidato sebelumnya yang dinilai sebagai sikap yang tepat dari NU.

Pertama, komitmen NU untuk menegakkan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegaraYaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI”NU sudah konsisten menegakkan negara kebangsaan yang berketuhanan bukan negara agama dan bukan negara sekuler yang menyingkirkan agama,” urainya.

Kedua, berkaitan dengan sikap NU yang anti kekerasan, antiterorisme, dan antiseparatismeSBY menilai, sikap itu sangat diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayahSehingga dapat memelihara ketenteraman, kenyamanan, dan keselamatan rakyat.

Hal lain adalah berkaitan dengan reputasi NU dalam sejarah perjuangan bangsa”Ketua umum NU tadi mengatakan NU tidak pernah berbuat onar apalagi memberontak kepada pemerintahan yang sahSungguh mulia,” puji SBYBegitu juga dengan sikap NU yang akan terus bekerjasama dengan pemerintah.

Yakni dengan mendukung kebijakan pemerintah yang bermanfaat bagi rakyat dan akan kritis jika pemerintah dan lembaga-lembaga negara tidak sesuai dengan kepentingan rakyat”Saya menyambut baik, sikap dan peran NU yang seperti ituSaya nilai tepat, fair, dan konstruktif,” katanya.

Keempat adalah NU yang akan tetap mengambil jalan tengahYang berarti NU tidak menempuh jalan yang ekstrim, apalagi disertai kekerasanSementara yang terakhir, berkaitan dengan NU yang menggarisbawahi pentingnya persatuan dan stabilitas politik.

SBY menuturkan, meski Indonesia mampu melewati krisis ekonomi global pada 2008-2009 lalu, namun masih perlu kerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat”Masih banyak PR kitaUntuk itu diperlukan politik yang stabil,” katanya.

Dalam kondisi itu, persatuan dan kebersamaan menjadi hal yang penting”Saya senang dengan sikap dan pandangan NU, kita harus semakin bersatu, bukan membuat politik makin tidak stabil, situasi makin panas, apalagi kita terpecah-belah dan saling bermusuhan satu sama lain,” papar SBY.

Sebelumnya, dalam sambutannya, Said Aqil tidak hanya menyampaikan komitmen NU terhadap pemerintah dan bangsa IndonesiaDia juga memuji kepemimpinan pemerintahan SBYMisalnya keberhasilan Indonesia melewati krisis global tahun 2008 lalu.

Said menegaskan posisi NU yang mendukung Indonesia sebagai negara kebangsaan”Tidak pernah terlintas di benak para ulama untuk mengubah dasar negaraIndonesia bukan negara agama, bukan negara etnik tapi negara kebangsaan,” katanya.

Sedikit berbeda dengan Said Aqil, Wakil Rais Am KH Mushtofa Bishri dalam doanya justru lebih banyak menyebutkan sejumlah persoalan yang mendera bangsa Indonesia, dewasa ini”Ya Allah, lindungi kami dari korupsi, kemiskinan, ataupun hal-hal yang remeh-temeh seperti jabatan dan kepentingan-kepentingan sesaat yang dapat menyengsarakan kami,” salah satu doa yang disampaikan Gus Mus(fal/did/dyn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sesalkan Penarikan Dana Iuran Rakyat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler