Wartawan Diteror Lewat SMS

Minggu, 17 Juli 2011 – 22:34 WIB

JAKARTA — Sebuah pesan singkat (SMS) dari salah satu operator seluler pada pukul 13.05 WIB, Minggu (17/7) masuk ke handphone wartawan Jawa Pos National Network (JPNN) di JakartaPengirim sms mengaku dari aparat kepolisian dengan kode kerja GBG 86.

Bunyi sms pertama seperti menyebutkan bahwa polisi sudah menemukan 3 orang pelaku yang diketahui terlibat dalam pencemaran nama baik Badan Sumber Daya Manusia Indonesia Pemerhati Pembangunan Ekonomi Daerah (P2ED) yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini.

Pengirim sms menyebutkan tiga pelaku adalah Wilson, M Zawawi Suat dan satu orang wartawan berinisial MB membagi-bagi uang kepada sekelompok polisi di Polda Pekanbaru Riau

BACA JUGA: Sesalkan Penarikan Dana Iuran Rakyat

Orang-orang tersebut disebut pengirim sms telah menjadi buronon polisi
Pengirim sms pun meminta sms tersebut disebarkan kepada masyarakat.

Mendapat sms tersebut, wartawan JPNN pun balik mengirimkan sms balasan, bertanya siapa nama sumber pengirim informasi

BACA JUGA: Dinilai Titipan Asing, RUU BPJS Ditolak

Namun bukannya jawaban, malah sms disusul yang sarat dengan ancaman
‘’Anda siapa? Kantor anda dimana? Bukan kewenangan wartawan untuk menyelesaikan masalah ini, kasus ini sudah dilimpahkan kepada kami yang berwajib

BACA JUGA: 2012, Empat Kali Cuti Bersama

Ada beberapa wartawan yang telah diduga, memuat berita pecah belah (Devide et Impera)Ini harus dihapuskan di muka bumi Indonesia,’’ bunyi salah satu sms.

Awak redaksi JPNN pun terus bertanya, siapa sebenarnya pengirim sms untuk bisa dilakukan konfirmasiBahkan mengundang si pengirim SMS untuk datang ke kantor JPNNNamun selalu saja, balasan dikirimkan dalam bentuk ancamanPengirim sms bahkan mengancam akan mengirimkan ribuan massa ke kantor JPNN karena disebut telah menjadi provokator dalam pemberitaan BSDMI P2ED.

‘’Jangan libatkan kantor andaAnda siapa dan tinggal dimana? Anda provokator dan teroris yang harus kami tangkapAda ribuan massa yang sedang menuju kantor anda,’’ bunyi pesannya lagi.

Pihak pengirim juga memaksa untuk meminta nama dan alamat rumah wartawan yang dinilainya sudah memprovokasi berita BSDMI P2EDNamun karena tidak dijawab, pengirim sms justru memperkenalkan dirinya sebagai bagian dari aparat kepolisian.’’Kami dari GBH86Siapa nama anda? Anda ini goblok ya?’’.

Karena tak kunjung dapat balasan sesuai permintaan dan terus diarahkan untuk langsung saja menemui pimpinan di JPNN, si pengirim sms akhirnya menghentikan sms ancamannya sekitar pukul 16.48 WIB.

Hingga saat ini masih belum diketahui siapa si pengirim smsNamun sms yang sama juga pernah didapatkan redaksi JPNN sejak dimulainya pemberitaan mengenai BSDMI P2ED‘’Hati-hati dalam buat pemberitaan,’’ kata Syafiudin yang mengaku memegang jabatan sebagai Sekjen BSDMI P2ED BSDMI P2ED sendiri adalah sebuah organisasi massa yang dalam kegiatannya menggunakan lambang-lambang negara seperti Burung GarudaBahkan di beberapa website mereka mencantumkan nama Presiden SBY dan Setneg Sudi Silalahi sebagai dewan pendiri.

Kepada narasumber media massa lokal dan nasional, BSDMI P2ED bahkan mengatakan bahwa lembaga mereka akan menjadi KementrianNamun Istana dan Kementrian, kompak menegaskan bahwa BSDMI P2ED tidak pernah terdaftar sebagai organisasi massa ataupun sebagai lembaga negara.

‘’Tidak benar ada lembaga negara dengan nama ituPresiden tidak pernah tahu itu,’’ tegas Setneg Sudi SilalahiHal senada juga disampaikan juru bicara kepresidenan Julian Aldrin PashaStaff khusus Presiden bidang hukum Denny Indrayana bahkan meminta agar organisasi yang mencatut nama Presiden SBY serta gunakan lambang negara tanpa izin, untuk ditindak melalui jalur hukum.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi sendiri pada 7 Juli lalu telah mengeluarkan surat edaran, bahwa lembaga dengan nama BSDMI P2ED tidak pernah terdaftar sebagai organisasi massa apalagi kelembagaan milik negaraSeluruh Kepala daerah melalui Kesbangpolmas se Indonesia diminta untuk tidak menerima pendaftaran atas nama lembaga ini(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Istana Bantah Kabar Reshuffle


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler