JAKARTA - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), M Nuh membantah ungkapan yang menyebut kemiskinan dekat dengan kebodohanDi hadapan peserta seminar bertajuk "Mencari Identitas dan Karakter Pendidikan" yang digelar Ormas MKGR, Nuh mengatakan orang miskin tidak kalah pintar dengan orang yang kaya
BACA JUGA: Tarakan Siapkan Beasiswa Rp2,5 Miliar
"Orang miskin tidak kalah pintar dengan orang yang kaya," kata M Nuh, pada seminar sehari di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (22/6)
BACA JUGA: Tetap Mengatur Umur dan Kuota
Nuh bertindak sebagai keynote speaker yang dihadiri pengurus MKGR seluruh IndonesiaPernyataan Nuh ini dilandasi dengan hasil evaluasi beasiswa yang diberikan kepada 20 ribu mahasiswa yang tidak mampu
BACA JUGA: Mendiknas: Organisasi Perempuan Berperan Dongkrak Keaksaraan
Kata dia, 10 persen mahasiswa memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada semeseter pertama mencapai 4,0"Kalau range-nya dinaikan menjadi lima, mungkin ada yang IPK-nya mendapat limaTapi banyak juga mendapatkan IPK 3,5Khusus di Universitas Padjajaran, kami memberikan penghargaan kepada 23 mahasiswa di Fakultas Kedokteran," katanya
Nuh lantas menjelaskan perbedaan orang miskin dan orang kayaMulai dari pundak, cara berjalan, sampai tampang kata Nuh mudah membedakan orang miskin dengan orang kaya"Jabat tangan dengan orang miskin saja mudah dibeda dengan orang kayaTermasuk para olahragawan yang kini menjadi atletOtot atlet orang kaya itu struktur ototnya teratur, sementara ototnya orang miskin yang menjadi atlet acak-acakan," tukasnya
Namun khusus program mencerdaskan bangsa kata Nuh, pihaknya tidak membeda-bedakan yang kaya dengan yang miskinMenurutnya, orang-orang miskin hanya kurang mendapatkan akses pendidikan sehingga peluang bagi mereka untuk meningkatkan kualitas hidupnya sangat kecil
"Inilah yang harus ditingkatkanAkses pendidikan yang dipengaruhi dengan keterjangkauan dan peluang serta kualitas pendidikan bagi orang-orang yang tidak mampu," katanya
Sementara itu, Bejo Rudiantoro menilai dunia pendidikan mulai dari Orde Lama, Orde Baru hingga Orde Reformasi belum mendapat perhatian yang seriusKata dia, dunia pendidikan hanya dijadikan sebatas memberantas buta huruf tanpa ada visi platform yang jelas mengenai arah dan tujuan yang ingin dicapai
Kondisi ini kata Bejo berakibat pada kualitas hasil pendidikan yang sangat rendah, lemah dan masuk kategori yang memprihatinkan"Kualitas pendidikan kita jauh tertinggal dengan negara lainJangan di dunia, kawasan Asia Tenggara saja kita tertinggalPerguruan tinggi Indonesia tidak mampu bersaing dengan Singapura, Malaysia ataupun Thailand," katanya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... RI dan China Tertinggi Buta Aksara
Redaktur : Tim Redaksi