RI dan China Tertinggi Buta Aksara

Selasa, 21 Juni 2011 – 18:12 WIB

JAKARTA--Direktur UNESCO Office Jakarta Hubert Gijzen menyampaikan, pada 2008 terdapat sebanyak 105 juta buta aksara dewasa di kawasan Asia Timur dan PasifikData itu dihitung selama 15 tahun terakhir

BACA JUGA: ICW Beber Kejanggalan PSB Online di DKI



Dia menyebutkan, sebanyak 51 persen dari jumlah tersebut adalah perempuan
"Lebih dari tiga perempatnya ada di dua negara yaitu Cina dan Indonesia," ujar Hubert di Hotel Mercure, Jakarta, Selasa (21/6).

Hubert menambahkan, selama dua dekade terakhir, Cina telah berhasil mengurangi buta aksara sebanyak 94 juta orang

BACA JUGA: IPB Belum Mau Beralih jadi BLU

Sementara  India pada lima tahun terakhir telah menurunkan jumlah buta aksara sebanyak 70 juta orang, sedangkan Nepal mengentaskan sebanyak 7,6 juta buta aksara pada 2009-2011
"Banyak negara telah signifikan mempromosikan keaksaraan melalui analisis yang lebih baik, reformasi kebijakan, dan program yang dinilai efektif," katanya.

Menurutnya,  meskipun beberapa negara telah menerapkan program yang bagus, tetapi masih ada tantangan ke depan

BACA JUGA: Dicari, 20 Peneliti Perempuan

Dikatakan,  masih ada sejumlah kelompok buta aksara diantaranya kaum minoritas, tidak mampu, dan marjinal"Dalam berbagai konteks mereka membutuhkan pendekatan khusus diawali dengan pengenalan keaksaraan bahasa ibu," terang Hubert.

 PltDirektur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PNFI)  Kemdiknas, Hamid  Muhammad menyampaikan, Kemdiknas menjalin kerja sama dengan berbagai organisasi perempuan melalui program binaanDia mengatakan, organisasi perempuan seperti Aisyiyah dan Muslimat NU menjalankan program di beberapa titik lokasiSelain itu, kerja sama juga dijalin dengan organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang ada di tiap desa.  "Mereka diberikan kewenangan untuk membina sampai betul-betul bagus," ujarnya.

Hamid menjelaskan, pelaksanaan program ini digulirkan dengan memberikan bantuan dalam bentuk blockgrandPemberian bantuan berdasarkan lembagaDia mencontohkan, untuk lembaga PAUD, bantuan yang diberikan antara Rp 10 juta sampai dengan Rp 35 jutaSementara untuk program keaksaraan besarnya tergantung jumlah peserta didik"Untuk setiap peserta didik besarnya Rp 500 ribu untuk enam bulan," katanya.

Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Mujiyati menyampaikan, untuk tercapainya pemberdayaan di bidang pendidikan khususnya pendidikan inklusi, pihaknya melibatkan berbagai mitra kerja utamanya organisasi perempuan yang peduli pendidikan

"Organisasi perempuan merupakan salah satu pilar pembangunan yang sangat berpotensi  untuk membangun dan membantu menyebarluaskan penerapan strategi pengarusutamaan gender sesuai bidangnya masing-masing termasuk isu gender," paparnya.

Disebutkan, berdasarkan data SUSENAS 2009, angka melek huruf laki-laki lebih tinggi dibandingkan angka melek huruf perempuan baik pada penduduk usia 10 tahun ke atas maupun 15 tahun ke atasPersentase penduduk laki-laki  10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis 96,12 persen, sedangkan perempuan hanya 90,80 persen

Sementara, untuk usia 15 tahun ke atas, laki-laki yang sudah mampu membaca dan menulis sebesar 95,65  persen, sedangkan perempuan hanya sebesar 89,68 persen(cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nilai UN Harus Perhitungkan Rata-rata Daerah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler