BULAN puasa datang terlalu cepat di PLNMulai kemarin, 1 Mei 2011, orang-orang PLN sudah bertekad puasa sebulan penuh: puasa SPPD (surat perintah perjalanan dinas)
BACA JUGA: Menyatunya Dua Matahari di Pangandaran
Selama Mei ini tidak akan ada biaya perjalanan dinasBACA JUGA: Rosihan Anwar
Orang-orang PLN juga bertekad bahwa SPPD tidak boleh lagi menjadi bagian dari sumber mata pencaharian tambahanBACA JUGA: Geotermal; Gara-gara Nila Setitik Jangan Rusak Susu Se-Malinda
SPPD bukanlah sumber pemborosan perusahaan.Tekad berpuasa itu sudah bulatItu diterapkan untuk membentuk suasana baru dan tekad baruMaklum, SPPD sudah begitu besarnya di PLNSebulan rata-rata terdapat 28.000 orang PLN yang melakukan perjalanan dinasLengkap dengan tiket, hotel, dan uang saku
Tentu banyak juga yang tidak setuju diberlakukannya "puasa SPPD"Ada yang menggunakan alasan ilmiah, ada juga yang sekadar emosionalBahkan, ada yang mengatakan ini bahaya: puasa SPPD ini akan membuat korupsi berkembang karena pada Mei tidak ada pengawasanPokoknya bermacam-macam alasan yang dikemukakanIntinya, ada yang keberatan Mei ditetapkan sebagai bulan tanpa SPPDUntunglah, mayoritas menyatakan bangga bahwa PLN berani mencoba berbuat radikal dalam memperbaiki dirinya
Banyak hikmah yang akan didapat dari "puasa SPPD" sebulan penuh iniPenggunaan teknologi telewicara akan meningkatSelama ini PLN sudah menyewa mahal teknologi telewicara, tapi jarang sekali dimanfaatkanBanyak juga persoalan yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan e-mailTapi, cara modern dan murah itu masih belum sepenuhnya menjadi budaya.
Orang-orang PLN juga menyadari, di perusahaan ini sudah terlalu banyak rapatUndangan rapat terbesar dilakukan PLN pusatBukan hanya banyak, tapi juga kurang hematBahkan, sering tidak masuk akalRapatnya dua jam, tapi SPPD-nya bisa dua hariItu terjadi karena saat menentukan jam rapat tidak mempertimbangkan efisiensi SPPDMisalnya, mengundang rapat pada jam 09.00Peserta yang berasal dari luar Jakarta, mau tidak mau, harus sudah datang sehari sebelumnyaAda juga persoalan "siapa" mengundang "siapa"Terlalu banyak pejabat yang mengundang pejabat lainnya.
Memang agak gila juga penetapan "puasa SPPD" iniMisalnya, bagaimana kalau terjadi bencana, katakanlah ada tower yang roboh? Masak, sih, tidak ada SPPD? Khusus untuk yang satu itu direksi berdebat panjangSemula ada keinginan agar "untuk hal-hal yang emergency akan ada pengecualian"Tapi, pendapat itu lemah karena di negeri ini terlalu gampang menetapkan yang kurang emergency menjadi sangat emergencyLalu, ada pikiran bahwa "untuk hal-hal yang luar biasa boleh minta dispensasi"
Itu pun diangap lemah karena akan menimbulkan administrasi birokrasi yang ruwetMaka, akhirnya ditetapkan: tidak ada pengecualian, tidak ada dispensasi, tidak ada toleransiSemua itu dianggap godaan yang harus dilawanSekali pemimpin tidak tahan akan godaan, maka godaan-godaan berikutnya akan menyusulBahkan, kemudian, terhadap godaan yang kecil pun tidak akan tahan.
"Tahan godaan" itulah yang menjiwai sikap "puasa SPPD" secara konsistenTentu ada korbannyaSalah satu korban itu adalah saya sendiriBeberapa bulan lalu, jauh sebelum keputusan "puasa SPPD" ini ditetapkan, saya sudah menyetujui diadakannya konferensi internasional meteran listrik di Bali pada MeiAcara itu adalah acara tahunan dan tuan rumahnya berganti-gantiTahun ini Indonesia yang menjadi tuan rumah.
Tentu harus ada orang PLN yang pergi ke BaliTermasuk harus ada orang PLN yang menjadi panitianyaItulah godaan setan paling nyata yang langsung menimpa sayaAdalah salah saya sendiri mengapa menyetujui acara ituAdalah salah saya sendiri mengapa saya tidak minta jauh-jauh hari agar acara itu digeser sebulanAdalah salah saya sendiri mengapa tidak memindah acara itu di Jakarta.
Tapi, nasi sudah menjadi sushiAcara itu sudah terlalu dekat sehingga tidak mungkin diapa-apakanMaka, dalam rapat direksi di Pangandaran akhir April lalu saya menyatakan bahwa saya harus bertanggung jawab atas kelemahan saya ituSemua biaya orang PLN yang berangkat ke acara itu akan saya tanggung secara pribadi
Ternyata masih ada kejadian lain yang juga membawa korbanDirektur Operasi Indonesia Timur Vickner Sinaga mengemukakan bahwa pertengahan Mei ini ada proyek yang akan jadi yang harus disertifikasiItu juga buah simalakamaTidak disertifikasi berarti pemanfaatkan proyek tertundaDisertifikasi berarti harus mengundang orang jasa sertifikasi ke lokasi yang berarti harus ada SPPD.
Mau tidak mau, simalakama membawa korban jugaOrang Minang memang bisa menyelesaikan problem buah yang satu itu dengan cerdasKalau dimakan mati ibu dan tidak dimakan mati ayah, orang Minang memilih untuk menjual saja buah itu: tidak ada yang perlu mati, bahkan bisa mendapatkan uangNamun, dalam kasus sertifikasi ini harus ada yang matiPak Vickner harus menanggung secara pribadi biaya mendatangkan orang jasa sertifikasi itu ke lokasiKebetulan Pak Vickner punya restoran masakan Batak yang sangat maju di BalikpapanAnggap saja ini zakatnya!
Adilkah Vickner harus menanggung 'dosa' itu? Menurut saya, adilSebab, proyek itu mestinya sudah selesai bulan-bulan sebelumnyaKalau saja proyek itu tidak terlambat, tentu penyertifikasiannya bisa dilakukan pada April
Hikmah lain yang ingin didapatkan dari "puasa SPPD" adalah seberapa sudah majunya proses perubahan manajemen di PLNManajemen yang baik tentu yang bisa mengatasi persoalan ketika persoalan itu munculSeberapa pun besarnya persoalan ituManajemen yang baik adalah yang juga baik sejak dari perencanaannyaBulan tanpa SPPD ini diputuskan tiga bulan sebelumnyaKalau saja sejak saat itu semua jenjang manajemen melakukan proses manajemen yang baik tentu antisipasinya sudah dilakukan dengan baik.
Maka, dengan datangnya bulan puasa SPPD ini, saya mengucapkan selamat berpuasa kepada seluruh jajaran PLN dan anak perusahannyaInilah puasa yang benar-benar puasa karena setelah sebulan penuh berpuasa nanti tidak akan datang yang namanya hari raya! Mohon maaf lahir batin! (*)
Dahlan Iskan
CEO PLN
BACA ARTIKEL LAINNYA... Balas Dendam untuk Kalselteng
Redaktur : Tim Redaksi