jpnn.com - Terjawab sudah rasa penasaran Nurhidayati Pamungkasingtyas. Lebih dari dua bulan dia tidak paham maksud pesan suaminya di setiap akhir obrolannya. Ternyata, itu kalimat terakhir yang dia dengar sebelum suaminya ditemukan tewas misterius.
LATIFUL HABIBI, Ponorogo
BACA JUGA: BRAKK⦠Ibu dan Anak Tewas Dilindas Truk Pengangkut Pasir
OBROLAN melalui handphone pada Minggu (6/8) malam lalu itu menjadi komunikasi terakhir Nurhidayati Pamungkasingtyas dengan suaminya, Yoga Lanang Setiawan, sebelum ditemukan tewas di hutan Dam Duriangkang, Batam, Kepulauan Riau.
Dia masih tidak menyangka, jika kalimat ‘aku mau ninggalin kamu, tolong jaga anak kita’ yang diucapkan oleh suaminya itu menjadi kenyataan.
BACA JUGA: Dua Tamu Misterius yang Membunuh Tuan Rumah Itu Diringkus, Motifnya...
‘’Awalnya saya tidak paham. Kenapa suami saya setiap mengakhiri obrolan selalu berpesan seperti itu,’’ kata perempuan yang akrab disapa Nur itu.
Saat ditemui Radar Madiun (Jawa Pos Group) di rumahnya, Kamis (10/8), Nur terlihat masih syok. Dari raut wajah dan tatapan matanya, dia begitu menahan kesedihan mendalam.
BACA JUGA: Dor! Hadeng Tewas di Belakang Kemudi Speedboat
Meski mencoba tegar, air matanya tetap mengalir. Setiap mengingat obrolan kali terakhir dengan suaminya beberapa hari lalu. Sesekali dia menyeka air matanya.
‘’Dia tidak pernah cerita kalau punya masalah. Setahu saya dia juga tidak punya musuh atau masalah dengan orang lain,’’ paparnya.
Sebelum menjadi suaminya, Nur sudah mengenal cukup lama. Dia berteman sejak SMP. Pada 2014 lalu, mereka menikah dan sekarang sudah dikarunia seorang anak perempuan berusia tiga tahun, Sheila Batrisya Nurahma.
Setelah menikah, mereka sempat tinggal di Batam. Tapi kemudian memutuskan pulang ke Ponorogo sekitar dua tahun lalu.
‘’Suami saya itu orangnya pendiam dan tertutup. Saya tidak tahu apakah punya masalah atau tidak. Tapi dia selalu baik dengan keluarganya,’’ papar perempuan berusia 26 tahun ini.
Nur mengungkapkan, suaminya berangkat ke Batam untuk bekerja sekitar Januari 2017 lalu. Kebetulan, ada temannya di Batam yang bersedia mencarikan pekerjaan untuk suaminya.
Kabar terakhir, suaminya bekerja sebagai tukang las. Nur juga menyebut suaminya itu berjanji akan pulang Idul Adha.
‘’Karena saat Lebaran lalu tidak bisa pulang, dan hanya menitipkan uang untuk kebutuhan saya dan anaknya,’’ terangnya sambil menitikkan air mata.
Karena itu, Nur setengah tidak percaya ketika diberitahu Katijan, bapaknya, bahwa suaminya ditemukan tewas di dalam hutan di Batam. Nur mendapat kabar suaminya meninggal Rabu (9/8) lalu sekitar pukul 15.00.
Saat itu dia masih berada di penampungan TKI di salah satu PJTKI di Ponorogo. Karena sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) sebelum berangkat bekerja di Taiwan.
‘’Saya dijemput bapak dan dikasih tahu kalau suami saya sudah meninggal,’’ kenangnya.
Sesampainya di rumah Nur pingsan. Dan baru sadar setelah malam harinya. Ketika itu, pihak keluarga sudah melakukan musyawarah.
Dan akhirnya diputuskan bahwa jenazah suaminya dimakamkan di daerah Sambau, Batam, Kepri. Keputusan itu diambil karena pertimbangan situasi dan kondisi.
Nur mengaku tidak mampu membiayai pemulangan jenazah suaminya ke Ponorogo. ‘’Sudah dimakamkan Rabu (9/8) malam lalu. Prosesnya dibantu oleh paguyuban warga Ponorogo di sana,’’ terangnya sembari menyebut biaya pemulangan jenazah sekitar Rp 25 juta.
Nur mengatakan, pihak keluarga juga sudah tidak mempermasalahkan penyebab kematian suaminya. Mereka semua semua menganggap kejadian tersebut adalah musibah.
Namun, dia sempat mendapat kabar dari keluarga yang ditempati suaminya di Batam. Bahwa, suaminya tersebut sebelum meninggal sempat meminjam motor dan tidak kembali lagi.
‘’Informasinya mereka menemukan sepeda motor yang dibawa suami saya di tepi hutan itu. Tapi, tidak ada orangnya,’’ tambahnya.
Saat ini, Nur mengaku masih bingung. Sebenarnya dia sangat ingin ke Batam untuk menziarahi makam suaminya. Tapi terbentur masalah biaya. Apalagi, dia juga sudah proses untuk bekerja ke luar negeri.
Sementara ini dia hanya bisa menggelar doa bersama di rumahnya di Desa/Kecamatan Jetis. ‘’Suami saya ingin foto kami diperbesar dan dipajang di rumah. Saya ingin memenuhi permintaannya itu,’’ ujarnya sambil meneteskan air mata.***(irw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Pengeroyokan dan Pembakar Tubuh Joya Didor Polisi
Redaktur & Reporter : Soetomo