Nusron Gali Program Islami Ahok-Djarot di Wayangan PDIP

Minggu, 09 April 2017 – 11:22 WIB
Suasana pergelaran wayang dengan lakon Dewa Ruci oleh dalang Ki Enthus Susmono di pelataran DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (8/4) malam. Foto: dokumentasi PDIP for JPNN

jpnn.com, JAKARTA SELATAN - Pergelaran wayang kulit di DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Sabtu (8/4) malam diisi dengan dialog yang melibatkan Calon Wakil Gubernur DKI Djarot S Hidayat dan politikus Partai Golkar Nusron Wahid. Djarot memanfaatkan wayangan yang digelar partainya itu untuk menjelaskan program-programnya bagi DKI.

Dalang dalam pertunjukan wayang itu dalah Ki Enthus Susmono. Sedangkan lakon dalam wayangan itu adalah Dewa Ruci.

BACA JUGA: Olahraga Pakai Baju Kotak-Kotak, Bukan Kampanye Lho..

Di tengah-tengah pertunjukan, Enthus melibatkan pelawak Kirun pada bagian goro-goro. Saat itu, dalang yang juga bupati itu memanggil Djarot, Nusron dan Sekretaris Jenderal DPIP Hasto Kristiyanto turut serta naik ke panggung untuk dialog.

Nusron yang juga ketua Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah I (Jawa dan Sumatera) pada dialog itu bertanya ke Djarot. Yakni tentang cara Kartu Jakarta Pintar (KJP) bukan hanya menyasar siswa sekolah umum, tapi juga menjangkau santri di luar kota.

BACA JUGA: Marvel Akan Hapus Almaidah 51 dan 212 dari Komik X-Men

"Saya bertanya nyata. Bagaimana KJP ini bisa menjangkau semua pelajar, termasuk juga para santri karena banyak juga warga DKI yang memondokkan anaknya di pesantren?” ujar Nusron.

Djarot pun langsung menimpali. Menurutnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menyiapkan KJP Santri.

BACA JUGA: Heboh! Ada 212 dan Almaidah 51 di Komik X-Men Terbaru

"KJP hingga saat ini sudah terbukti mengover 535 ribu anak-anak pelajar di Jakarta. Selain tidak usah bayar biaya sekokah, para siswa juga tiap bulan mengover kebutuhan gizi dan lainnya,” tuturnya.

Bahkan ada beasiswa bagi mahasiswa yang tak mampu. “Nominalnya Rp18 juta lebih setahun," sebutnya.

Nusron lantas bertanya ke Djarot dengan pertanyaan lain. Yakni tentang program untuk majelis taklim, imam masjid, hingga marbut dan para guru ngaji di DKI. Sebab, mereka selama ini juga berperan penting dalam membina masyarakat DKI.

Djarot pun menimpali bahwa ada penghasilan tambahan bagi pengurus masjid dan marbut. “Bahkan meraka akan diumrahkan,” sebutnya.

Nusron lantas mengalihkan pertanyaannya ke Ki Enthus. Yakni soal fitnah isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang dipakai sebagai alat untuk menyerang lawan dalam pilkada DKI.

Enthus mengatakan, sebaiknya Djarot yang berpasangan dengan Basuki T Purnama alias Ahok tetap bersikap tenang menghadapi fitnah dan serangan bernuansa SARA. Dalang yang juga pendakwah itu lantas mencontohkan Nabi Muhammad yang tetap tenang saat upayanya menyebar kebaikan harus menghadapi berbagai ujian.

"Jadi kalau difitnah dan dijelek-jelekkan, maka itu justru akan menambah kuat pasangan Ahok-Djarot," kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Ki Enthus juga mengaku diutus oleh PKB untuk menyukseskan duet Basuki-Djarot dalam pilkada DKI putaran kedua memainkan lakon Dewa Ruci untuk menggambarkan beratnya perjuangan dalam mencari kebaikan. Kisah itu menggambarkan perjuangan Bima mencari air kehidupan.

Menurut Ki Enthus, lakon Dewa Ruci mirip dengan upaya duet Ahok-Djarot membenahi DKI Jakarta yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Namun, Bima dan juga oleh Ki Enthus digambarkan dalam sosok Basuki-Djarot tetap pantang menyerah.
Dalang yang juga bupati Tegal itu menegaskan, pemilih di DKI mestinya bisa membedakan pasangan calon yang sudah memberi bukti, dengan duet yang sebatas mengumbar janji.
"Kalau calon yang lain masih kosong dan kalau kotak kosong masih banyak bunyinya,  banyak omong padahal belum ada isinya. Tapi beda pilihan jangan merusak persatuan," tegas Ki Enthus.

Sedangkan Hasto Kristiyanto mengatakan, wayangan itu sebagai upaya partainya melestarikan budaya sekaligus bentuk pemihakan kepada wong cilik. Apalagi, katanya, dalam wayang sarat dengan pelajaran tentang kehidupan.

“Kita diyakinkan jalan kebenaran yang harus kita tempuh. Inilah yang disebut bangsa yang berkepribadian dan memegang budaya," kata Hasto.

Politikus asal Yogyakarta yang dikenal penggemar wayang itu juga kagum dengan antusiasme penonton pada pergelarang tersebut. Apalagi Enthus melalui lakon Dewa Ruci memberi gambaran tentang Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

"Dan inilah gambaran sejati sebagi bangsa yang berkebudayaan," tegasnya.(ysa/rmo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Enthus: Saya akan Usul ke Presiden…


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler