jpnn.com - JAKARTA - Sudah beberapa hari ini, Basuki Tjahaja Purnama menjadi sasaran empuk pihak yang menilai Gubernur DKI Jakarta itu menistakan agama.
Petahana Pilkada DKI Jakarta 2017 yang biasa disapa Ahok itu dicap salah kaprah menggunakan ayat suci Alquran, pada surah Al Maidah. Namun mantan Ketua Umum GP Ansor yang kini menjadi salah satu Ketua PBNU, Nusron Wahid punya pandangan berbeda.
BACA JUGA: Pak Ahok, Tolong Simak Nasihat Pengamat Komunikasi Politik Ini
Nusron mengaku sudah melihat secara tuntas rekaman video selama kegiatan Ahok di Pulau Seribu yang berdurasi sekitar satu jam itu.
Dari rekaman utuh yang dia lihat, tidak ada satu pun rangkaian kalimat dimana Ahok melakukan penistaan agama. "Yang ada justru Ahok memberikan edukasi kepada rakyat agar memilih secara cerdas," ujar Nusron, Jumat (7/10).
BACA JUGA: Pilkada Belum Dimulai, Golkar Sudah Ditinggal Pergi Ketua DPD
Menurut sosok yang sempat memimpin Tim Pemenangan Ahok itu, DKI 1 bermaksud mengedukasi warga agar jangan mau dibohongi oleh orang yang mempolitisasi agama, dalam hal ini dengan menggunakan ayat Alquran surah Al Maidah.
"Jadi, yang dituju atau dimaksud Ahok adalah orang yang membohongi. Bukan berarti ayat di surah Al Maidah yang bohong. Justru Ahok menempatkan ayat suci secara sakral dan adilihung. Bukan alat agitasi, dan kampanye yang mendeskreditkan," tegas Nusron.
BACA JUGA: Sandiaga Bakal Tegur Pendukung yang Kampanye SARA
Politikus Golkar ini juga berpendapat, video yang disebarkan dan menuduh Ahok telah menistakan Alquran sengaja dipotong sehingga menimbulkan mispersepsi di masyarakat.
"Cara-cara seperti ini sungguh picik, tidak fair, dan tidak beradab. Cara-cara ini sangat tidak sesuai akhlakul karimah," tegas mantan Ketua Umum PB PMII ini.
Menurut Nusron, kalau memang Ahok melakukan kesalahan dalam statemennya, di dalam acara tersebut dihadiri media massa yang luas. Logikanya, saat itu juga pasti sudah ada yang memberitakan dan mempersoalkan.
Bahkan, masyarakat Kepulauan Seribu yang hadir juga pasti komplain kalau memang betul Ahok melakukan seperti apa yang dituduhkan.
"Tapi ini sudah lebih dari seminggu berlalu, baru dimunculkan dengan dipotong secara tidak utuh. Jadi sungguh mengada-ada, dan ada unsur kesengajaan dengan memotong rekaman untuk dijadikan bahan menyerang Ahok," bebernya.
Jadi, menurut Nusron, orang yang menuduh Ahok ini dalam bahasa agama masuk kategori 'kalimatu haqqin wa uridu biha al bathil (ayat alquran benar, tapi digunakannya tidak benar karena jadikan alat politisasi). Sebab mereka menggunakannya untuk kepentingan menghasut agar tidak memilih Ahok.
"Padahal asbabun nuzul (sebab turunnya suatu ayat) tidak ada kaitan dengan kepemimpinan gubernur hari ini," tukas Nusron.
Dia mengatakan, dalam Alquran yang dimaksud awliya ini bukan pemimpin seperti gubernur. Awliya bermakna kedekatan sampai mengikuti imannya orang tersebut.
"Padahal memilih Ahok jadi gubernur tidak ada kaitan dengan urusan agama. Tapi lebih karena kemampuan dalam membawa kemaslahatan," ungkap Nusron.
Namun seandainya masalah tersebut masih dipersoalkan, apalagi ada yang menggugatnya, Nusron selaku Ketua Korbid Pemenangan Pemmilu Partai Golkar Wilayah Indonesia I (Jawa dan Sumatera) menegaskan siap mendampingi Ahok.
"Faktanya sangat kuat kok. Yang hadir banyak dan menyaksikan. Konteksnya jelas, dan tidak ada unsur penistaan. Penggalan dan konteksnya juga relevan kok, jangan mau terjebak dengan politisasi pakai ayat," pungkasnya. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politikus PDIP: Maaf Ya, Banyak Lembaga Survei Seperti Perempuan...
Redaktur : Tim Redaksi