jpnn.com - Misi penyelamatan terhadap dua gadis belia yang ditengarai korban trafficking di Jakarta cukup menguras energi. Ancaman kekerasan dari komplotan sindikat terus membayang. Apalagi kemudian terpikir bahwa mereka bisa saja bertindak dengan menggunakan senjata. Tapi, dorongan kemanusiaan mengenyampingkan semua kekhawatiran itu.
Laporan: Ismit Alkatiri dan Tommy Waworundeng, Jakarta
BACA JUGA: Aduh Kasiang, Torang Nda Ada Sudara di Jakarta
SAAT keluar dari pintu ruang kedatangan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, tim penyelamat sempat bimbang. Pasalnya ada orang-orang misterius terus membuntuti. Dua wartawan Manado Post (Grup JPNN.com) bersama Sonya, seorang ibu pegawai di Pemkab Minahasa, awalnya ingin membawa kedua korban trafficking itu ke hotel.
‘’Biar jo nanti tidor dengan kita dorang dua, nanti kita antar pulang hari Senin,’’ ujar Sonya.
BACA JUGA: Sejak Bayi, Pendidikan Warga Dijamin Negara
Para tim penyelamat dadakan ini pun berjalan keluar dari terminal 3. Selama di perjalanan menuju tempat parkir, ada beberapa orang yang mengikuti dari belakang. Telepon genggam murahan yang diberikan oleh lelaki yang biasa dipanggil papi kepada kedua anak gadis itu, terus berbunyi. HP itu tidak lagi dipegang oleh kedua gadis tersebut, tetapi sudah dipegang wartawan Manado Post.
Ketika diangkat, lelaki yang mengaku Papi dari kedua anak itu, meminta Manado Post tidak ikut campur. Papi itu meminta Manado Post membiarkan kedua anak itu di terminal 3, karena ada yang menjemput mereka. ‘’Kalian jangan ikut campur. Anak-anak itu milik kami. Kami sudah memberikan uang kepada orang tua mereka dan orang tua mereka sudah izinkan. Kami juga sudah membelikan tiket pesawat ke Jakarta. Sudah banyak uang yang kami keluarkan. Tinggalkan saja mereka di air port. Kalau tidak, lihat saja apa yang akan terjadi,’’ ancam lelaki tersebut.
BACA JUGA: Otodidak, Hadiahkan Foto Udara untuk HUT Kota Pahlawan
Tim penyelamat dadakan tetap pada keputusan awal, akan membawa kedua anak itu ke hotel kemudian diantar pulang ke Manado. Sempat terpikir untuk melaporkan ke security bandara. Tetapi melihat security hanya 2 orang dan tidak punya senjata, akhirnya dibatalkan. Tim berasumsi bisa jadi sindikat ini justru memiliki senjata api.
Mita dan Fani, kedua gadis belia masing-masing berusia 15 dan 17 tahun itu kemudian dinaikkan ke mobil carteran (Toyota avanza) dan ditempel ketat oleh 4 orang, termasuk Manado Post. Ketegangan muncul saat mobil hendak tinggalkan pelataran parkir.
Sebuah mobil mewah (Lexus) hitam tiba-tiba berhenti dalam keadaan mesin aktif. Jalan keluar terhalang. Saat itu nyaris terjadi bentrok. Kami semua diam di dalam mobil. Pintu mobil dikunci. Sopir Lexus mengaku setir mobilnya tidak bisa digerakkan. Tetapi terlihat ada beberapa pria mulai mendekat. Bersyukur ada beberapa petugas parkir yang cepat mendorong mobil Lexus yang menghalangi jalan keluar.
Saat jalan terbuka dan mobil kami bergerak, mobil yang mogok tadi pun menyusul. Saat berbelok, sebuah mobil merah juga jalan dan menempel di belakang.
Manado Post awalnya ingin meladeni jika terjadi bentrok fisik. Tetapi khawatir komplotan sindikat perdagangan manusia ini membawa senjata api. Dalam perjalanan keluar parkir, Manado Post menghubungi Kabid Humas Polda Sulut Wilson Damanik. Saat itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.30 Wita.
Damanik menyarankan tim penyelamat ini tidak mengambil risiko. ‘’Jangan mengambil risiko. Sebaiknya cari kantor polisi terdekat,’’ saran Damanik.
Kami mencari kantor polisi terdekat. Kedua mobil terus membuntuti. Mobil kami kemudian masuk ke halaman Polresta Bandara Soekarno Hatta. Kedua mobil sempat berhenti di depan gerbang Polres, kemudian berjalan pelan meninggalkan Polres.
Kami langsung melapor pada petugas. Sekalian meminta Polres bandara menjebak para komplotan ini. Dengan menjadikan umpan kedua korban. Tetapi aparat Polres juga mengelak, dengan alasan, belum ada bukti.
Kami pun meminta bantuan, agar kedua korban dititip di kantor Polres. Nanti akan dijemput hari Minggu untuk dikembalikan ke Manado. Tetapi polisi bandara juga mengaku, kantor mereka tidak ada tempat tidur. Sehingga kami diminta untuk membawa kedua anak itu ke mana kami pergi.
Kami mengatakan, ada kekhawatiran kalau nanti pihak penjemput akan berupaya mengejar. Apalagi saat sudah di kantor polisi pun, pria yang mengirim kedua gadis ini masih berusaha menelepon keduanya dan meminta untuk kembali ke bandara karena sudah ada penjemputnya.
Di sisi lain, ada rencana kedua korban diinapkan di hotel dekat bandara. Namun rencana itu dibatalkan karena tidak ada petugas yang bisa diikutsertakan untuk pengamanan keduanya. Setelah berembug lebih dari 1 jam, Polres bandara mau menerima kedua korban menginap di kantor polisi.
Merasa aman, Kami menuju ke tempat tujuan masing-masing. Keesokannya, Sabtu (31/5) pagi, langsung melaporkan kejadian ini ke Direktur Utama Manado Post Suhendro Boroma. Dirut MP langsung memutuskan untuk membantu memulangkan kedua korban. Sekretaris Redaksi MP diminta untuk membelikan tiket Jakarta-Manado untuk kedua gadis itu.
Skenario pemulangan pun diatur. Awalnya Dirut MP akan ikut mengantar pulang. Tetapi karena ada acara mendadak lainnya, kami diminta untuk mengantarnya.
Minggu (1/5) sekira pukul 02.00 dini hari, kedua korban dijemput oleh wartawan Manado Post dan Malut Post di Polres Bandara. Sambil menunggu waktu, ternyata handphone kedua korban masih dihubungi orang tak dikenal.
Intinya, orang yang diduga penjemput itu menanyakan posisi keduanya. Sepertinya, mereka sudah tahu gerakan tim penyelamat. Beberapa saat kemudian, ibu korban menelepon dari Bitung yang mengabarkan kalau sindikat itu akan terus buru anaknya.
"Dia (pengirim, red) sudah marah-marah sama saya. Saya bilang dia sudah menipu saya karena mengaku anak saya mau dikasih pekerjaan di Jayapura, tapi kenapa dibawa ke Jakarta," papar ibu korban menirukan pembicaraannya dengan pihak pengirim.
Mereka sudah tahu, kedua anak itu akan dipulangkan ke Manado dengan pesawat Lion Air dalam penerbangan subuh, pukul 05.00 WIB. Kemungkinan sindikat ini akan menghalau di bandara. Kami pun meminta polisi mengawal sampai di ruang keberangkatan. Pada Minggu dinihari sekitar pukul 03.30 WIB, kedua korban di antar ke terminal 1F dengan pengawalan ketat petugas bersenjata laras panjang. Bahkan polisi membantu melakukan chek in di counter Lion, tanpa harus antre panjang.
Polisi kemudian mengantar sampai di ruang keberangkatan. ‘’Di sini sudah aman,’’ kata polisi tersebut kepada Manado Post. Kedua korban pun menuju Manado dengan menumpang Lion Air. Setiba di Bandara Sam Ratulangi, Mita dan Fani dijemput Wakil Wali Kota Bitung MJ Lomban SE MSi dan Waka Polres Bitung Kompol Norman Sitindaon. (selesai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bekas Feri Cepat, Ditembak karena Boros Bahan Bakar
Redaktur : Tim Redaksi