Nyawa Bocah 10 Tahun Melayang, Korban Meninggal DBD jadi 41

Rabu, 29 Juli 2015 – 10:09 WIB

jpnn.com - SUMBER – Demam berdarah terus merenggut nyawa. Kali ini korbannya bocah 10 tahun bernama Ugan Sugiantono. Warga RT 02 RW 01 Desa Beber, Kabupaten Cirebon itu harus meregang nyawanya setelah satu jam dirawat di RSUD Waled.

Murid kelas 4 SD itu sebelumnya dilarikan ke Puskesmas Beber setelah mengalami demam beberapa hari. Setelah cek darah, trombositnya hanya sebesar 15 ribu per mikroliter.

BACA JUGA: Modal Koalisi Jumbo, Ratu Tatu Bantah Takut Kalah di Pilkada Serang

Puskesmas sudah menyarankan agar Ugan dirujuk ke RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Namun, karena permintaan keluarga, akhirnya korban dirujuk ke RSUD Waled.

“Berdasarkan laporan dari Puskesmas Beber, semua tindakan yang memang menjadi kewenangan puskesmas sudah dilakukan,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Moh Sofyan dilansir Radar Cirebon (Grup JPNN.com), Rabu (29/7).

BACA JUGA: Bikin Malu! Saat Digerebek Lagi Asyik Nonton Film Syurr, Korbannya Anak 6 Tahun

Kasus kematian pasien DBD di wilayah Beber, merupakan yang pertama kali pada tahun ini. Karena wilayah Beber bukan endemis DBD. Pasien ini juga berasal dari Kecamatan Losari yang memang memiliki kerabat di Beber dan sedang berkunjung pasca Lebaran.

“Kita belum bisa memastikan, apakah si pasien ini tergigit nyamuk di Beber atau Losari,” ujarnya.

BACA JUGA: Kisah Istri yang Minta Cerai Karena Malu Suami Naik Haji Pakai Uang Utangan

Meski demikian, kata Sofyan, tindakan preventif tetap dilakukan. Salah satunya memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, menjaga lingkungan, mengubur, menutup dan mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk demam berdarah.

 “Di musim pancaroba seperti ini, kita harus betul-betul jaga kondisi tubuh dengan makan makanan yang sehat dan menjaga lingkungan sekitar kita,” bebernya.

Pihaknya juga mengingatkan, jika ditemukan ada salah satu anggota keluarga yang mengalami demam tinggi, segera larikan ke puskesmas terdekat atau klinik kesehatan untuk diperiksa. Hal ini bisa sebagai langkah antisipasi penanganan terlambat.

“Kematian DBD ini biasanya karena  masyarakat  terlambat  membawa anggota keluarganya untuk diperiksakan ke dokter jika terjadi demam tinggi,” kata Sofyan.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, sampai dengan pertengahan 2015 ini, tercatat sebanyak 41 pasien meninggal akibat DBD dari 932 kasus atau 4,4 persen. Ada tiga kecamatan yang dikategorikan sebagai endemis DBD, yakni Weru, Plumbon dan Depok.

“Dari 51 kasus, di Kecamatan Plumbon sudah menelan empat orang yang meninggal. Untuk kasus terbaru di Kecamatan Beber, belum masuk kedalam data kami,” imbuh Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Nanang Ruhiyana.

Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, Nanag meminta, agar jangan sampai membiarkan adanya genangan bekas air hujan seperti di tempat penampungan, kaleng, pot atau botol. Kemudian, menaburkan bubuk abate ke sejumlah penampungan air agar jentik atau larva nyamuk mati.

“Cara yang paling mudah adalah menguras tempat penampungan air seminggu sekali,” ujarnya.(jun/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertikaian Berdarah, Main Carok, Dua jadi Mayat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler