jpnn.com, SINGAPARNA - Sejumlah sopir angkot di terminal Singaparna-Cipanas menunrunkan tarif ongkos dari biasanya untuk mendongkrat jumlah penumpang. Sayangnya, upaya tersebut ternyata belum membuahkan hasil.
Jumlah penumpang masih saja sepi dari penumpang meskipun tarif ongkos sudah diturunkan sebesar Rp 2.000 per orang.
BACA JUGA: Kapolda: Ada yang Ingin Membuat Masyarakat Tidak Tenang
Sopir angkot jurusan Singaparna-Cipanas Galunggung Nana Mustofa (43) menjelaskan tarif yang diatur Organda atau Dinas Perhubungan (Dishub) Tasikmalaya, Jabar, Rp 12.000 per orang.
“Kami gunakan tarif Rp 10.000 satu penumpang, tetap saja penumpang kurang,” ujar dia di Terminal Singaparna Minggu (26/3).
BACA JUGA: Dicurigai Penculik, Dikepung, Ternyata Memang Penjahat
Menurut Nana, kemungkinan faktor penurunan antusias masyarakat tidak memilih angkot karena lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Baik menggunakan motor atau mobil sendiri.
“Biar lebih irit dan tidak repot,” jelasnya seperti diberitakan Radar Tasikmalaya hari ini.
BACA JUGA: Dihamili Pacar, Siswi SMK Lapor Polisi
Nana sendiri setiap hari mendapatkan Rp 15-20 ribu dari hasil narik angkot. Jika dihitung kotor Nana dalam satu hari bisa menghasilkan Rp 170 ribu.
“Saya bersihnya mendapat Rp 20 ribu, sedangkan sisanya disetorkan kepada pemilik angkot,” paparnya.
Supir angkot jurusan Singaparna-Cigalontang Dudung Sudirman (40) menjelaskan di tahun 2017 memang dirasakan sekali terjadi penurunan antusias penumpang menggunakan angkot.
Menurut Dudung, tahun-tahun sebelumnya sebelum tahun 2017, penumpang sekali angkut bisa sampai 10 orang.
“Sekarang ini lima orang juga sudah lumayan banyak,” jelasnya.
Dampak penurunan antusias penumpang ini, jelas Dudung, dari tahun ke tahun disebabkan masyarakat makin banyak yang memiliki kendaraan pribadi. Apalagi sekarang proses kredit cukup mudah.
“Banyaknya masyarakat yang memiliki kendaraan bukan makin bagus, bagi para supir angkot ini jadi musibah,” jelasnya.
Menurut Dudung, sampai-sampai rekan se profesinya yang juga supir angkot ada yang banting setir menjadi pedagang atau tukang kredit ke luar kota karena menjadi supir angkot penghasilannya kecil dan penumpang sudah mulai sepi.
“Tapi saya tetap bertahan walau pun ada pikiran untuk cari pekerjaan lain. Tetapi kalau jualan harus pakai modal, jadi dikerjain yang ada saja,” jelasnya.
Masyarakat asal Desa/Kecamatan Singaparna Azat Sudrajat (34) menuturkan lebih memilih kendaraan pribadi dibanding naik angkot karena memang lebih ngirit dan tidak lama menunggu angkot yang mengetem.
“Kalau tarif naik angkot Rp 10 ribu sebenarnya murah. Tetapi lebih memilih naik kendaraan pribadi,” ujarnya. (dik)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komplotan Penculik Incar ABG untuk Dikirim ke Papua
Redaktur & Reporter : Budi