Berdasarkan penuturan pihak keluarga, selain mual, pusing dan muntah, sebelum meninggal dunia, Omay juga mengalami gejala sesak nafas hingga bagian tubuh kaki yang tidak lagi bisa digerakan
BACA JUGA: Penyakit Misterius Telan Korban
“Dalam pengobatan masal, sekitar pukul 10.00, bapak meminum obat dari kader puskesmas, namun sekitar pukul 14.00 ia mengeluh mual dan sakit dada,” ujar Emin, 52 istri korban. Setelah mengalami gejala tersebut, dikatakannya, Omay, tidak lantas dibawa ke dokter atau rumah sakit
BACA JUGA: Lucas Akui Telepon Susno
Namun, semakin lama, dikatakannya, kondisi suaminya kian memburuk
BACA JUGA: Jupe Jadi Duta Kondom
Omay, baru di bawa menuju RSD Soreang, sekitar pukul 01.00 dini hari kemarin dalam kondisi yang sudah cukup kritis“Bapak dibawa dalam kondisi mual dan sempat muntah, sesak nafas dan kaki yang tidak bisa bergerak,” ucapnya
Omay, sempat mendapat perawatan di RSD Soreang, sebelum akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 03.30 dini hari kemarinWalaupun pasrah menerima kematian Omay, namun kematian yang tidak disangka-sangka cukup membuat bingung pihak keluarga “Cukup mendadak, padahal sebelumnya sehat-sehat saja, dan walaupun punya darah tinggi, tapi gejala sepeti yang terjadi kemarin tidak pernah dialami sebelumnya,” tandasnya
Sedangkan Neni Rusmiati, 35 cukup merasakan menyesal“Waktu saya tahu banyak tetangga di daerah saya yang muntah dan mual, sebenarnya saya sudah berusaha menemui bapak, untuk mengingatkan agar tidak meminum obat filariasis, namun, setelah sampai di rumah, ternyata saya terlambat, karena bapak sudah meminum obatnya,” papar diaIa menyebutkan, ayahnya diketahui mengidap penyakit darah tinggi semenjak 4 bulan silam
Meninggal 8 orang
Bedasarkan data yang diperoleh, 8 warga dinyatakan tewas paska pengobatan filariasisKorban diantaranya diketahui, Nonoh, 40, warga Cileunyi, Nandang, 47 warga Banjaran wetan, Ahmad Yunan, 47, warga Bojongsoang, Danu (52 tahun) warga Desa Majakerta, Majalaya, Toto (56 tahun), warga Banjaran Wetan, Kecamatan Banjaran.Lilis 52, warga Banjaran Wetan yang meninggal dunia Rabu (11/11)Sedangkan warga yang meninggal kemarin, diketahui Omay, warga Kampung Bojong Sentul 3/4 Desa Sindang Panon, Banjaran dan Apeng, 40, warga Babakan Cepek 2/3, Desa Soreang, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung
Warga yang meninggal diketahui memiliki riwayat penyakit tertentu yang sebenarnya dilarang untuk mengkonsumsi obat lbendazole (400 mg), Diethylcarbamazine (100 mg), dan Paracetamol (500 mg) yang dibagikan dalam pengobatan masal kaki gajah
Dinkes Kabupaten Bandung menegaskan, warga tidak perlu was-was terhadap efek samping obatTermasuk, semua pihak, dikatakannya, tidak mengaitkan data kematian dengan pengobatan massalKejadian itu, dikatakannya, hanya terjadi secara kebetulan berbarengan dengan pengobatan massalUntuk membuktikannya, ditegaskannya, perlu dilakukan investigasi
“Memang kami memiliki data kematian, namun apa penyebab kematian, itu msih kami kaji, jadi jangan lantas mengaitkan kematian korban dengan obat filariasis, sebab obat justru sangat selektif, artinya tidak menyerang organ tubuh lainObat, hanya untuk membunuh anak-anak cacing ditibuh seseorang,” terang Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Bandung, Suhardiman
Pihaknya mengaku telah membuat tim investigasi lapangan dengan melibatkan petugas di tiap puskesmasTim tersbeut, dikatakannya akan membuktikan penyebab kematian masing-masing korban meninggal“Kita akan gunakan setiap data medis, sebagai bahan investigasinya,” jelas dia.
Ia kembali menegaskan gejala mual dan pusing atau kejang pada otot yang banyak dialami warga sebagai efek samping obatSedangkan efek samping terparah dikatakannya hanya akan menimbulkan gejala alergi“Selama ini belum di temukan obat filariasis yang menimbulkan kematian,” katanya
Seperti diketahui, dalam pengobatan massal kaki gajah ini, warga diharuskan minum obat setahun sekali dalam lima tahun berturut-turutPihak Dinkes, dikatakannya, tidak berencana untuk menghentikan pengobatan masal, mengingat Kabupaten Bandung sebagai wilayah endemi kaki gajah“Sekarang ini kita sudah tinggal di wilayah endemi, kalau tidak diobati, kami khawatirkan akan ada penyebaran penyakit ini secara massif, sebab penyakit ini mudah menular,” ungkapnya
Pengobatan missal, dipastikannya, akan tetap dilakukan pihak Dinkes, sedangkan terkait efek samping obat, dijelaskannya akan semakin menurun pada siklus-siklus pengobatan selanjutnya“Efek samping pada siklus pertama akan lebih besar dari siklus selanjutnya,” katanya
Dikatakannya, warga dengan riwayat penyakit kronis, seperti TBC kronis buruk, filariasis akut, gangguan fungsi ginjal, epilepsi, diabetes militus, kanker, leukemia dan yang lainnya, sangat dianjurkan tidak mengkonsumsi obat filaria.
Sementara itu, berdasarkan pantauan, RSD Soreang masih terus menerima pasien, berdasarkan data yang diperoleh kemarin, RSD ini sudah merawat sebanyak 48 pasien“Tercatat 48 pasien sempat dirawat semenjak hari pelaksanaan, sedangkan yang masih dirawat hingga hari ini (kemarin, red) tinggal 16 pasien” sebut Kabag Humas RSD Soreang, Mahendrawan
Sedangkan diketahui, jumlah pasien di RSD Majalaya terus bertambahBerdasarkan data yangdiperoleh hingga pukul 10.00 kemarin sudah 504 orang yang dirawat di RSD Majalaya. Namun begitu, Kepala IGD RSD Majalaya, dr Rustam menyebutkan, sebagian besar pasien yang terkena dampak efek samping obat filariasis sudah dipulangkanSedangkan kebanyakan pasien yang datang di RSD Majalaya tersebut, disebutkannya berasal dari daerah Majalaya dan Paseh.(caf)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembangunan Panti Jompo Dikurangi
Redaktur : Tim Redaksi