jpnn.com - MUSA La Ode Abu Hanafi menorehkan prestasi luar biasa. Di usianya yang masih 7 tahun 10 bulan, dia sudah berhasil menghafal Alquran 30 juz. Dia pun menuntaskannya tidak lama, hanya butuh waktu lima tahun. Seperti apa proses hafalannya?
RENDI FADILLAH - Palembang
BACA JUGA: Alhamdulillah, Suami Istri yang Tinggal di Kolong Jembatan Itu...
“Musa, ayo kita hafalan!” kalimat itu selalu diucapkan ayah Musa, La Ode Abu Hanafi kepada anak pertamanya itu. Sulung dari empat bersaudara itu pun lalu menyiapkan diri untuk setoran hafalan Alquran ke ayahnya sendiri.
Meski mengaku belum hafiz, ayahnya tetap memberikan pembelajaran menghafal Alquran kepada anaknya. Proses menghafal sudah berlangsung sejak Musa berusia dua tahun.
BACA JUGA: Borobudur, Ayam Bangkok dan Waisak
Awalnya, Abu Hanafi mengaku belum sampai kepikiran menciptakan anaknya menjadi hafiz Quran 30 juz.
“Semula saya arahkan Musa untuk belajar Alquran saja. Namun ternyata, Musa itu cepat sekali menghafal. Jadi terus saya semangati untuk hafalan sampai dia hafiz,” kata pria yang tinggal di Pal 4, Mentok, Bangka Barat ini.
BACA JUGA: Mereka Menyelam di Air Keruh, Penghasilan per Hari Segini
Selama proses hafalan, Musa tetap menjalani aktivitas seperti anak-anak pada umumnya. “Waktunya saya bagi-bagi. Dia juga bermain dengan teman-temannya, tapi kala waktu menghafal dan setoran ayat, Musa melakukan itu,” lanjut Abu Hanafi.
Di awal-awal, katanya, dia mendikte Musa menghafal ayat sampai dia berumur empat tahun atau saat sudah lancar membaca Alquran.
Setelah itu dia baru belajar menghafal sendiri. “Nanti setelah menghafal, dia setoran ayat ke saya. Dari yang semula 1 ayat, sampai terakhir 40-50 ayat sekali setoran,” ungkap dia. Nah, Musa setoran ayat tiga kali sehari dan waktunya bisa pagi, siang, sore sebelum magrib.
Namanya masih usia anak, lanjut Abu Hanafi, memang awal-awalnya dia mengaku kesulitan memberikan pembelajaran. Begitupula Musa saat mengingat hafalan.
“Tapi lama kelamaan Musa jadi terbiasa dan hafalannya cepat. Tinggal atur waktu saja, supaya ingatannya lancar,” kata dia.
Kata Abu Hanafi, selama proses menghafal, sebenarnya tidak ada kegiatan khusus. “Yang penting belajar setiap hari,” ujarnya. Itu berlangsung sampai usianya 7 tahun, Musa pun tuntas menghafalkan Alquran.
Nah, saat ada perlombaan STQ, dia mengikutsertakan anaknya mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, sampai Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) Internasional 2016 setelah menang berturut-turut.
“Saat ikut lomba tidak ada persiapan khusus bisa menang juara III MHQ 2016. Saya arahkan saja Musa untuk rutin belajar dan membaca hafalannya supaya tidak lupa,” tuturnya.
Sepulang dari Mesir, pada Sabtu (16/4) lalu, Abu Hanafi mengaku banyak menerima ucapan selamat. Banyak pula yang bilang Musa itu mukjizat.
“Saya bilang, menghafal Alquran itu yang penting terus belajar dan istiqomah,” kata dia.
Itulah yang dia harapkan kepada anaknya, Musa kelak tetap bisa istiqomah menjaga hafalannya. “Jangan sampai lupa,” tukasnya.
Atas prestasinya itu, Musa bersama ayahnya diundang kembali ke Mesir oleh Menteri Wakaf Mesir, Muhammad Mukhtar Jum’ah pada bulan Ramadan nanti.
“Tanggal 21 April, kami juga diundang Kementerian Agama RI untuk ke Jakarta. Kami mendapat ucapan selamat dari mereka,” tandas dia. (*/ce1/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... HEBAT! Musa Diwawancarai Sejumlah Media di Mesir
Redaktur : Tim Redaksi