Oh Senangnya, Pengungsi Gunung Agung Lahirkan 3 Putra Kembar

Senin, 04 Desember 2017 – 19:27 WIB
Wayan Pasek, salah seorang pengungsi Gunung Agung dari Desa Ababi. Foto: Juliadi/Radar Bali

jpnn.com, BALI - Rabu (29/11) lalu adalah hari bahagia buat I Wayan Pasek (27) dan Ni Kadek Erlinayani (23), pasangan suami istri asal Desa Ababi, Abang, Karangasem, Bali. Di hari tersebut, mereka dikaruniai anak, kembar tiga.

Juliadi, Denpasar

BACA JUGA: Ayo Ngaku, Siapa Sikat Dompet dan Ponsel Pengungsi?

Ketiganya lahir dengan selamat meski harus melalui operasi caesar di RS Sanglah, Denpasar. Saat Radar Bali datang menemui ke ruangan Cempaka 3 RS Sanglah, wajah Wayan Pasek masih semringah, bercampur haru.

“Ini hamil pertama istri, Sang Hyang Widhiwasa memberi karunia yang luar biasa kepada keluarga kami. Di saat erupsi Gunung Agung. Membahagiakan, diberi tiga anak kembar, semua laki-laki,” ujar Pasek.

BACA JUGA: Hutan di Lereng Gunung Agung Mengering, Hewan Mulai Turun

Dia menuturkan, mereka tak pernah menyangka mendapat anugerah seperti ini. Para bayi itu terlahir hari Rabu lalu (29/11), sekitar pukul 20.00. Bayi pertama yang lahir dengan berat badan 1,68 kg panjang 41 cm.

Bayi yang kedua dengan berat 2 kg panjang 41 cm. Kemudian bayi ketiga dengan berat 1,5 kg dan panjang 41 cm.

BACA JUGA: Kawah Gunung Agung Sudah Terisi Setengah

Ketiga bayi laki-laki ini dalam kondisi sehat. “Astungkara, Sang Hyang Widhiwasa,” ucap Pasek dengan penuh rasa syukur.

Istrinya melahirkan ketiga anak kembar dalam usia kandungan sembilan bulan kurang tiga minggu. Sebenarnya belum waktunya lahir.

Tapi, saat berada di rumah, Gunung Agung yang terus erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik membuat mereka harus meninggalkan kampung halaman tercinta.

“Itu (gempa dan erupsi) cukup membuat saya dan istri panik dan perasaan waswas. Karena takut akan terjadi apa-apa dengan istri. Akhirnya saya ajak mengungsi di rumah mes Dinas Kesehatan yang diberikan pemerintah,” terang Pasek, pria yang bekerja sebagai buruh bangunan.

Dia mengatakan, saat berada di lokasi pengungsian baru tanda-tanda akan melahirkan itu datang. Dengan gejala sakit perut. Kemudian istrinya dilarikan ke RSUD Karangasem untuk diperiksa.

Namun, dokter menyarankan untuk tetap dirawat inap agar bisa terlahir secara normal di rumah sakit. Hasil analisis medis menunjukkan bahwa istrinya dalam kondisi sangat lemah.

Sehingga disarankan untuk menjalani operasi caesar untuk proses kelancaran kelahiran. Selanjutnya harus dirujuk ke RS Sanglah.

Karena di RSUD Karangasem tak mempunyai alat kesehatan yang memadai. “Semua orang di desa dan keluarga tak percaya, jika Kadek melahirkan tiga anak kembar. Karena saat masa kehamilan di usia tiga berat badan istri kurang dari 40 kg,” ujarnya.

Pasek menceritakan, sejak kehamilan istrinya tak ada firasat apa pun. Semua normal bahkan hasil USG di usia kandungan empat bulan istrinya menunjuk kondisi bayi dan ibu sehat.

Di keluarga tak ada yang melahirkan tiga anak kembar sekaligus. Baru ini yang pertama kali. “Mudah-mudahan kondisi bayi dan ibunya selalu sehat,” ujar Pasek kepada buah hati dan istrinya.

Untuk saat ini kondisi ketiga bayi laki-laki dan istri sehat. Ketiga bayinya masih mendapat perawatan medis di Ruang Obstetri, di tempat inkubator.

“Hingga saat ini belum kami beri nama meski tali pusar sudah terlepas. Nanti sekalian kami tanyakan kepada keluarga besar di rumah nama apa yang paling pas. Istilah Balinya ngidih nasi. Setelah itu baru akan kami beri nama,” pungkas Pasek. (rb/jul/mus/mus/jpr)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Konon Logistik Aman, Nyatanya Pengungsi Harus Keluar Duit


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler