Oh Tuhan... Tidak Tahan Ka, Delapan Orang di Rumahku Semuanya Meninggal

Selasa, 29 Januari 2019 – 15:38 WIB
Warga mendorong motor berusaha menembus banjir di BTN Bumi Batara Mawang Permai, Gowa, Selasa (22/1/2019). FOTO: IDHAM AMA/FAJAR/JPG

jpnn.com - Korban meninggal akibat bencana banjir dan tanah longsor di Gowa, Sulsel, memang terbanyak di Dusun Pattiro, Desa Pattalikang, Kecamatan Manuju. Puluhan orang tertimbun.

SUARDI - Manuju

BACA JUGA: Ahli Waris Korban Banjir di Jeneponto Terima Santunan dari Kemensos

Saat korban dievakuasi, ditemukan seorang ibu terbaring kaku, sedang memeluk erat anaknya yang baru berusia 10 bulan. Sukma Daeng Caya (45) dan Ariska. Tertimbun longsoran sedalam enam meter.

Keduanya tertimbun pada Selasa siang, 22 Januari dan baru bisa ditemukan lima hari setelahnya, Sabtu sore, 26 Januari. Dengan bantuan alat berat.

BACA JUGA: Tanggul Belum Ditinggikan, Korban Banjir Ngadu ke Caleg Ini

Mertua Sukma, Bida (55), ikut menyaksikan. Bida berdiri tak jauh dari kerumunan warga. Ia tampak tak lagi bisa menggerakkan tubuhnya. Air matanya terus berderai.

Bagi Bida, tragedi ini sungguh sangat menyayat hati. Sungguh sangat memilukan hidupnya. Bukan hanya karena Sukma dan Ariska yang tewas dan rumahnya yang hancur.

BACA JUGA: Alia Laksono Kembali Bantu Korban Banjir di Jakarta Timur

Tetapi, juga karena di dalam rumah itu, ada kakak Ariska, Ana yang baru berusia 11 tahun, juga ikut menjadi korban. Ditambah lagi dua cucunya, buah hati dari anak kandungnya, Lina (30), yaitu Sri Wahyuni (11) dan Ulfa (2), juga ikut menjadi korban siang itu.

Begitu pula dengan Lina. Ia tewas tertimpa longsor. Itu belum, seorang cucunya dari Dg Jarung bernama Nurkifayah (20) yang kebetulan bermalam di rumahnya sebelum musibah itu terjadi.

Gadis yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Makassar itu, ternyata ikut tewas. Bersama Asni (35), anak kandungnya hingga tersisa hanya seorang saja yang selamat, Tekka, anak laki-lakinya, suami Sukma.

"Oh, Tuhan... Tidak tahan ka. Delapan orang di rumahku semuanya meninggal. Cucu-cucuku kodong," ucap Bida.

Setelah merasa sudah cukup tenang, Bida pun menceritakan, saat kejadian ia tak ada di rumah. Dia di kebunnya. Ia meninggalkan rumah sejak pagi sebelum peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 11.00.

Jaraknya satu kilometer dari rumah. Saat berangkat itulah di rumah ada cucu-cucunya bersama anak dan mantunya.

"Setelah kejadian ada orang yang mencari saya dan mengatakan, rumah saya kena longsor. Saya pun berlari seakan tak percaya," kisahnya sambil berusaha mendekat ke arah jenazah cucu dan mantunya.

Suami Sukma, Tekka, pun muncul. Wajahnya pucat. Tanpa tenaga. Dipapah dua kerabatnya menuju posko induk. Dia diantar untuk memastikan jenazah itu adalah anak dan istrinya.

BACA JUGA: Lihat! Pintu Bendungan Bili-Bili Dibuka, Banjir Rendam Gowa

Usai melihat, mulutnya terkunci. Tatapannya kosong. Menghela napas, lalu oleng. Tubuhnya dipapah menjauh dari lokasi penemuan mayat. Ke rumah tetangga yang lolos dari bencana.

"Itu pakaian istri saya," kata Tekka baru bisa mengeluarkan kalimat.

Saat longsor, ia ada di lokasi. Ia ada di sekitar rumahnya memperbaiki selokan. Namun, tak sempat lagi masuk ke rumah untuk menyelamatkan anak dan istrinya. Panik ia hanya bisa berlari. (*/rif-zuk)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Remaja Hilang Terseret Banjir Bengawan Solo


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler