Oh...Lagi Disidang Pak Tua Ini Menangis Ingat Ditinggal Ibunya

Kamis, 17 September 2015 – 16:35 WIB
Terdakwa kasus suap jual beli gas alam Bangkalan Fuad Amin Imron menjalani sidang lanjutan dengan agenda pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (17/9). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Terdakwa kasus dugaan suap pembelian gas alam di Bangkalan  Fuad Amin Imron menangis saat sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (17/9). Hal itu terjadi saat dia  bercerita soal harta warisan dari ibundanya.

Asal usul warisan itu menyerempet kisah sedih masa kecil Fuad, yakni perpisahan kedua orang tuanya. Terang saja air mata bekas bupati Bangkalan itu tak tertahan saat menceritakannya.

BACA JUGA: Ketua Fraksi PDIP di DPR Segera Mengundurkan Diri, Ada Apa?

"Saya kecil orangtua sudah pisah. Waktu itu umur dua tahun. Kalau tidak salah setelah pemilu pertama (1955) ibu saya pergi ke Makkah dan menikah dengan orang orang Indonesia yang sudah jadi warga sana," ujar Fuad dengan suara lirih.

Menurutnya, sang ibu memiliki sebuah rumah dan tanah di Makkah. Aset ibunya tersebut kemudian dibeli oleh Pemerintah saudi Arabia dengan harga yang tinggi karena berlokasi di tempat yang punya nilai historis tinggi.

BACA JUGA: Minta Bebaskan WNI, Jokowi Telepon Perdana Menteri PNG

Masih dengan suara lirih, Fuad menuturkan bahwa uang hasil penjualan itu kemudian diwariskan kepadanya setelah sang ibu wafat. Hal ini lantaran ibunya tidak punya anak lagi dari pernikahan kedua.

"Uangnya banyak. Saya lupa. Yang saya ingat itu ada di tas sangat besar. Kalau diangkat sama dua orang itu nggak bakal mampu terangkat," paparnya.

BACA JUGA: Megawati Marah, Ada Kader PDIP Bikin Malu

Fuad bercerita soal warisan ibunya untuk menjelaskan asal usul harta kekayaan miliknya. Pasalnya, jaksa penuntut umum menduga harta Fuad yang nilainya mencapai ratusan miliar itu berasal dari tindak pidana korupsi.

Dalam kesempatan ini, Fuad juga menceritakan soal warisan dari paman yang juga ayah angkatnya, Kiai Munir. Dia mengaku ditinggali lempengan perak dan emas dalam jumlah yang sangat banyak oleh ulama besar Madura itu.

"Ada satu lemari (emas dan perak). Saya juali saja. Saya dari kecil tidak pernah berkekurangan. Sepupu saya ada 170 orang, mereka percayakan sama saya, tidak ada yang protes. Sampai sekarang ditahanan saya makan dari situ," terangnya.

Usai menyampaikan soal asal usul hartanya, Fuad langsung meminta izin pada majelis hakim untuk meninggalkan ruang sidang. Dia bergegas ke toilet untuk mencuci mukanya yang sembab karena menangis.

"Saya tidak sanggup mengingat ini," katanya sambil mengusap airmata seraya meninggalkan ruang sidang. (dil/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sambil Menangis, Ibu Mega Sampaikan Pesan Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler