OJK Paparkan Empat Tantangan Perbankan Nasional

Kamis, 18 Februari 2021 – 13:16 WIB
OJK paparkan tantangan perbankan 2021. Ilustrasi: Mesya Mohamad/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana memaparkan empat tantangan yang akan dihadapi perbankan nasional baik dalam jangka pendek maupun struktural perbankan.

“Berbagai tantangan perbankan, dalam jangka pendek yang sangat kritikal adalah adanya pemulihan ekonomi yang masih kami harapkan terus berjalan,” katanya dalam Launching dan Konferensi Pers RP2I 2020-2025 di Jakarta, Kamis (18/2).

BACA JUGA: OJK Genjot Digitaliasasi BPR

Heru menyebutkan ketidakpastian penyelesaian pandemi Covid-19 menjadi tantangan, karena menyebabkan pemulihan ekonomi global berjalan lambat. Kemudian, lanjut dia, resesi ekonomi, volatilitas tinggi pada pasar keuangan, serta potensi berakhirnya kebijakan stimulus fiskal.

“Terkait dengan potensi kebijakan stimulus itu harus kami antisipasi ke depan. Volatilitas pasar keuangan dalam jangka pendek ini juga harus dan perlu dicermati,” ujarnya.

BACA JUGA: Mengenal Bisnis Skema Piramida, Jeratan TikTok Cash, Kini Diblokir OJK

Sementara itu, dia menuturkan tantangan mengenai struktural perbankan meliputi empat hal.

Pertama pada penguatan struktur dan daya saing.

BACA JUGA: OJK: Era Digitalisasi Harus Diimbangi Mitigasi Risiko

“Tantangan struktural perbankan perlu dicermati karena timbul dari empat hal yang kami catat,” tegasnya.

Penguatan struktur dan daya saing terdiri dari skala usaha perbankan yang masih rendah, efisiensi perbankan juga masih rendah, serta disparitas skala usaha dan daya saing antarbank yang tinggi.

Kedua, peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi nasional meliputi kebutuhan pembiayaan pembangunan, pasar keuangan masih dangkal, pembiayaan berkelanjutan belum optimal, perbankan syariah belum optimal.

"Bahkan, inklusi keuangan masih rendah," kata Heru.

Ketiga, tantangan pada revolusi ekonomi dan layanan digital. Hal ini menurut Heru terdiri atas perkembangan digital ekonomi, perubahan perilaku dan ekspektasi masyarakat terhadap layanan keuangan, risiko serangan siber, investasi infrastruktur teknologi informasi yang terlalu besar,

"Serta kompetisi dengan perusahaan teknologi finansial," jelas dia.

Terakhir, lanjut Heru, yaitu transformasi pengaturan dan pengawasan meliputi pengawasan berbasis informasi teknologi (IT) dan akses data pengawasan dengan IT.

“Para stakeholder kkami mengharapkan OJK lebih agile, adaptif, dan mendukung ekosistem baru perbankan kita. Kami akan usahakan agar harapan itu bisa diwujudkan dalam waktu sesingkat-singkatnya,” tegasnya.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler