jpnn.com - BELAKANGAN ini, warga di hampir seluruh daerah, berbondong-bondong melakukan perekaman untuk pembuatan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP).
Salah satunya Herman (61), ikut mengurus e-KTP yang akan digunakannya untuk mencari pekerjaan.
BACA JUGA: Bakul Pasar Tradisional Mulai Pakai E - Retribusi
“Mau makan apa kalau tidak kerja’, demikian sepenggal jawabannya mengapa ia nekat antri berjam-jam lamanya untuk mengurus e-KTP di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sorong.
Itulah sebabnya Herman (61) rela menempuh jarak melalui laut ke Kota Sorong, Papua Barat.
BACA JUGA: Pelajar Masih Berani Bawa Kendaraan ke Sekolah? Ini Sanksinya
Laporan : Fauzia Muhammad
DI ANTARA ratusan warga yang berbondong-bondong mendatangi kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sorong, Kamis (1/9) lalu, ‘terselip’ seseorang yang lain dari yang lain.
BACA JUGA: Usai Membunuh, Remaja Ini Perkosa Mayat Korban 3 Kali
Ya, itulah Herman, warga Pahlawan Kota Sorong yang lama bermukim di Seget. Ia rela antri berjam-jam lamanya untuk mengurus e-KTP dan Kartu Keluarga (KK), bukti identitas diri sebagai warga warga negara Indonesia.
Bukannya ia tidak memiliki identitas diri, ia memiliki KTP, namun KTP lamanya yang biasa, sudah kadaluarsa, lewat masa berlakunya.
Di usianya yang sudah lebih dari setengah abad, pria paruh baya ini sedianya tidak lagi berada di Kantor Capil, bahkan jauh-jauh datang untuk mengurus e-KTP dan Kartu Keluarga, yang merupakan bukti identitas diri yang wajib dimiliki warga Negara Indonesia.
Ia antri untuk membuat e-KTP karena informasi yang ia peroleh KTP biasa atau yang lama sudah tidak akan berlaku lagi dalam pengurusan apapun terkait identitas diri.
Mengenakan topi serta berkacamata, stelannya menarik perhatian saya, apalagi dari raut wajahnya yang lesu dengan gurat-gurat keriput menandakan ketuaan, ia lain dari sebagian besar warga yang antri siang itu.
Cuaca panas plus padatnya warga yang antri mengakibatkan ruang gerak terbatas, keringat bercucuran, namun itu harus dilakoni agar bisa dilayani petugas Disdukcapil Kota Sorong.
Opa Herman, demikian pria paruh baya yang lahir di Flores Ende 3 Maret 1955, akrab disapa. Terkejut!!!, ya, itulah reaksi saya saat mengetahui ternyata ia datang dari Seget Kabupaten Sorong, yang lokasinya puluhan kilometer dari Kota Sorong.
Lebih terkejut lagi saat mengetahui jika ia mengaku datang sendiri ke Kota Sorong ini dari Seget.
“Saya sebenarnya warga di Pahlawan sana, tapi sekarang di Seget, mau cari kerja disana. Saya sendiri ke sini. Saya belum menikah makanya sendiri. Urus Kartu Keluarga dulu baru e-KTP,” ujar Opa Herman.
Mengingat selama ini ia hidup sebatang kara, mau tak mau ia yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. E-KTP yang diurusnya pun akan digunakannya untuk mencari pekerjaan.
“Kalau bukan untuk cari kerja, tidak mungkin saya rela jauh-jauh kesini dan ikutan antre panjang. Saya dapat kabar katanya KTP biasa nanti sudah tidak berlaku lagi,” katanya sembari memperbaiki posisi kaca matanya
Kendati sudah terbilang renta, namun tak ada perlakuan istimewa yang didapatnya dari Kantor Disdukcapil Kota Sorong. Ia tetap harus antri dan berdesak-desakan seperti warga lainnya.
Pria paruh baya ini yang di usia tuanya rela berdesak-desakan, padahal seharusnya ia duduk santai di rumah menikmati masa tuanya,.
“Mau makan apa kalau tidak bekerja. Selagi saya masih bisa bergerak, maka saya akan manfaatkan anugerah Tuhan ini. Lagian mau harap siapa karena tidak ada keluargaku,” ujarnya sambil tersenyum.
Opa Herman mengaku sebelumnya kerja di proyek, namun sudah selesai. “Kemarin sempat kerja tapi di proyek. Sudah selesai, makanya saya buat e-KTP untuk cari kerja lagi karena kalau pakai KTP lama takut tidak diterima,” imbuhnya. (***/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nikahi Gadis Singkawang, Warga Malaysia Dipenjara, Nih Fotonya
Redaktur : Tim Redaksi