Panglima militer yang menjadi kepala perlindungan tapal batas Australia mengatakan bahwa para penyeludup manusia sekarang ini sengaja tiarap, namun mereka akan bertindak lagi segera bila terbuka kesempatan.
Sejak dilakukannya Operasi Batas Kedaulatan (Operation Sovereign Borders) di bawah pemerintahan Tony Abbott, jumlah pencari suaka yang mencoba memasuki Australia menggunakan kapal berkurang drastis.
BACA JUGA: Warga Indonesia di Australia Juga Sambut Jokowi
Dalam dengar pendapat dengan Senat (Majelis Tinggi Parlemen Australia), Komandan gugus tugas ini Letnan Jenderal Angus Campbell mengatakan dia tidak bisa memberikan penilaian mengenai dampak dari perubahan yang dilakukan pemerintah tersebut.
Namun dia mengatakan bahwa ancaman dari para penyeludup manusia ini tetap ada.
BACA JUGA: Ini Reaksi Media Australia Atas Pelantikan Jokowi-JK
"Mereka tampaknya sekarang sedang tiarap, dan akan memulai usaha mereka lagi ketika mereka melihat bahwa situasinya memungkinkan." katanya.
Sementara itu Departemen Imigrasi mengatakan mereka tidak sedang mempertimbangkan untuk mengirim paa pengungsi yang sekarang berada di Manus Island di Papua Nugini ke Kamboja.
BACA JUGA: Pengakuan Ibu 3 Anak Hidup sebagai Muslim Australia Bercadar
Pemerintah baru-baru ini menandatangani kontrak senilai $ 40 juta dolar dengan Kamboja guna memukimkan kembali pengungsi dari Nauru.
Asisten Menteri Imigrasi Mark Cormack mengatakan tidak ada rencana bagi para pengungsi di Manus Island sebagai bagian dari perjanjian.
"Para pengungsi yang sekarang dimukimkan di Nauru, mendapat tawaran secara sukarela untuk menerima pemukiman di Kamboja dan itulah yang kami lakukan saat ini." katanya.
"MOU dengan Kamboja baru saja ditandatangani dan kami sekarang sedang memimplementasikan persetujuan tersebut dan di saat ini tidak melibatkan PNG."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Montir Independen di Australia Kian Sulit Perbaiki Mobil Modern