TRIPOLI - Demonstrasi menentang pemerintah atau rezim berkuasa di negara-negara Arab -- di utara Afrika hingga di kawasan Teluk Persia-- tak kunjung meredaMeskipun korban jiwa terus berjatuhan, para pengunjuk rasa tak hilang nyali.
Di Yaman, sedikitnya enam pengunjuk rasa tewas dalam tiga insiden secara terpisah kemarin siang (18/2)
BACA JUGA: Bajak Laut Somalia Dihukum 33 Tahun
Di Kota Manama, Bahrain, polisi menembaki pengunjuk rasa yang berkumpul dekat rumah sakit (RS) SalmanniyaBACA JUGA: Naoto Kan Dilawan Internal Partai
Tetapi, lusinan demonstran dilaporkan terluka.Yang paling anyar, demonstran anti-pemerintah di Libya dilaporkan berhasil merebut dan mengambil-alih kendali atas sebuah kota di timur negara tersebut kemarin (18/2)
Demonstran dilaporkan menguasai Kota Al Bayda, timur Libya, setelah polisi lokal yang membangkang bergabung dengan pengunjuk rasa
BACA JUGA: Gudang Amunisi Meledak, 20 Warga Tanzania Tewas
"Al Bayda saat ini ada di tangan rakyat," ujar Giumma el-Omami, perwakilan kelompok the Libyan Human Rights Solidarity, kepada Reuters"Kota itu sekarang sudah di luar kontrol rezim Kadhafi," tutur Fathi al-Warfali dari kelompok Libyan Committee for Truth and JusticeSejauh ini belum ada verifikasi secara independen perihal kebenaran informasi tersebutLaporan masuk hanya bisa diperoleh lewat kontak teleponAl Bayda merupakan kota berpenduduk 250 ribu jiwaTetapi, kota tersebut merupakan salah satu di antara dua kota yang dibanjiri massa anti-pemerintahKota lainnya adalah Benghazi, kota terbesar kedua di Libya.
Sejumlah informasi mengungkapkan bahwa massa dan pasukan anti-pemerintah terlibat bentrok dengan tentara yang mengamankan Kota Al Bayda, 200 km timur laut BenghaziPasukan anti-pemerintah itu bergabung dengan polisi yang membangkang atau desersi lebih dulu sebelumnyaBentrok di antara dua kubu tersebut merupakan insiden yang paling banyak membawa korban.
Laporan terbaru menyebutkan, tentara Libya telah dikerahkan untuk memadamkan aksi anti-pemerintah di wilayah timurProtes masal tersebut terinspirasi revolusi rakyat di Mesir dan Tunisia yang berhasil menjatuhkan rezim berkuasaPresiden Mesir Hosni Mubarak akhirnya mundur dari kekuasaannya pada 11 Februari lalu, sedangkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali tergusur pada 14 Januari lalu.
Unjuk rasa anti-pemerintah lebih terfokus di timur, termasuk di BenghaziDi kota tersebut, dukungan terhadap Kadhafi paling rendah dibandingkan dengan di kota-kota lain di LibyaTetapi, kota itu juga jauh dari jangkauan media internasional"Tadi malam (Kamis malam) suasananya sangat sulitBanyak orang berada di jalanTentara juga turun ke jalan," cerita seorang warga yang tinggal di kawasan Nasser Street, jalan utama di Benghazi, kepada Reuters"Saya mendengar suara tembakanLantas, saya lihat orang-orang jatuh di jalan (akibat tembakan senjata)Tetapi, saya tak tahu berapa yang menjadi korban (tewas)," lanjutnya.
Surat kabar swasta di benghazi, Quryna, menulis bahwa pasukan keamanan pemerintah menembakkan senjata api dengan peluru timah ke arah pengunjuk rasa Kamis sore lalu (17/2)Sedikitnya, 14 orang tewasKorban tersebut juga mempublikasikan foto para korban yang diperban dalam kondisi penuh darahMereka terbaring di kereta rumah sakit
Di Kota Al Bayda, sedikitnya 10 orang tewas dan 70 lainnya terluka dalam bentrok "hari kemarahan" antara demonstran anti-Kadhafi dengan pasukan pemerintah pada Kamis lalu.
Ashour Shamis, jurnalis Libya yang berkantor di London, mengungkapkan bahwa para pengunjuk rasa telah menyerbu penjara Kuwafiyah di Kota Benghazi kemarinSelanjutnya, mereka membebaskan lusinan tahanan politik. Quryna memberitakan, lebih dari 1.000 tahanan telah melarikan diriTetapi, 150 orang di antaranya tertangkap lagi
Informasi yang diperoleh Reuters menyebutkan bahwa Saadi Kadhafi, putra Kadhafi yang juga mantan pemain sepak bola profesional di Italia, telah mengambil alih komando terhadap Kota Benghazi, sekitar 1.000 km sebelah timur Tripoli.
Di Tripoli, ibu kota Libya, situasinya relatif lebih tenangHampir tak ada demonstrasi anti-pemerintahPara pendukung Kadhafi justru turun ke jalan untuk demo tandingan kemarinKadhafi malah muncul dalam pawai dan demo mendukung pemerintahannya di Lapangan Hijau, pusat Kota Tripoli, tersebutTetapi, tokoh yang berkuasa di Libya sejak 1969 lewat kudeta atas penguasa monarkhi saat itu, Raja Idriss, tidak berbicara di depan massa.
Khotbah salat Jumat yang disiarkan stasiun televisi pemerintah kemarin juga mendesak masyarakat agar mengabaikan berita yang muncul di sejumlah media asing"Berita-berita (di media asing) tersebut sama sekali tidak menginginkan damai di negeri kitaItu tujuan Zionisme dan imperialisme untuk memecah-belah negeri kita," bunyi khotbah tersebutPara lawan politik Kadhafi menggunakan jejaring sosial Facebook dan Twitter untuk menyerukan aksi unjuk rasa baru selesai salat Jumat kemarin.
Kendati unjuk rasa anti-pemerintah di Libya terus meluas, para pengamat menilai situasi di negara itu berbeda dengan MesirKadhafi dinilai masih punya banyak uang dari sumber minyak kekayaan Libya untuk mengatasi problem sosial di negaranyaSelain itu, Kadhafi dihormati di sebagian besar wilayah negerinyaKendati begitu, dukungan atas dirinya agak lemah di kawasan Cyrenaica, sekitar Benghazi
"Kami tak yakin akan ada pemberontakan secara nasional," kata Noman Benotman, mantan oposisi Islam Libya yang semula tinggal di Inggris, tetapi kini berada di Tripoli"Saya kira Libya tidak dapat dibandingkan dengan Mesir atau TunisiaKadhafi akan berjuang (meredam demonstrasi) sampai titik terakhir," tegasnya lewat telepon dari Tripoli.
Sementara itu, aksi unjuk rasa anti-pemerintah di Kota Taez, Yaman, kemarin membawa korban jiwaSebuah granat tangan dilemparkan ke tengah-tengah para demonstran yang memenuhi pusat kota ituSedikitnya, dua orang tewas dan 27 lainnya luka.Mengutip laporan sebuah sumber, Agence France-Presse (AFP), sebuah granat dilemparkan ke arah demonstran yang menuntut mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh dari dalam mobil berpelat nomor milik pemerintahPara penumpang mobil tersebut telah diidentifikasi.
"Ada dua orang di dalamnya, tetapi kami tidak tahu afiliasi politik mereka," kata sumber ituDua demonstrasi anti-pemerintah yang lainnya juga berlangsung di Sanaa dan AdenAksi tersebut juga membawa korbanStasiun televisi Al Jazeera melaporkan bahwa tiga orang tewas tertembak polisi dalam unjuk rasa di Aden kemarinLusinan lainnya terluka.
Saksi mata menyebutkan, bentrok terjadi di antara demonstran dan petugas keamanan di Distrik Khor Maqsar, AdenPolisi menembakkan peluru ke udaraTetapi, karena demonstran melawan, tembakan lalu diarahkan ke arah merekaDi Sanaa, bentrok antara demonstran dan petugas keamanan menewaskan seorang pengunjuk rasaSecara terpisah, situasi politik di Bahrain juga belum membaikKelompok oposisi dari komunitas Syiah kembali turun ke jalan kemarinMassa yang menuntut reformasi politik dan pergantian rezim itu berkumpul di Lapangan Mutiara, Manama.
Tentara Bahrain yang berupaya membubarkan massa langsung melontarkan tembakanSejumlah demonstran terluka"Beberapa korban dalam kondisi kritis," kata Jalal Firooz, mantan anggota parlemen dari komunitas SyiahStasiun televisi Al Manar yang dikelola Hizbollah, Lebanon, mengutip laporan dokter di RS Salmaniya, Manama, menuturkan bahwa 25 orang terluka dalam insiden tersebutDua di antaranya kritis
Saksi mata melaporkan bahwa sekitar 20 mobil polisi dan tentara bergerak menuju Lapangan Mutiara siang ituSelanjutnya, mereka menembaki massa yang berunjuk rasa.
Sebelumnya, empat orang tewas dan 231 terluka ketika polisi menyerbu lokasi pengunjuk rasa Kamis dini hari laluSaat itu demonstran sedang terlelapTentara yang menaiki tank dan panser kemudian mengambil alih kendali di Lapangan Mutiara dari komunitas Syiah yang berunjuk rasa(AFP/Rtr/AP/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bomber Rusia Mantan Marinir
Redaktur : Tim Redaksi