jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku optimistis bahwa pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 bakal relatif lebih cepat dibandingkan setelah krisis moneter 1998 ataupun krisis finansial global 2008.
?Airlangga mengatakan, pemulihan ekonomi pasca-krisis moneter 1997-1998 di Asia membutuhkan waktu 7-8 tahun.
BACA JUGA: Lapor ke Pak Presiden, Menko Airlangga Beber Progres PEN
“Kemudian untuk krisis global di tahun 2008 butuh waktu dua tahun,” ujar Airlangga saat berbicara pada Rakornas Kamar Dagang dan Industri (KADIN) secara daring, Kamis (10/9).
Lebih lanjut Airlangga memerinci, nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga 556 persen pada krisis moneter 1997-1998. Adapun saat krisis finansial global 2008, katanya, rupiah terdepresiasi hingga 39,6 persen.
BACA JUGA: Arief Poyuono Sebut Faisal Basri Kurang Lihai, yang Benar Kalimat Airlangga
Menteri asal Golkar itu lantas membandingkan nilai tukar rupah pada masa pandemi Covid-10. "Saat ini nilai tukar relatif stabil dan telah bergerak menuju ke level sebelum pandemi Covid-19," tambahnya.
Airlangga menambahkan, penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi membutuhkan rencana jangka menengah hingga 2022-2023.
BACA JUGA: Pak Jokowi Akui Covid-19 Sangat Berbahaya, Ekonomi Bukan Hal Utama
Oleh karena itu fokus pemerintah pada sektor yang berkaitan dengan kesehatan, bantuan sosial, padat karya untuk menjaga permintaan, restrukturisasi, dan transformasi ekonomi.
Selain itu, APBN tahun depan difokuskan pada sektor kesehatan, perlindungan sosial, insentif usaha, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta pembiayaan korporasi.
Airlangga menambahkan, pemerintah pusat juga mendorong pemda menjalankan program untuk memacu perekonomian, termasuk memacu belanja barang dan belanja modal. “Dengan demikian, secara agregat kita bisa menjaga pertumbuhan,” pungkasnya.(mcr2/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Rizki Sandi Saputra