Orang-orang Hostes Minded, Makanya Kami Sediakan Empat Wanita Penghibur

Senin, 14 September 2015 – 18:30 WIB
Suasana Tanamur, diskotek pertama di Jakarta. Foto: Istimewa.

jpnn.com - SEJAK awal buka pada 12 November 1970, Tanamur--diskotek pertama di Jakarta--tidak banyak aturan. Semua orang bisa masuk. Bahkan yang bersandal jepit sekalipun.

-------

BACA JUGA: Sumatera Thawalib, Sekolah Modern Islam Pertama di Indonesia

Wenri Wanhar -Jawa Pos National Network

-------

BACA JUGA: PKI, Partai Politik Pertama yang Menggunakan Nama Indonesia

"Tanamur biasanya buka pukul 19.00 WIB dan akan mulai ramai dipadati pengunjung pada pukul 21.00 WIB," kata Firman Lubis, penulis buku Jakarta 1970-an, yang kerap datang ke Tanamur.

Mulanya, diskotek pertama di Jakarta, yang juga pertama di Asia ini tidak mengenakan cover charge atau tiket masuk kepada pengunjungnya. 

BACA JUGA: Oimak... Emas Istana Nabi Sulaiman dari Sumatera?

Namun, dalam perkembangannya, Ahmad Fahmy Alhady--si empunya tempat--memberlakukan aturan baru. Fahmy adalah ayah dari bintang film Atiqah Hasiholan. 

Majalah Tempo 27 Maret 1971, menurunkan laporan, cover charge Tanamur 600 rupiah. 
 
Lalu naik lagi. Hari biasa Rp 1.000 dan Rp 1.250 pada malam Sabtu dan malam Minggu. 

"Ini angka yang lumayan besar pada masa itu," ungkap Firman, sebagaimana di tulis Enrico Yoland, dalam skripsinya; Perkembangan Diskotik Tanamur Di Jakarta (1970-2005).  

Tak ayal jika kemudian, pengunjung Tanamur didominasi kelas menengah dan enampuluh persen pengunjung adalah ekspatriat--orang asing yang bertugas di Indonesia.

Hostes

Sejarawan Hendaru Tri Hanggoro mengisahkan, konsep Tanamur berbeda dengan club malam yang kala itu mulai menjamur di Ibukota.

Tanamur tidak menyediakan hostes dan penari telanjang. "Kalau di night club, pengunjung berpakaian rapi itu duduk manis menyaksikan penari. Kalau di Tanamur, pengunjung yang menari," tuturnya kepada JPNN.com.

Itu tak berlangsung lama. Tanamur lagi-lagi merubah aturan.
 
"Di sini orang-orang sudah hostes minded. Selalu para tamu menanjakan hostes, karena itulah kami terpaksa menjediakan djuga. Sekarang di Tanamur ada empat hostes," kata Fahmy, dimuat Tempo, 27 Maret 1971."Ke depan akan terus kami tambah." --bersambung (wow/jppn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Arsitektur Museum Sejarah Jakarta Menyerupai Balaikota Amsterdam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler