BACA JUGA: Demokrat Jateng Mulai Pecah
Urangutan yang mengamuk itu dikenal dengan spesis pongo pygmaeus menyerang Yani (40), seorang petani karet di desa setempat
BACA JUGA: Harga Beras dan Gula Melangit
Beruntung, dua rekan Yani segera tiba di lokasi dan langsung memberikan pertolongan
BACA JUGA: Tim Kejati Bali Ke Jakarta
Dua rekan Yani menyerang kera setinggi 2,5 meter dan bobot 200 Kg itu dengan tombak dan mandau yang dibawanya.“Saya bersyukur masih sempat teriak dan dibantu oleh dua kerabat yang tak jauh menyadap karet dari posisi aku diserang orang utan,” ujarnya Yani bercerita.
Yani yang ditemui Kalteng Pos di rumahnya Desa Lemo, mengaku sempat pingsan akibat serangan kera kemerah-kemarahan dan cokelat ituMalah kaki kanannya mendapat jahitan 20 sentiSaat inipun, dia masih susah berdiri.
Masih menurut Yani, pagi itu dia dua temannya Miswan dan Mulyadi berangkat menuju kebun miliknya di kawasan hutan InunDia melakukan kegiatan rutin menyadap karet setiap hari seperti biasanyaTetapi belum sampai pisau sadapan menyentuh batang karet, tiba-tiba dari arah belakang ada yang memegang kedua kaki dan tubuhnya kemudian membantingnya ke belakang hingga tubuhnya terlentang.
Posisi tak menguntungkan itu membuat Yani sulit melawanWalaupun sebenarnya di pinggang Yani terselip sebuah mandau (parang senjata khas Dayak) yang biasa digunakan pergi ke hutanSebaliknya orangutan justru makin beringas dengan mencakar dan menggigitnya
“Tapi beruntung posisi terlentang membuatku bisa teriak minta tolongDua teman langsung mendekat dan memberikan perlawanan,” ujarnya sambil sesekali terlihat menahan sakit di kaki dan dadanya.
Masih menurut Yani, dua temannya juga sempat ketakutan berlariTetapi saat kedua temanya menjauh, orangutan itu kembali menyerangnya sampai pingsan
Sementara Miswan, menceritakan jalannya perkelahian dengan makhluk hutan ituMenurut dia, perkelahian itu berlangsung cukup lamaSampai akhirnya mereka berhasil melukai orangutan dengan menggunakan mandau dan tombak.
“Kami kesulitan menyererang dia, karena memeluk erat korbanTapi kami berhasil menusuknya dengan tombak dan menebas kakinya hingga mahluk itu tewas,” ujar Miswan beberapa saat setelah kembali dari mengantarkan bangkai orangutan itu ke Desa Lemo II dengan kelotok (perahu bermesin).
Menurut Miswan, tak mudah membawa tubuh orangutan itu ke kampung yang jaraknya mencapai satu jam lebih ke desaOrangutan harus diikat dan meski harus dipapah sebanyak empat sampai lima orang.
Terusik Kebin Sawit dan Tambang Batubara
Orangutan Kalimantan ini termasuk hewan yang sudah jarang dijumpaiLantaran sarangnya kebanyakan di hutan rimba belantaraNamun kini, mereka menjadi mendekati hutan bantaran sungai, mengingat kawasan hutan tempat tinggalnya mulai dirambah pembukaan lahan perkebunan dan barubara.
Saat inipun menjadi mudah terlihat lantaran mereka mencari makan buah-buahan di bantaran sungai"Kami memang tak pernah menemui orangutan apalagi sebesar iniBisa jadi mereka mendekati kampung karena sarang mereka sudah tergerus oleh pembukaan lahan perkebunan dan batubara,” kata Mora, salah warga Desa Lemo menebak
Yang pasti, kejadian ini membuat warga setempat trauma menyadap karetKarena kawanan orangutan lainnya dikhawatirkan masih berkeliaran di sekitar kebun karet warga.
Di tempat terpisah, Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah IV Muara Teweh Yusuf Trismanto mengatakan orangutan di kabupaten itu habitatnya berada di dalam Cagar Alam Pararawen di Kecamatan Teweh Tengah dan di luar kawasan hutan yang dilindungi itu.
Menurut Yusuf, kehidupan orangutan ini sifatnya berkumpulMisalnya satu jantan dan betina serta anaknya yang hidup di hutan belantara"Binatang ini tidak mengganggu sepanjang dia tak terusik atau diganggu oleh manusiaMereka senang hidup di kawasan belantara yang banyak buah-buahan hutan," kata Yusuf.
Mengenai orangutan yang masuk kawasan kebun karet masyarakat hingga menganggu warga, menurut dia karena habitatnya terusik aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, tambang batu bara dan pembalakan liar (illegal logging).
Hutan yang menjadi tempat pakan binatang itu, kata dia, mulai berkurang sehingga orangutan harus berjalan jauh mencari makan hingga keluar kawasan hutan atau mendekati perkebunan warga yang banyak buah-buahan hutan.(eni/yon/fuz)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi,DBD Rengut 2 Nyawa
Redaktur : Tim Redaksi