Ortu Harus Tahu Aktivitas Anak di Dunia Maya

Jumat, 21 Oktober 2016 – 23:53 WIB
Suhardi Alius. Foto: Ist

jpnn.com - SOLO - Aksi penyerangan petugas kepolisian di Cikokol, Tangerang, Kamis (20/10) pagi dilakukan oleh anak muda yang sudah berbaiat dengan kelompok radikal ISIS melalui dunia maya.

Teror lone wolf (aksi tunggal) terorisme di Indonesia ini merupakan kali ketiga setelah teror Mapolresta Solo dan penyerangan pendeta di sebuah gereja di Medan.

BACA JUGA: Masih Mau Pungli? Siap-Siap Saja Dilibas Satgas Pimpinan Wiranto Ini!

Dari rangkaian peristiwa ini, Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius meminta para orang tua untuk mengawasi aktivitas anak-anak muda di dunia maya.

"Orang tua minimal harus tahu situs-situs apa saja yang sering diakses oleh anak-anaknya, jangan sampai mereka menjadi radikal karena mengakses internet tanpa ada pengawasan," ungkap Suhardi di depan peserta Dialog Sinergisitas Masyarakat Dalam Menangkal Radikalisme di Solo, Jumat (21/10).

BACA JUGA: Ansor dan Santri Siap Bersihkan Anak Muda Dari Ancaman Radikalisme

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa perkembangan internet membuka celah bagi masuk dan berkembangnya paham radikal.

Anak-anak muda yang mengakses informasi-informasi radikal itu berpeluang besar menjadi radikal atau bahkan menjadi pelaku teror, seperti aksi di Tangerang kemarin.

BACA JUGA: Densus Telusuri Jejak Penyerang Kapolsek Tangerang di Medsos

Meski begitu, ia juga menyatakan bahwa internet tidak sepenuhnya buruk. Karena melalui internet pula informasi yang baik dan benar terkait dengan agama dan nasionalisme dapat disebarluaskan ke masyarakat.

“Kami di BNPT juga memiliki divisi yang khusus menangani radikalisme di dunia maya, divisi ini bertugas untuk memberikan kontra narasi terhadap konten-konten radikal yang sangat meresahkan,” terangnya.

Suhardi juga mengatakan bahwa pihaknya terus berusaha maksimal untuk menanggulangi radikalisme dan terorisme secara total.

Salah satu upaya yang kini ditempuh oleh BNPT adalah dengan menjalin kerjasama dengan 17 kementerian. Harapannya tentu agar upaya menanggulangi terorisme dapat dilakukan secara lebih maksimal dan efektif.

Suhardi menyebut, terorisme bisa menjangkit siapa saja, bukan hanya orang-orang yang tidak memiliki pemahaman agama yang baik, terorisme bisa meracuni siapa saja tanpa memandang latar belakangnya.

Karenanya ia meminta agar masyarakat selalu waspada dan tidak menganggap remeh bahaya faham kekerasan ini.

Ia menjelaskan bahwa terorisme adalah kejahatan yang tidak terjadi secara tiba-tiba. Tapi ada proses panjang sebelum akhir terorisme meresap ke pikiran dan sikap seseorang.

Untuk menanggulangi bahaya terorisme, kepala BNPT menggaris bawahi dua poin penting, yakni; ilmu dan kesejahteraan.

Kurangnya ilmu dan kesejahteraan disebutnya menjadi dua hal penting yang membuka celah untuk masukanya paham kekerasan radikal dan terorisme.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa terorisme tidak hanya bisa ditanggulangi oleh BNPT.

Tetapi diperlukan kerjasama dengan seluruh pihak, bukan hanya dengan kementrian dan lembaga terkait, tetapi juga dengan masyarakat.

“Jika seseorang sudah berilmu dengan baik, atau sudah sejahtera hidupnya, mereka tidak akan mudah terpengaruh terorisme,” ungkapnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Direktur LKPP Akui Sudah Minta Proyek E-KTP Dihentikan, tapi...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler