Lahir sebagai anak autis tak membuat Oscar Yura Dompas minderCita-citanya tak mau kalah oleh anak-anak normal
BACA JUGA: Perjuangan Para Istri Pejabat yang Suaminya Tersangkut Kasus Hukum
Bahkan, dia berhasil masuk Muri (Museum Rekor Indonesia) sebagai penyandang autis yang meraih sarjana dan menulis buku berbahasa InggrisAGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
----------------------------------------------
Hari itu pagi menjelang siang
BACA JUGA: Deklarasi Mega-Prabowo di Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang
Suasana di Sekolah Autis Mandiga di Jalan Mulawarman 3 tampak ramaiPara bocah yang rata-rata berusia SD itu kompak mengenakan kaus biru gelap berkerah
BACA JUGA: Jenazah Kapten Pom Heri Kasmiyadi Jadi Saksi Pernikahan sang Putri
Mereka dibimbing beberapa pengajar''Mereka adalah anak-anak autis yang dididik di sekolah ini,'' kata Oscar Yura Dompas, salah seorang pengajar di sekolah tersebut, saat ditemui Jawa Pos kemarin.Lelaki 29 tahun yang juga penyandang autis tersebut setiap hari rutin datang ke sekolah itu mulai pukul 10.00 hingga 12.00Namun, bukan sebagai pengajar tetap, dia hanya menjadi tenaga magang''Ya untuk mengisi waktu agar tidak nganggur,'' ujar lelaki penggemar basket itu.
Oscar biasanya kebagian mendampingi anak-anak autis di kelas A''Kelas A itu untuk anak-anak autis yang kondisinya mulai membaikPelajarannya berupa membuat keterampilan biar mereka terlatih,'' paparnya.
Selama diwawancari, Oscar lebih sering menjawab dengan kalimat-kalimat tegas, lugas, serta cenderung formalBahasa yang digunakan kadang terlalu kakuNamun, bila sedikit dipancing dengan joke-joke ringan, sesekali dia menanggapi''Panggil saya Oscar atau Mas Oscar sajaSaya masih belum seberapa tua kok,'' katanya.
Oscar merupakan penyandang autis yang tergolong berprestasi spesialKendati hidup dengan autis, dia mampu menyelesaikan kuliah S-1 di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Atmajaya, Jl Sudirman, Jakarta Pusat
Bahkan, di sela-sela kuliahnya, dia merampungkan tiga buku tentang autis sekaligus! ''Sebenarnya sih bukan tiga bukuTapi, satu buku ditambah duaSebab, buku yang terakhir itu kan dua edisiYakni, edisi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia,'' ungkapnya lantas tersenyum
Buku Oscar yang sudah terbit berjudul Autistic Journey dan The Life of the Autistic Kid Who Never Gives Up yang juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul Menaklukkan Autis
Karena keberhasilannya itu, pada 7 Mei lalu Oscar mendapat penghargaan dari Muri sebagai penyandang autis yang mampu menyelesaikan sarjana dan menulis buku berbahasa Inggris
Semua raihan itu berhasil diperoleh Oscar berkat ketekunan serta kerja kerasnyaSetelah lulus SMA di Sydney, Australia, 1999, dia meminta kepada orang tuanya agar disekolahkan di perguruan tinggi IndonesiaPilihannya lantas jatuh ke Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Atmajaya, Jakarta.
Namun, Oscar mulai kuliah pada 2000Dia tak bisa langsung masuk kuliah pada 1999 setelah lulus SMA di SydneySebab, tahun pelajaran di Australia dan Indonesia berbedaOscar harus menunggu tahun ajaran baru untuk bisa masuk perguruan tinggi
Lantas, mengapa memilih jurusan pendidikan bahasa Inggris? ''Pengennya dulu setelah lulus, saya ingin mengajarMakanya, milih jurusan untuk guru,'' katanya
Kuliah untuk lelaki dengan autis, diakui Oscar, tidak gampangSebab, daya tangkap penyandang autis berbeda dari mahasiswa lainnyaSelain itu, mereka yang tak paham autis sering membuat komentar yang tak nyaman didengar.
''Sering mereka bilang Oscar anehKatanya, eh ni anak aneh banget sihTerus, mereka nggak mau dekat-dekat Oscar,'' ungkapnya.
Padahal, kata dia, dirinya sudah berusaha mendekati merekaNamun, mereka malah menjauhBiasanya mereka adalah orang-orang yang tak paham apa itu autisAutis, menurut mereka, adalah penyakit menular dan hampir sama dengan gilaAkibatnya, Oscar dijauhi teman-temannya''Mereka hanya belum tahuJadi, Oscar maklum,'' katanya.
Yang tak kalah susah adalah saat menerima pelajaranBiasanya, dosen menyampaikan materi dan tugas kuliah dengan cepatDaya tangkap Oscar tentu tak sama dengan teman sekelasnyaDia sering tertinggalTapi, dia tetap punya cara untuk menyelesaikan''Oscar datangi saja dosennyaDaripada tanya ke temanMending Oscar tanya ke dosenLebih tepercaya,'' tegasnya.
Tiap pelajaran selesai, Oscar tak langsung keluar kelasDia selalu mengajak dosennya berbincang beberapa menit untuk menjelaskan pelajaran yang belum dimengerti''Dosen-dosen tahu dan memahami Oscar apa adanyaMereka baik,'' ujarnya.
Karena ketekunannya tersebut, pada semester pertama, Oscar berhasil meraih IP tinggi, yakni 3,58Putra sulung pasangan Alan Jeffry Dompas dan Putri Ira Chaerani itu terus berusaha mengembangkan diriDia lantas bergabung di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa InggrisDia dipercaya duduk menjadi staf bidang olahraga.
Kuliah dan aktif di HMJ, tampaknya, tak cukup bagi lelaki yang rutin berolahraga tiap sore tersebutDia masih ingin mengisi waktunyaKarena itu, di sela-sela kuliah, Oscar rajin menulisMulai kisah perjalanan hidupnya hingga pemikiran-pemikirannya mengenai autisme''Oscar menulis berdasar pengalaman OscarApa yang Oscar lihat, Oscar tulis,'' jelasnya.
Menulis memang sudah menjadi hobi OscarTiap ada waktu luang, dia selalu memanfaatkan dengan menulis di laptop yang selalu dibawa kemana pun pergiTulisan-tulisan itu semakin banyak hingga orang tua Oscar punya ide untuk mengumpulkannya dalam sebuah buku''Papa yang ngurus penerbitannyaYang nulis Oscar semua,'' ungkapnya.
Isi buku Oscar beragamPada 2005, terbit buku berjudul Autistic Journey yang berisi pemikiran-pemikirannya mengenai autisBuku berbahasa Inggris itu merupakan buku pertama yang ditulis seorang penyandang autis di Indonesia.
Buku berjudul The Life of the Autistic Kid Who Never Gives Up terbit pada 2007Bedanya, buku yang juga diterbitkan dalam bahasa Indonesia berjudul Menaklukkan Autis tersebut berisi kisah Oscar sejak lahir hingga umur 20 tahun''Sekarang Oscar sedang menyiapkan buku selanjutnyaIsinya mengenai cerita sejak usia 20 tahun sampai sekarang,'' paparnya.
Oscar kini sedang mengejar mimpinya yang lainYakni, kuliah diploma tourism di SingapuraSebab, dia ingin menjadi guideDia ingin bertemu banyak orang sambil berwisataSingapura dipilih karena aksesnya cukup mudah dari Jakarta
''Sebenarnya Oscar ingin di Australia, Jepang, atau AmerikaTapi, itu kan jauh dari rumahEntar kalau Mama sama Papa Oscar kangen, Oscar susah pulangnyaJadi, mending di Singapura aja,'' katanya.
Bagi Oscar, mendampingi anak autis butuh kesabaranMemang, lanjut dia, para penderita autis cenderung menutup diri terhadap lingkungan sosialKebanyakan mereka berdiam diri di kamar dan sekolah-sekolah berkebutuhan khusus
Keinginan itu tak boleh selalu diturutiSebab, menurut dia, seorang anak dengan autis harus lebih sering bergaul di lingkungan sosial''Biar bisa melihat dan mencontohOh, seperti itu kalau orang bergaul dengan orang lain,'' jelasnya.
Lambat laun, kata lelaki kelahiran Jakarta itu, mereka akan mampu beradapatasi dengan lingkungan sosial tersebut''Jangan terus-menerus di ruang-ruang terapi dan sekolahBisa-bisa mereka 'tertular' sama yang sakit,'' tegasnya(kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Para Panutan Keluarga yang Jadi Korban Tewas di Tragedi Jatuhnya
Redaktur : Tim Redaksi