jpnn.com - REMBANG - Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta mengunjungi Pondok Pesantren Al Anwar III di Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (8/12). Oso -sapaan akrabnya- langsung disambut oleh KH Maimun Zuber selaku pondok pesantren yang terkenal itu.
Terlihat pula ikut menyambut Oso adalah Dr. KH. Abdul Ghofur Maemun selaku pengasuh Ponpes Al Anwar III. Sedangkan ikut mendampingi Oso antara lain sejumlah anggota Fraksi PPP MPR RI. Antara lain M Romahurmuziy, Zainut Tauhid, Thoha serta Arwani Thomafi.
BACA JUGA: Sila Pertama Pancasila Jadi Rujukan Moralitas Bangsa
Oso hadir di Rembang untuk mengikuti pembukaan sosialisasi Empat Pilar MPR. Oso dalam sambutannya mengatakan, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan ahklak dan budi pekerti. Karena itu, wajar bila para santri memiliki kesopanan dan tata krama.
Oso menegaskan, pesantren tidak mungkin bila pesantren menjadi sarang terorisme. Sebab, para pelaku teror adalah mereka yang tidak memiliki tata krama dan sopan santun. Mereka yang melakukan teror juga tidak memiliki rasa cinta pada negara.
BACA JUGA: Politikus PDIP: Sikap Intoleran Bukan Ciri Warga Jabar
Pada kesempatan itu Oso juga mengingatkan bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi berbagai krisis. Mulai dari krisis ekonomi, kepercayaan, hingga narkoba.
Karena itu dia berharap agar para santri bisa memegang teguh Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika atau yang dikenal dengan sebutan Empat Pilar. Sebab, katanya, Empat Pilar merupakan benteng terakhir keutuhan NKRI.
BACA JUGA: Beri Peringkat, Kemenhub Tiru Perhotelan
"Banyak yang menghendaki Indonesia ini terpecah. Karena mereka ingin menguasai Indonesia. Tetapi, kalau kita tetap berpegang pada Empat Pilar, selamanya kita akan terus bersatu," kata Oso menambahkan.
Oso pun mengapresiasi pengamatan dan pengalaman KH Maimun Zuber. Ulama sepuh yang kondang disapa dengan panggilan Mbah Moen itu merupakan sosok panutan yang patut didengar saran dan nasehatnya.
Salah satu nasihat Mbah Moen yang dicatat Oso adalah kehati-hatian. Oso menuturkan, Mbah Moen mengamati banyak anggota masyarakat yang tidak mendapat bagian apa pun dari pengolahan sumber daya alam yang dilakukan oleh perusahaan asing. Padahal, merekalah yang memiliki Indonesia.
"Karena itu ke depan masyarakat sekitar harus dilibatkan sebelum sebuah perusahaan mendirikan usahanya. Masyarakat diajak dialog, agar mereka bisa mendapat keuntungan dari pengolahan sumber daya alam daerahnya", kata Oso menambahkan.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Harapan Ahok soal Lokasi Sidang Perkaranya
Redaktur : Tim Redaksi